Follow Us @soratemplates

Saturday, 26 June 2010

Kesan Pertama Begitu Menggoda

18:25 7 Comments

Saat melihat sesuatu pertama kalinya, tak dapat dipungkiri kalau kita sangat dipengaruhi oleh kesan pertama. Melihat seseorang, meski tidak sengaja, judge awal sedikit terbentuk. Mengunjungi suatu daerah baru, melihat lingkungannya seperti apa, menimbulkan sebuah kesan yang tanpa disengaja menjadi sebuah conclusion awal. Walaupun itu hanya sepersekian detik sekalipun, mata pasti akan menangkap sebuah kesan dari segala apapun yang dipandangnya. Demikian pula dalam kehidupan kampus, sering muncul sebuah kesan yang akhirnya mempengaruhi perjalanan hidup di kampus selanjutnya.


Bagi kami mahasiswa kedokteran, setiap pergantian blok tak jarang muncul sebuah kesan baru. Contohnya pada blok hematologi kemarin. Sejarah yang diketok tular dari mulut ke mulut kalau blok hemato adalah blok yang 'diam-diam menghanyutkan', tanpa sadar membuat mindset tiap angkatan dipengaruhi oleh bayang-bayang kegagalan angkatan sebelumnya. Saya menyadarinya sendiri. Saat sebelumnya teman-teman di sekitar saya enjoy menghadapi setiap ujian blok, namun saat ujin blok hemato, nervousnya bukan main, keluh kesahnya berentet tak habis-habis. Hm…, sebuah kesan pertama yang mempengaruhi mindset seterusnya.


Tapi, benarkah bahwa kesan pertama sepenuhnya mempengaruhi kesan-kesan selanjutnya? Bisa ya, bisa juga tidak. Saya mengatakan ‘ya’ jika kita setelah kesan pertama itu muncul, kita lantas membiarkannya. Hingga kesan pertama itu menelusup hingga ke relung hati, mempengaruhi akal pikiran, dan seterusnya. Namun bisa jadi ‘tidak’ kalau kita tak mau berhenti dengan sebuah kesan awal itu dan tak ingin hanya menilai sesuatu cukup dari situ. Kita mencoba untuk mengenalnya, kita mencoba mengambil sisi baiknya jika kesan awal itu buruk, pun kita mencoba bersikap bersahabat dengannya agar kesan buruk itu sedikit menjadi manis dengan kedekatan kita dengannya.


Bagaimana caranya? Tuli, itu salah satunya. Jangan hanya mendengan perkataan orang. Cukup sekali kita tau bahwa kakak tingkat menganggap ini sulit, tapi segera tutup telinga dari itu. Tujuannya agar dalam hari-hari kita tidak tergiang-ngiang omongan mereka yang bilang ini blok mematikan!


Lalu, buka hatimu, bukalah sedikit untuknya. Jika kita terbayang sesuatu itu sulit dan tak sadar hati kita mengimaninya, cobalah untuk membuka hati. Kadang kala hati lebih bisa memahami daripada akal pikiran. Biarkan hati meresapi betapa blok ini sesungguhnya menarik, dan biarkan hati kita senang untuk menjalaninya. Insya Allah dengan hati senang, proses belajar pun akan jadi lebih baik. Jika prosesnya sudah terasa nikmat, hasil belajar mau bagus atau jelek sekalipun tetap akan terasa nikmat pula.


Tapi semua tak cukup hanya dengan bersikap tuli dan membuka hati, yang terpenting adalah usaha. Walaupun kita sudah tidak percaya dengan orang lain, pun menganggap blok ini menyenangkan, tapi jika kita tidak ada upaya, mau tak mau kita pun ikut termakan bisa mematikan dari blok ini. Jadi, kunci terakhir tetaplah usaha. Dan tentunya diiringi dengan doa.


So, apa kesan pertamamu untuk kuliah selanjutnya?





Lebih Baik Masak!

05:27 7 Comments

Sebuah cerita dari keresahan mencari sesuap nasi dan sesendok sayur.

Hari sudah menjelang senja, perut sudah mulai meronta. Kubuka tudung saji penutup meja makan. Hm..., kosong. Itu menurutku. Ada seiris tempe sebetulnya, tapi tak ada sayur dan tak mungkin tempe sepotong itu cukup untuk porsi besar makanku, makan adikku, ibu, atau mbak Yatmi.
Mbak Yatmi sedang sakit, sama sekali tak berkutik dari tempat tidurnya. Keputusan makan ada di tanganku dan adikku. Hendak memberi hadiah apa untuk cacing-cacing perut kita malam ini? Mau beli sayur di luar, rasanya sudah malas sekali. Membayangkan sayur yang itu-itu saja yang dijajakan di warung makan.
Iseng kubuka kulkas, menyurvai ada makanan apa saja yang kiranya bisa kita babat habis malam ini. Tak ada makanan siap saji, yang ada beberapa ikat kacang panjang, tahu mentah, dan ayam yang sudah dibumbui tapi belum digoreng. Sip, keputusan dibuat. Aku memasak oseng-oseng kacang panjang plus tahu dan adikku menggoreng ayam yang tinggal goreng saja. Malam itu, perut kami beres.

Beberapa hari berikutnya, keadaan terulang kembali. Sayur dan lauk pauk yang sudah dimasak tadi pagi ternyata tidak bisa mempertahankan dirinya hingga malam menjelang. Lagi-lagi urusan perut ada di tanganku dan adikku. Sempat kulirik kulkas, tapi kali ini tidak ada sesuatu yang bisa kami modifikasi. Hm, terpaksa membeli sayur di warung makan yang memang buka setiap malam.
Berbekal uang Rp20.000,00 kiranya uang itu cukup untuk membeli sayur matang plus beberapa lauk untuk santap malam. Dan apa yang terjadi? Uang itu pas. Dengan sebungkus sayur trancam, beberapa potong tempe goreng, lele kesukaan adikku, dan rempela ati kebutuhanku. Pulang dengan geleng-geleng kepala, semahal itukah sebuah kebutuhan untuk urusan perut?

Keesokan harinya, menemani Mbak Yatmi belanja di tukang sayur dadakan. Berhubung isi kulkas kosong, belanja kali ini cukup banyak. Satu paket sayur untuk menu cah kangkung, sop sosis, dan sambal goreng tholo. Lengkap dengan bahan lauk bandeng presto, tempe, dan tempura. Habisnya tidak sampai seratus ribu rupiah.
Dalam perjalanan pulang, aku berdialog dengan Mbak Yatmi. Kalau masak sendiri, uang seratus ribu bisa untuk makan 3 hari dengan 1 harinya makan 3 kali. Tapi kalau beli di luar, uang Rp20.000,00 hanya bisa untuk 1 kali makan saja. Hm..., sebuah selisih yang cukup signifikan.

Meskipun Mbak Yatmi akhir-akhir ini mengeluh harga sayur dan lauk sedang melonjak, bagaimanapun memasak sendiri di rumah tetap lebih baik. Selain lebih hemat, kita juga bisa lebih memilih variasi makanan seperti yang kita mau, pun tentunya jadi lebih sehat karena kita sendiri yang memasaknya. So, ayo masak!!!

Jadi heran dengan beberapa tetangga yang tiap hari membeli sayur di luar. Apakah tidak bosan? Dan bukankah justru lebih mahal? Hm...

Tuesday, 22 June 2010

Tetap Waspada dengan Si Kopi

06:36 9 Comments

Perjalanan si kopi berlanjut lagi. Setelah kemarin membahas kopi adalah sebuah obat di Bukan Obat Tidur, lalu tentang manfaat kopi di The Mystery of Coffee, kini saatnya membayar hutang posting untuk membahas tentang kerugian mengonsumsi kopi. Eits..., tunggu dulu, bukan berarti kopi ini lantas buruk lho ya sehingga kita membahas kerugian konsumsi kopi, tapi ini hanyalah sebuah warning untuk tetap berhati-hati. Statementnya tetap sama, si kopi: sedikit bawa manfaat, banyak bawa madharat. Let's check, apa saja akibat yang ditimbulkan jika kita terlalu banyak mengonsumsi kopi.

1. Menyebabkan kecanduan

Ini nih awal mula stigma buruk si kopi. Berhubung kopi itu punya manfaat memberikan efek nyaman, tenang, dan menghilangkan sakit kepala, tanpa sadar para pecandu kopi terus-terusan mengonsumsi dan meningkatkan dosis minum kopinya. Tak disangka jumlah konsumsi kopi bisa mencapai 6 gelas lebih sehari. Dari sinilah muncul faktor risiko terhadap penyakit.

2. Pola tidur terganggu
Masih nyambung dengan efek candu kopi tadi. Orang yang kecanduan kopi sering mengalami gangguan pola tidur. Bisa jadi insomnia, atau justru mengantuk terus jika tidak mengonsumsi kopi. Akibatnya mau tidak mau harus minum kopi lagi. Efek ini terjadi karena adanya blokade reseptor adenosin yang berfungsi dalam pengaturan pola tidur.

3. Bahaya bagi penderita hipertensi
Kopi adalah sebuah stimultan yang mampu meningkatkan tekanan darah. Bagusnya, bagi orang normal ini baik untuk meningkatkan stimulasi ke otak. Tapi jika pada dasarnya orang itu sudah hipertensi dan ditambah minum kopi, tentunya akan bahaya karena tensinya semakin tinggi.

4. Menyebabkan dehidrasi
Stimulasi tekanan darah tidak hanya mengalir ke otak, tapi ke seluruh tubuh, termasuk ginjal. Dampaknya kandung kemih akan cepat penuh dan cepat buang air kecil. Apabila kita banyak kencing dan tidak diikuti dengan menambah asupan cairan, akibatnya dapat terjadi dehidrasi.

5. Mengurangi kesuburan wanita
Waduh..., menakutkan! Hm..., tenang dulu. Ini terjadi pada wanita yang jumlah konsumsi kopi per harinya lebih dari 300 mg. Kesimpulan tersebut didapatkan dari hasil penelitian yang dibiayai oleh The USA National Institute of Child Health and Human Development dan The US Institute on Drug Abuse. Hasil penelitian itu menyebuatkan bahwa wanita yang mengonsumsi 300mg kafein setiap harinya memiliki kesempatan 27 persen lebih rendah untuk hamil dibandingkan dengan mereka yang terbebas darinya. Mekanisme pastinya memang belum diketahui, namun diperkirakan kafein dalam kopi itu sedikit menghambat produksi hormon, misalnya estrogen sehingga proses ovulasi akan terganggu.

6. Meningkatkan risiko endometriosis
Apa itu endometriosis? Endometriosis yaitu terdapatnya endometrium di luar uterus. Penyebabnya memang masih belum pasti. Nah, dari hasil penelitian di Harvard School of Public Health, ternyata ditemukan juga bahwa wanita yang mengonsumsi kopi 5-7 gr per bulan (sekitar 2 kopi rutin setiap harinya) memiliki kemungkinan menderita endometriosis dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi kopi.

7. Meningkatkan risiko penyakit jantung koroner
Sebuah penelitian di Belanda menyebutkan bahwa setelah mengonsumsi kopi selama 2 minggu, kadar homosistein dalam darah akan meningkat 10%. Peningkatan homosistein dapat menyebabkan luka pada lapisan pembuluh darah arteri yang mengakibatkan penimbunan asam lemak dan kalsium. Lama-kelamaan timbunan ini menyebabkan arterioskeloris sehingga terjadi penyakit jantung koroner.
8. Meningkatkan risiko osteoporosis
Ini kaitannya dengan peningkatan homosistein tadi. Karena kalsium banyak yang terjebak di pembuluh darah yang rusak, akibatnya jumlah kalsium di tulang berkurang. Risiko osteoporosis pun jadi meningkat.

9. Kurang baik untuk penderita maag
Kenapa? Karena kafein dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung dan pepsin sehingga cukup bermasalah jika ini terjadi pada penderita maag.

10. Meningkatkan kemungkinan premenstrual syndrome
Dari sebuah penelitian disebutkan bahwa konsumsi kafein dapat meningkatkan premenstrual syndrome pada sepertiga wanita. Apabila konsumsi kopi dilakukan selama 10 hari atau lebih, maka risiko akan meningkat 7 kali lipat lebih tinggi dari wanita yang tidak mengonsumsi kafein.

Yah, itulah sisi lain dari kopi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, memang cukup banyak risiko yang harus dihadapi. Namun jika kita bijak dalam mengonsumsinya, cukup 1-3 gelas saja, risiko pun dapat dicegah dan insya Allah manfaat kopi juga dapat dirasakan. Jadi, tetaplah wasapada dengan si kopi...



Monday, 21 June 2010

Ternyata Langit Malam Tak Kalah Indah

19:33 7 Comments
Kelas 2D, SMP Negeri 1 Surakarta
Bel istirahat baru saja berbunyi. Semua berhambur keluar, tapi tidak bagiku. Aku memilih diam di kelas, tetap duduk manis di bangku dengan segilintir orang yang memilih hal yang sama denganku. Kenapa tidak keluar? Rasanya aku pun menanyakannya pada diriku sendiri. Mau apa di luar? Kantin penuh sesak dan perutku pun masih sanggup menunda orkestranya hingga pulang sekolah. Musholla sedang penuh debu karena renovasi dan kuakui tidak ada daya tarik untuk berlama-lama duduk di sana kala itu. Perpus, rasanya masih asing di telinga. Aku tetap saja memilih kelas sebagai tempat ternyaman dengan penghuni tak lebih dari 5 orang tiap jam istirahat.
Entah sejak kapan aku mulai melakukan rutinitas setiap jam istirahat, menarik sebuah kursi menuju jendela di dinding belakang kelas yang memang dibuat lebih tinggi dari posisi jendela normal. Memang harus membutuhkan kursi untuk membuka atau menutupnya. Dan itu yang kulakukan setiap pagi, pun setiap istirahat. Naik di atas kursi dan berlama-lama membuka jendela lebar-lebar. Hingga kemudian seorang teman bertanya dengan nada heran, "Apa yang kamu lakukan?" dan aku menjawab "Memandang langit..." Sungguh langit telah menemaniku kala sepi sendiri di tengah ramainya suasana di luar sana.

Jaten, 3 tahun kemudian
Rumah akan direnovasi. Orang tuaku bertanya, "Kak, pilih kamar mana?" Aku menjawab, "kamar depan..." Kenapa? Alasannya, biar bisa memandang langit tiap pagi.
Dan memang itulah yang kulakukan. Saat tiap pagi membuka tirai jendela, justru sekaligus menarik kursi. Tapi kali ini sudah tidak seekstrem dulu. Kursi itu tak perlu lagi kunaiki, cukup kududuki. Sambil duduk manis, tanganku menggenggam tralis dan mata mencuri-curi lihat langit pagi ini lewat celah jendela yang memang tak bisa dibuka sepenuhnya. Dan aku cukup puas hanya dengan melihat langit yang cerah, biru cerah dengan hiasan awan putih jernih. Membuatku tergila-gila dengan warna biru langit. Jika langit pagi itu cerah, rasanya hati pun menjadi cerah. Senyum terukir dan hari pun diawali dengan segala hal yang indah. Ah..., betapa langit telah memberiku semangat kala pagi...

Kelas XII IPA 2, SMA Negeri 1 Surakarta
Suntuk, gerah, tegang. Sebuah kepenatan luar biasa di setiap jam kosong pelajaran. Guru tak juga kunjung datang, agaknya sengaja membiarkan kami mengotak-atik soal sendirian. Rasanya ingin berlari ke Masjid AnNur, tempat tersejuk dan ternyaman yang pernah kutemukan. Tapi tak mungkin. Tak baik melarikan diri di sela jam pelajaran begini. Solusi..., keluar kelas sejenak. Merapat di sisi dinding koridor, menatap langit. Aku membiarkan pikiranku kosong, melupakan sejenak segala soal-soal yang melambai-lanbai untuk ditemukan penyelesainnya. Damai... Langit telah membuat pikiran dan perasaanku lepas dari penat yang menghimpit..

Jaten, hari ini
Sudah hampir masuk waktu Isya' tapi aku justru masih harus menjemur baju yang baru saja kucuci. Hm..., sebuah kesalahan karena mencuci terlalu malam. Aku melangkah menuju tempat jemuran untuk mengambil jemuran dan memasukkannya ke garasi. Sudah gelap, dan tanpa sengaja aku menengadah. Sebuah ketidaksengajaan yang justru membuatku diam cukup lama. Langit malam ini jernih sekali.
Baru kali ini aku mengakui kecantikan langit malam. Awalnya aku mengira langit malam itu gelap, yang ada hanyalah bintang gemerlap dan bulan, tapi sang langit kalah tenar dari bulan dan bintang. Lebih-lebih karena keadaan tak memungkinkan untuk memandang langit malam. Tak mungkin jika membuka tirai atau membuka jendela di langit malam. Yang ada orang di luar justru lebih jelas melihat kamarku, ibarat aku ikan dalam akuarium. Tapi nyatanya dari tempat jemuran di samping rumah, aku bisa melihat langit malam yang tak kalah cantik dengan langit pagi hari andalanku. Subhanallah...
Hm.., akankah setelah malam ini aku pun akan berlama-lama di tempat jemuran demi memandang langit malam? Entahlah...



PS:
Subhanallah... Maha Suci Allah yang telah menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya bagi semua makhluk-Nya. Hanya sebuah langit, namun mampu menemaniku, membuatku semangat, dan menghilangkan penat. Ini baru langit, dan masih ada berjuta nikmat Allah SWT di muka bumi.
Allah SWT begitu sempurna dengan segala penciptaan-Nya. Yang ada hanyalah kita manusia yang kurang pandai membaca karunia-Nya. Seperti diriku yang awalnya hanya mengagumi langit pagi tapi nyatanya nikmat Allah SWT berupa langit malam tak kalah indahnya. Buka mati dan buka hatimu. Resapi nikmat-Nya dan rasakan betapa kita memang sudah selayaknya bersyukur.



Ga Cuma Go Green, Tapi Juga Go Blue

06:57 6 Comments
Di mana-mana marak dielu-elukan go green. Kampus-kampus pun tak ingin kalah, saling berlomba-lomba mendeklarasikan dirinya sebagai green campus. Dulu waktu di UI, slogannya UI goes green. Katanya kampus kuning itu pun mengaku jadi green campus dengan hutan dan danaunya. Begitu pulang ke UNS, ada juga slogan nuansa hijau di green campus UNS. Padahal jelas ada yang lebih hijau karena pusatnya ilmu pertanian macam IPB. Hm..., serba hijau.

Namun, apakah serba hijau saja sudah cukup? Terinspirasi dari pelajaran kala SMA dulu bahwa
revolusi hijau saja tak cukup, tapi juga harus didukung dengan revolusi biru, kenapa kita tidak melakukan upaya go blue juga? Yang saya maksudkan go blue di sini adalah upaya penghematan dan pelestarian air. Sekarang air memang murah dan mudah diperoleh, tapi bagaimana dengan kondisi air puluhan tahun ke depan? Untuk itu, mari kita coba mengakali konsumsi air kita.

Mandi
Ada sebuah tips hemat air saat mandi yaitu menggunakan shower. Mandi dengan menggunakan shower akan lebih banyak menghemat air dibandingkan jika menggunakan gayung. Selain menghemat, tekanan yang keluar dari percikan air shower pun juga bagus untuk kesehatan.
Masalahnya, tidak semua kamar mandi di setiap rumah memiliki shower. Tapi jika kita memang berniat untuk menghemat air, tak ada kata yang tak
mungkin. Bukan berarti harus numpang mandi ke tetangga yang punya shower, tapi cobalah membuat shower buatan dari bahan seadanya. Dulu waktu kecil, saya pernah membuatnya di rumah simbah saya. Caranya dengan menggunakan selang yang tidak terlalu panjang dan menggunakan bekas botol shampoo. Pada salah satu sisi botol shampoo tersebut dibuat lubang-lubang dengan menggunakan paku. Lalu bagian tutup shampoo dibuka atau dilepas dan disambungkan dengan salah satu sisi selang, sedangkan sisi selang yang lainnya disambungkan dengan kran air. Begitu kran air dibuka, keluarlah air dari lubang-lubang shampoo tadi, ibarat shower.
Kalaupun memang tidak berniat repot-repot membuat shower, cobalah mengurangi guyuran air dengan gayung. Ambil air dari gayung dengan pelan-pelan saja dan tak perlu bernafsu. Dulu waktu kos se
ring kali mendengar orang yang mandinya bernafsu sampai-sampai heran juga kenapa air bak mandi yang penuh bisa tinggal separuh saja. Hm...
Masalah mandi ini pun juga sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Seperti dalam mandi junub, dengan mengguyurkan 3 kali di kepala, baru mengguyurkan bagian tubuh kanan dan kiri. Coba diteladani, rasanya akan lebih mengurangi jumlah gayung juga.

Minum
Hm..., menghemat konsumsi air minum bukan berarti lantas tidak minum sama sekali. Baga
imanapun kebutuhan akan minum itu sangat penting dan usahakan untuk tidak kurang. Maksud menghemat minum di sini adalah dengan tidak membuang-buang air minum. Kasus ini sering terjadi jika kita disuguhi air mineral dalam gelas. Sering air itu tidak habis dan akibatnya banyak sampah air mineral gelasan yang belum benar-benar kosong. Rasanya akan sangat sayang sekali.

Mencuci baju
Untuk yang mencuci baju dengan menggunakan mesin cuci, bisa diakali dengan memenuhi kapasitas mesin cuci terlebih dahulu. Sayang rasanya jika hanya mencuci 5 potong baju padahal air yang digunakan juga sama banyaknya dengan mencuci 10 potong baju. Kalau untuk anak kos atau yang mencuci sendiri bajunya, bisa diakali dengan mencuci 2 hari sekali. Memang jadi terlihat lebih banyak cuciannya, tapi setidaknya mampu menghemat beberapa liter air. Oya, mungkin bisa jug
a dicoba memakai produk sekali bilas. Hehe..., bukan bermaksud promosi karena saya sendiri memang belum mencoba. Tapi jika memang terbukti bersih, tidak ada salahnya dicoba.

Mencuci piring
Jika mencuci piring dengan air kran yang mengalir, cobalah menghemat air dengan mematikan kran saat sedang menyabuni piring. Sering kali karena merasa nanggung hanya mencuci 1 piring saja lantas air tetap dibiarkan mengalir saat kita menyabuni. Padahal taukah kamu bahwa 1 menit air yang mengalir saja bisa sampai 8 liter lho. Apakah tidak sayang jika air sebegitu banyaknya dibuang sia-sia.

Jika mencuci piringnya dalam party besar, mungkin bisa dengan menggunakan ember. Cuci piring dengan menggunakan ember memang lebih menghemat air. Sediakan saja 2 ember air, yang 1 untuk membersihkan sabun, dan ember yang lain untuk membilas. Tapi jangan lupa untuk segera mengganti air begitu air sudah terlihat kotor.

Itu hanya sebagian upaya kecil yang bisa kita lakukan untuk menghemat air. Sekecil apapun upaya itu, asal untuk kebaikan kehidupan yang akan datang, tak ada salahnya dicoba. Ayo kita lakukan!

Friday, 18 June 2010

Di Balik Asyiknya Menonton Bola

20:19 3 Comments
Demam bola..., lagi. Apalagi kalau bukan piala dunia. Event 4 tahunan ini agaknya memang memberikan nuansa magis di seluruh dunia. Coba saja lihat, mayoritas TV di setiap rumah menayangkan siaran bola. Entah itu siaran langsung di malam hari ataupun terpaksa melihat siaran ulangnya di siang hari. Asyik memang melihat pertandingan bola. Tapi apakah engkau menyadari bahwa dibalik ketegangan dan keasyikan selama mata menatap layar kaca, kita bisa tergelincir mendapatkan sesuatu yang justru tidak asyik?

Pertama, mengumpat.
Tidak dapat dipungkiri para pecinta bola yang begitu menikmati pertandingan akan ikut menyatu dengan ritme pertandingan. Begitu sebuah serangan dilancarkan dan ternyata gagal, mayoritas akan kecewa. Sayangnya, bentuk kekecewaan itu jika tidak direm dengan baik justru jadi petaka. Bisa jadi kata pertama yang keluar justru mengabsen penghuni kebun binatang. Atau kalau pun tidak sampai berkata kotor, mulut tak bisa dikontrol untuk mengeluarkan umpatan. Misalkan, "Ah..., bodoh! Strikernya ga mutu...!", atau kata-kata lain yang sebenarnya maknanya biasa tapi dengan nada mengumpat menjadi luar biasa.
Sebenarnya memang wajar jika kita kecewa, cuma konsekuensinya harus berusaha agar mulut tetap terjaga.

Kedua, berdoa untuk keburukan.
Sebagai penonton yang punya tim jagoan, pastinya selalu menginginkan timnya untuk menang. Tak jarang di sela-sela jalannya pertandingan, mulut pun komat-kamit berdoa. Entah itu dilafalkan layaknya sebuah komentar atau hanya dalam hati ibarat sebuah harapan. Namun, terkadang doa yang dipanjatkan justru doa yang buruk, tepatnya mengandung unsur keburukan bagi orang lain. Misalnya begini, "Mudah-mudahan tim B kalah, mudah-mudahan dia di kartu merah...," dst....
Coba jika doanya diubah, "Mudah-mudahan tim A yang menang..." Sebenarnya maknanya sama, A menang, B kalah. Tapi kandungan dari doanya yang berbeda.
Saya ingin bertanya, apakah boleh mendoakan hal yang buruk untuk orang lain? Meskipun berbeda, agaknya kasus itu mendekati seperti "Ya Allah..., masukkan dia ke neraka." Kenapa tidak berdoa saja, "Ya Allah..., masukkan hamba ke surga"?

Ketiga, terlena waktu sholat
Ini yang gawat dan parahnya tidak cuma satu tipu daya yang bisa melenakan waktu sholat.
Tipu daya pertama yaitu terlena waktu Isya'. Jam tayang piala dunia kali ini ada yang tidak bersahabat, jam setengah 7 malam. Padahal di sela-sela 45 menit pertama, suara adzan Isya' memanggil. Tinggal dilihat saja, apakah suara adzan tak digubris karena kalah meriah dari suara komentator atau tetap setia pada Allah SWT yang memanggil lewat seruan adzan.
Serangan sholat belum selesai sampai di sini. Masih ada tipu daya kedua yaitu terlena waktu tahajud. Bisa jadi karena menonton pertandingan dari setengah 7 sampai jam setengah 4 tanpa tidur dan akibatnya tidak bisa mendapatkan keutamaan sholat tahajud untuk tidur terlebih dahulu. Atau kalaupun sudah tidur tapi bangunnya waktu pertandingan sudah mulai, justru lebih memilih melihat pertandingan dulu dan baru sholat tahajud di jeda setengah pertandingan.
Dan yang paling sering menjadi kasus yaitu tipu daya ketiga, terlena waktu subuh. Karena mata sudah tidak istirahat sejak setengah 7 atau karena jarak antara usai pertandingan terakhir dengan subuh masih 1 jam, tak jarang dalam proses penantian subuh mata justru terlelap dan baru terbangun saat masuk waktu dhuha. Sungguh memprihatinkan.

Syaithan memang tidak akan berhenti. Lewat semarak meriahnya pesta bola ini syaithon pun ikut semarak untuk mengelabui. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang bisa mengendalikan diri dan tidak tertipu dengan keasyikan menonton pertandingan bola.

Wednesday, 9 June 2010

Lihat Covernya

20:35 5 Comments

Ada yang bilang, jangan lihat sesuatu dari covernya, tapi lihat isinya. Namun kali ini saya justru sedang tertarik dengan cover-cover buku yang saya punya, khususnya buku kedokteran. Satu hal yang menarik dari cover buku itu adalah warnanya. Sebagian besar buku itu bersampul merah, tepatnya merah bata. Saya merasa heran. Kenapa kompak sekali berwarna merah? Kenapa tidak biru, seperti warna favorit saya? Usut punya usut ternyata warna pun memiliki pengaruh bagi otak dalam belajar.

Berdasarkan penelitian dari University of British Columbia, otak akan memiliki reaksi yang berbeda dengan rangsangan warna yang berbeda. Warna merah diketahui dapat memicu konsentrasi pada hal-hal yang detail. Itulah sebabnya ketika belajar, orang lebih banyak menggarisi hal-hal yang penting dengan tinta warna merah. Tujuannya agar meningkatkan konsentrasi pada hal yang mendetail tersebut. Warna merah dapat membantu seseorang untuk mengingat dan mengoreksi bacaan.

Sedangkan warna biru, justru bekerja sebaliknya. Warna biru akan merangsang otak untuk meningkatkan daya kreativitasnya. Biru cenderung bebas dan tenang sehingga orang yang melihat warna biru akan memiliki ekspresi kebebasan untuk menyalurkan kreativitasnya.

Jadi, agaknya tepat pilihan para penerbit untuk memilih warna merah sebagai cover. Tentunya dengan harapan dengan cover merah itu akan meningkatkan konsentrasi pembaca dan memudahkan pembaca untuk memahami isi buku. Hm..., warna merah mendominasi lemari bukuku...

Ngomong-ngomong apa warna cover buku yang mendominasi lemarimu?

Kata Sang Bunda

20:20 0 Comments

Bunda selalu berkata

Berwasiat pada putra putrinya

Dengarlah kata Bunda


Kala aku terbata-bata mengeja

Bunda lantas berkata

“Kau harus pandai membaca

Segalanya, tak terkecuali Al-Qur’an

Bacalah hingga kau rutin khatam tiap bulannya”

Namun kala aku ketagihan membaca

Bunda menjejaliku setumpuk buku

Komik, novel, bahkan sastra

Habis kulahap semua hingga khatam tiap harinya

Al-Qur’an?

Antrian terakhir dari daftar khatamku


Saat aku bermain-main dengan pena

Bunda kembali berkata

“Kau harus mahir menulis

Menulislah dengan rapi nan indah

Tak terkecuali tulisan Al-Qur’an

Tulislah layaknya kaligrafi yang menarik hati”

Namun saat kugenggam pena pertama kalinya

Bunda membimbing tanganku menggoreskan tinta

Membentuk alphabet maupun angka

Dan bukan alif ba ta tsa


Waktu aku mulai fasih berbicara

Lagi-lagi Bunda berkata

“Kau harus mempelajari bahasa

Kuasai Bahasa Arab

Agar kau tak buta

Kala ayat Al-Qur’an ada di hadapan mata”

Namun waktu aku menginjak remaja

Bunda menuntunku memasuki lembaga bimbingan bahasa

Bukan untuk Bahasa Arab

Melainkan Bahasa Inggris

Hingga aku fasih layaknya turis


Semenjak aku mencicip rasa sekolah

Bunda selalu berkata

“Kau harus rajin belajar

Kuasai semua tak terkecuali Al-Qur’an

Agar kau paham kandungan maknanya”

Namun tiap malam tiba

Bunda mengawasiku

Menuntaskan PR yang menggunung

Menghafakan materi sekolah

Tapi Al-Qur’an tidak terjamah


Kini aku hampir bergelar sarjana

Tapi tulisan Al-Qur’anku masih biasa saja

Segera khatam Al-Qur’an pun aku tak kuasa

Bahasa Arab aku tak mampu

Lebih-lebih paham Al-Qur’an di luar kepala

Lantas Bunda,

Engkau hendak berkata apa?

Thursday, 3 June 2010

Thank You So Much, My Tutorial Group...

06:41 8 Comments

Sekali-kali, ga apa-apa ya kalau isi blog ini sedikit bernada curhat, tapi insya Allah tetap ada hikmahnya. Di sela-sela belajar menghadapi ujian satu minggu ini, aku justru sedikit melankoli. Bukan karena terserang sindrom ujian, tapi karena merasa ini adalah minggu terakhir pembelajaran di tahun ajaran ini dan besok sudah tahun ajaran baru dengan bertemu kelompok tutorial yang baru.


Agaknya benar kata orang, sesuatu akan lebih terasa berharga jika telah pergi. Begitupun yang kurasakan dengan kelompok tutorialku tahun ini, tutorial 9. Meskipun tutorial 9 bukan kelompok tutorial 1 number one atau delapan terdepan, tutorial 9 tetap memberikan arti tersendiri dalam proses belajarku setahun ini.


Kami memang bukanlah orang-orang hebat, yang ketika orang lain memandang kami lantas bergumam, “wah, sangar nih kelompok tutorialnya…”, tapi kami telah melakukan yang terbaik dengan belajar maksimal dan menghidupkan diskusi tutorial. Setidaknya itulah kata para tutor yang pernah mengampu diskusi kami, “Diskusinya sudah bagus, dibandingkan kelompok lain, ini kelompok yang paling aktif yang pernah saya temui.” Mendengar komentar tutor seperti itu di akhir pertemuan, membuatku menilai bahwa tutorial 9 adalah tutorial yang solid. Kita bangkit bersama, kita aktif bersama, dan kita belajar bersama. Tak ada yang sok menang sendiri, sok menggurui, atau ingin mendominasi. Adil…, dengan spesialisasi yang sebenarnya tidak disengaja tapi terlihat dengan kentara, ketika kami memiliki kecenderungan untuk tertarik pada hal yang berbeda dan mengambil peran masing-masing sehingga kami saling melengkapi dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

  • Ada Agus, ketua tutorial, yang suka mengulang lagi penjelasan dari siapapun dengan mengambil intisari untuk meyakinkan bahwa kami semua memang sudah benar-benar memahaminya.
  • Dentiko, yang ahli dengan farmako, selalu memberikan detail tentang terapi obat-obatan hingga ke akar-akarnya. Plus sebagai orang yang selalu jadi penengah di setiap perbedaan pendapat yang seru di antara kami semua.
  • Irwan, yang fasih dengan fisiologi normalnya, yang suka menjelaskan tanpa melihat catatan, seakan fisiologi sudah di luar kepala baginya. Plus sebagai orang yang sering memotong jalannya diskusi dengan pemikiran kritis, hingga kami terpaksa mengerem pembahasan yang ada untuk mendiskusikan jawabannya dan baru kembali diskusi seperti semula.
  • Ada Tya, yang selalu bawa jimat buku-buku super komplit, yang suka kewalahan kalau memberikan penjelasan karena saking komplitnya. Plus sebagai ‘penyelamat’ yang akhirnya memecahkan masalah karena ternyata apa yang diperdebatkan ada di buku bawaannya.
  • Aku, yang cenderung tertarik pada patofisiologi dan pathogenesis manifestasi klinis. Plus sebagai ‘orang cadangan’ ketika semuanya tidak tertarik untuk mencari bahan tertentu, khususnya epidemiologi.
  • Dahniar, yang selalu beraksi saat penetapan diagnosis dengan pemikiran diagnosis banding yang berbeda dari mayoritas kami semua sehingga membuat diskusi jadi memanas dengan perbedaan pendapat yang ada. Plus sebagai orang yang paling menerapkan ilmu dari perkuliahan, ketika semua mencari sumber dari teks book atau internet, dia berpikir simpel untuk meriew kuliah dari blok sebelumnya.
  • Devina, yang konsisten dengan sumber-sumber jurnal internasional dan artikel bahasa inggrisnya. Plus sebagai ‘polisi’ ketika diskusi mulai kurang serius dan hampir melenceng dari rel yang seharusnya.
  • Reta, yang lebih banyak diam di awal diskusi namun segera beraksi begitu ada penjelasan dari siapapun dengan kecanggihannya menjelaskan mekanisme-mekanisme kimia atau hormon dalam tubuh yang sering membuat kami semua bengong karena belum pernah mendengar hal itu sebelumnya.
  • Ada Galuh, yang jagonya penatalaksanaan penyakit, mulai dari preventif, terapi, hingga prognosis. Plus sebagai orang yang paling sering menanyakan kevalidan sumber orang lain dan mengejar penjelasan orang lain sampai ia benar-benar merasa puas, sehingga secara tidak langsung membuat kami menjadi makin paham juga.
  • Fian, yang lebih suka mengupas tuntas penyakit-penyakit dari diagnosis banding. Plus sebagai notulen teladan karena bisa mencatat penjelasan orang lain dengan cepat dan komplit dibandingkan scribber.
  • Dan terakhir Anin, yang suka langsung unjuk gigi di setiap awal diskusi. Ketika kami semua masih pemanasan, dia sudah beraksi membuka diskusi dan memancing kami semua untuk menanggapi.

Komplit sudah…


Ada pelajaran yang aku pahami di antara jalannya diskusi kami, bahwa manusia tidaklah sempurna. Ya, kita semua memang dituntut untuk paham semua hal, tapi kita tidak dapat memungkiri bahwa manusia satu dengan lainnya itu berbeda. Masing-masing memiliki watak dan kecenderungan tersendiri dan kecenderungan untuk tertarik pada hal yang berbeda bisa menjadi suatu hal yang saling melengkapi.


Makhluk social, begitulah manusia. Terbukti bahwa manusia tidak mungkin hidup sendiri. Misalkan saja aku, yang memang cenderung mencari bahan pathogenesis, tapi bagaimanapun aku butuh Fian yang siap dengan bahan-bahan tentang penyakitnya. Begitu pun yang lainnya. Kita tak mungkin hidup sendiri dengan ilmu yang kita miliki karena kita bukan Tuhan Yang Mahatahu segalanya. Seperti aku dan Reta misalnya. Meskipun aku menemukan bahan proses terjadinya penyakit, Reta tetap saja bisa menemukan sumber lain yang bisa diselipkan di antara proses yang kusampaikan dengan hormon-hormon yang tidak kutemukan, dengan mekanisme yang rasanya sangat kimiawi.


Ya begitulah, betapa segalanya terasa indah ketika saling berbagi. Betapa akan menjadi lebih mendekati sempurna ketika masing-masing memahami ketertarikannya dan mentransfer ilmunya pada orang lain, hingga kami memahami ilmu seutuhnya.



PS: Hm…, teman-teman tutorial 9-ku. Terima kasih banyak untuk kerja samanya. Maafkan jika banyak salah kata. Terima kasih telah menjadi teman-teman yang saling melengkapi dan membantu proses adaptasi di tahun pertama. Terima kasih untuk ‘hadiahnya’, akan kusimpan sebagai kenangan tahun pertama di FK. Kudoakan kita semua menjadi dokter yang bisa memberikan manfaat dengan ilmunya...