Saat melihat sesuatu pertama kalinya, tak dapat dipungkiri kalau kita sangat dipengaruhi oleh kesan pertama. Melihat seseorang, meski tidak sengaja, judge awal sedikit terbentuk. Mengunjungi suatu daerah baru, melihat lingkungannya seperti apa, menimbulkan sebuah kesan yang tanpa disengaja menjadi sebuah conclusion awal. Walaupun itu hanya sepersekian detik sekalipun, mata pasti akan menangkap sebuah kesan dari segala apapun yang dipandangnya. Demikian pula dalam kehidupan kampus, sering muncul sebuah kesan yang akhirnya mempengaruhi perjalanan hidup di kampus selanjutnya.
Bagi kami mahasiswa kedokteran, setiap pergantian blok tak jarang muncul sebuah kesan baru. Contohnya pada blok hematologi kemarin. Sejarah yang diketok tular dari mulut ke mulut kalau blok hemato adalah blok yang 'diam-diam menghanyutkan', tanpa sadar membuat mindset tiap angkatan dipengaruhi oleh bayang-bayang kegagalan angkatan sebelumnya. Saya menyadarinya sendiri. Saat sebelumnya teman-teman di sekitar saya enjoy menghadapi setiap ujian blok, namun saat ujin blok hemato, nervousnya bukan main, keluh kesahnya berentet tak habis-habis. Hm…, sebuah kesan pertama yang mempengaruhi mindset seterusnya.
Tapi, benarkah bahwa kesan pertama sepenuhnya mempengaruhi kesan-kesan selanjutnya? Bisa ya, bisa juga tidak. Saya mengatakan ‘ya’ jika kita setelah kesan pertama itu muncul, kita lantas membiarkannya. Hingga kesan pertama itu menelusup hingga ke relung hati, mempengaruhi akal pikiran, dan seterusnya. Namun bisa jadi ‘tidak’ kalau kita tak mau berhenti dengan sebuah kesan awal itu dan tak ingin hanya menilai sesuatu cukup dari situ. Kita mencoba untuk mengenalnya, kita mencoba mengambil sisi baiknya jika kesan awal itu buruk, pun kita mencoba bersikap bersahabat dengannya agar kesan buruk itu sedikit menjadi manis dengan kedekatan kita dengannya.
Bagaimana caranya? Tuli, itu salah satunya. Jangan hanya mendengan perkataan orang. Cukup sekali kita tau bahwa kakak tingkat menganggap ini sulit, tapi segera tutup telinga dari itu. Tujuannya agar dalam hari-hari kita tidak tergiang-ngiang omongan mereka yang bilang ini blok mematikan!
Lalu, buka hatimu, bukalah sedikit untuknya. Jika kita terbayang sesuatu itu sulit dan tak sadar hati kita mengimaninya, cobalah untuk membuka hati. Kadang kala hati lebih bisa memahami daripada akal pikiran. Biarkan hati meresapi betapa blok ini sesungguhnya menarik, dan biarkan hati kita senang untuk menjalaninya. Insya Allah dengan hati senang, proses belajar pun akan jadi lebih baik. Jika prosesnya sudah terasa nikmat, hasil belajar mau bagus atau jelek sekalipun tetap akan terasa nikmat pula.
Tapi semua tak cukup hanya dengan bersikap tuli dan membuka hati, yang terpenting adalah usaha. Walaupun kita sudah tidak percaya dengan orang lain, pun menganggap blok ini menyenangkan, tapi jika kita tidak ada upaya, mau tak mau kita pun ikut termakan bisa mematikan dari blok ini. Jadi, kunci terakhir tetaplah usaha. Dan tentunya diiringi dengan doa.
So, apa kesan pertamamu untuk kuliah selanjutnya?