Ada sebuah doa menarik yang saya imani. Sebuah doa yang menurut saya menjadi jawaban pamungkas dari apa yang dibutuhkan manusia di dunia. Doa dan dzikir ini bisa dibaca di tahiyat terakhir sebelum mengucap salam.
Allahumma a'inni 'ala dzikrika wasyukrika wa husni 'ibadatik. (Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu,dan memperbagus ibadah kepada-Mu). H.R. Abu Dawud, An-Nasai, Ahmad, dan Al-Hakim.
Ada beberapa poin menarik pada doa ini.
Pertama, doa ini meminta tolong kepada Allah. Iya, bahkan untuk redaksi kalimat berikutnya agar bisa berdzikir, bersyukur, dan beribadah pada-Nya saja, kita justru meminta pertolongan pada Allah Ta'ala. Rasanya seperti, "Hei, kamu harus beribadah kepada-Ku, tapi tenang saja, Aku yang akan membantumu agar kamu bisa beribadah kepada-Ku."
Wuih rasanya seperti Allah sudah memberikan jaminan. Dia bukan 'atasan' yang tanpa tedeng aling-aling memberikan tugas lalu 'mbuh piye carane' tugas itu harus dilaksanakan. Tidak, Allah tidak begitu. Dia justru meminta hamba-Nya untuk berdoa agar Dia membantu sang hamba bisa beribadah pada-Nya.
Menariknya, apa yang kita mintakan tolong kepada Allah adalah untuk bisa berdzikir, bersyukur, dan beribadah pada-Nya. Kita tidak disuruh untuk minta tolong dimudahkan ujian dalam hidup, tidak untuk minta tolong menjadi kaya raya, atau sukses di dunia. Tidak sama sekali, tetapi cukup untuk tiga permintaan di atas karena di sanalah kunci sesungguhnya.
Kita meminta tolong untuk bisa berdzikir kepada-Nya. Alih-alih meminta mendapat jalan yang mulus, kita justru berharap untuk bisa berdzikir alias mengingat Allah di setiap jalan kehidupan yang kita lalui. Iya, memang begitu konsepnya. Mau hidup kita di atas angin atau sedang berjuang hingga ndlosor-ndlosor di tanah, selagi kita mengingat bahwa itu skenario dari Allah maka akan lempeng saja diri kita untuk menjalaninya. Kok bisa? Tentu saja karena janji Allah "Ingatlah Aku maka hati akan menjadi tenang."
Apakah artinya manusia jadi tidak mau berusaha? Karena hatinya tenang-tenang saja ketika sedih, susah, atau bahagia, dan tak tergerak untuk mengejar kebahagiaan berikutnya? Tidak, bukan begitu. Ini menjadi kunci sekaligus rem bahwa kehidupan ini sejatinya milik Allah. Dengan mengingat ini maka kita akan tenang sehingga tidak lupa diri. Jikalau akan berjuang lagi, itupun semata-mata karena Allah, bukan karena kepongahan diri yang merasa bisa melakukan semuanya atas nama dirinya sendiri.
Kedua kita meminta untuk dimudahkan selalu bersyukur pada-Nya. Ini nyambung dengan bahasan yang pertama tadi. Tidak sedikit manusia yang selalu merasa kurang pada dirinya. Apalagi jika dihadapkan dengan pencapaian orang lain. Maka, kunci kedua ini yang menjadi penting.
Apapun yang kita miliki saat ini, kita meminta untuk dimudahkan dalam mensyukurinya. Lagi-lagi, apakah dengan bersyukur lantas hanya cukup dan tidak berjuang lagi? Tentu saja tidak. Bahkan Allah sendiri menjamin, "Siapa yang bersyukur atas nikmat-Ku, maka akan Aku tambah nikmat itu". Hei, sesimpel ini lho untuk menambah apa yang kita punya. Jadi bukan hanya dengan ngoyo mengejar ini itu di dunia, melainkan dimulai dulu dari syukurnya.
Lantas jangan diimani bahwa bentuk penambahan nikmat itu dinilai dari transaksi rupiah. Tidak, nikmat dari Sang Kuasa tidak seremeh itu. Nikmat itu tak hanya tentang kuantitas, tapi berlaku juga untuk kualitasnya. Meski hanya makan es serut misalnya, tapi nikmat itu bisa bertambah berkali-kali lipat dibandingkan dengan yang makan gellato. Sesederhana itu, tapi karena hati lapang dengan syukur maka damai-damai saja ketika menjalani kehidupan.
Terakhir, kita meminta tolong pada Allah Ta'ala untuk dimudahkan beribadah pada-Nya. Tidak hanya beribadah biasa seolah menggugurkan kewajiban saja, tetapi meminta agar bisa membaguskan ibadah kita. Ini keren sekali. Artinya, apa yang akan kita lakukan ini justru atas bantuan Sang Pencipta. Dan bukankah sejatinya tugas manusia di dunia hanya untuk beribadah pada-Nya?
Bentuk dimudahkan dan dibaguskan ini tidak hanya tentang ibadah dhahir yang tertuang dalam fiqih saja. Ya, tentu saja kita berharap akan dimudahkan dan dibaguskan ketika menjalankan sholat, puasa, dan sebagainya. Selain berkat bantuan Allah, tentu karena dengan melantunkan doa ini maka kita berniat untuk memperbagus ibadah kita juga kan.
Namun bantuan ini juga berlaku untuk semua ibadah umum alias semua lini kehidupan manusia. Bukankah bekerja adalah ibadah selagi memang diniatkan untuk ibadah. Maka artinya, kita meminta bantuan Allah untuk memudahkan dan membaguskan pekerjaan kita. Bukankan mendidik anak adalah ibadah, maka kita sejatinya sedang meminta bantuan untuk bisa mendidik dengan mudah dan baik.
Itulah kenapa saya bilang doa ini menjadi salah satu doa pamungkas saya. Karena hanya dengan tiga bantuan dari Allah itu saja, selesai sudah semua urusan di dunia. Mau melewati skenario apapun di kehidupan, Allah akan bantu untuk mengingatkan bahwa ada Dia di atas segalanya, ada Dia yang membuat hati ini lapang dengan segala hasilnya, dan ada Dia yang menolong untuk memperbagus setiap skenario hidup kita. Insya Allah.
No comments:
Post a Comment