Follow Us @soratemplates

Wednesday, 28 July 2010

Kuliah Menyenangkan

12:18 6 Comments
"Mbak, enakan kuliah di FKM UI atau FK UNS?"
Sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh adik kelas masa SMA beberapa hari yang lalu. Hm, agak lama saya menjawabnya. Butuh waktu perlahan untuk memutar kenangan satu tahun di FKM UI pun satu tahun di FK UNS.

Pertanyaan itu secara tidak langsung menggiring saya pada pertanyaan bagaimana kuliah yang enak itu. Hingga kemudian saya bisa memberinya jawaban tentang enak kuliah mana antara FKM UI dan FK UNS. Ya, kuliah yang menyenangkan dan mengenakkan. Ada beberapa hal yang kuanggap sebagai kuliah yang menyenangkan.

Dosen yang kritis dan memicu kekritisan mahasiswa
Ini tipe dosen yang paling saya senangi dan membuat saya betah plus cinta menghadiri kuliah beliau.
Dulu ada seorang dosen di FKM yang betul-betul menarik hati saya. Lucunya, dia bukan dosen kesehatan, tapi dosen mata kuliah kepemimpinan. Setiap menghadiri kuliah beliau, selalu saja ada pertanyaan yang timbul di benak saya dan saya tulis di note kecil untuk saya cari jawabnya. Beliau tidak langsung mengungkapkan pertanyaan "kenapa kok begini, kenapa kok begitu" tapi beliau mengangkat sebuah permasalahan sosial yang jauh dari segi kesehatan tapi jika dikritisi sangat menjadi dasar pengelolaan kesehatan. Satu kata beliau yang masih saya ingat, "Mahasiswa itu aneh. Kemana-mana bacaannya slide dosen. Slide dosen itu isinya apa? Masalah di luar sana lebih luas dibandingkan slide dosen. Harusnya jangan terpaku pada apa yang dikatakan dosen, apa yang dituliskan dosen di slide. Kalau caranya begitu, mahasiswa tak akan lebih pintar dari dosennya." Hm, love it!
Di UNS juga ada. Beberapa dosen yang menurut teman-teman sangat menjemukan karena bergaya tahun 70-an tapi menurut saya menarik karena menciptakan keingintahuan. Tapi ya itu tadi, beliau sudah cukup umur jika tidak ingin dikatakan sepuh. Rasanya seperti mendapatkan wejangan dari kakek agar belajar sungguh-sungguh. Hehe.. Salah satu wejangan yang saya dapat dari dosen radiologi "Saya bisa melihat di wajah kalian mana yang kuliah hanya sekedar kuliah atau benar-benar ingin tahu. Sudah terlihat dari sekarang dan saya bisa buktikan kalau nanti kalian koass akan semakin terlihat bedanya. Yang sekedar kuliah mesti banyak lupanya, ditanya longa longo. Yang ingin tahu meskipun ada lupanya tapi kalau dipancing sedikit langsung tau." Hm..., cukup menohok.
Atau dosen IKA yang sering mengusik dengan monolognya. Tidak secara langsung bertanya pada mahasiswa, tapi rasanya sangat mengusik di jiwa. Ini salah satu pertanyaan yang sampai saat ini masih mengganjal karena saya belum dapat jawaban pastinya, "Di kampus jelas bisa pakai mesin sentrifuge, tapi kalau di desa ga ada sentrifuge, gimana caranya cek hematokrit. Padahal di desa yang kena DB juga banyak."
Bagaimana...bagaimana..bagaimana. Beliau tidak meminta kami untuk menjawabnya, tapi rasanya kami seakan dihadapkan pada masalah yang kelak benar-benar kami hadapi di depan mata. Hm...

Dosen yang komunikatif
Kalaupun dosen itu tidak menimbulkan suatu kekritisan, saya suka seorang dosen yang komunikatif. Beliau tidak hanya menyampaikan asal menyampaikan, tapi beliau mau meng-orang-kan mahasiswa dan menganggap kami ada.
Ya, komunikatif. Bisa diartikan komunikatif dengan kontak mata dengan seluruh mahasiswanya, atau penekanan intonasi yang berbeda, ataupun dengan memberi pertanyaan sebagai interaksi langsung dengan mahasiswa. Sebuah interaksi yang mau tak mau membuat perhatian mahasiswa terpaku untuk jaga-jaga kalau tiba-tiba ditunjuk dan diberi pertanyaan. Seru, meskipun deg-degan, tapi bagi saya pribadi justru menjadi waspada dan konsentrasi dengan kuliahnya. Bukankah lebih baik begitu?
Di UI ada dosen seperti itu. Lagi-lagi sudah sepuh juga. Beliau selalu menanyai mahasiswa yang terjangkau oleh kabel mikrofon. Satu-dua pertemuan, mahasiswa yang ditunjuk mau tak mau pasrah menjawab. Pertemuan berikutnya, semuanya berebut mencari kursi di belakang atau di pinggir. Hingga akhirnya beliau meledek dan berkata, "Kok pada menjauh semua, besok saya minta CS menyiapkan mikrofon yang tanpa kabel." Nah lo...!
Saya pernah kedapetan ditunjuk sekali (padahal biasanya saya selalu lolos..^^) Tau bagaimana cara menunjuknya? Sangat konyol. Beliau berkata, "Karena kemarin Partai Demokrat menang pemilu, saya pilih nomor urut 31." Beliau lalu melihat daftar nama dan menyebut, "Aviaddina! Ya, ayo mbak apa jawabannya. Kemarin habis menang kan. Harus bisa menjawab berarti." Alamak..., apa hubungannya coba? Hm...

Teman mahasiswa yang kooperatif
Ya, ketika teman mahasiswa bersikap masa bodoh rasanya tidak enak sekali. Saya sangat tertarik ketika ada teman mahasiswa yang bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Dulu ada seorang teman di UI begitu. Hingga dia bertanya jawab satu lawan satu dengan dosen yang mengajar dan kami hanya memandang, memberi support, ataupun menunggu apa timpalan selanjutnya. Seru.
Kalau di UNS ada seorang teman juga yang sangat kooperatif. Meskipun jarang bertanya, tapi dia cukup kritis. Dan dia orang yang paling sering nyeletuk dan menjawab dengan tepat pertanyaan dosen di sela-sela kuliah.
Begitu seharusnya kuliah, ada teman-teman yang penuh ingin tahu untuk membangkikan keingintahuan kawannya, atau justru sudah supertahu dan membagi ilmu pada yang lainnya. Hm, thanks a lot for them...

Ya, itu kuliah yang menyenangkan menurut saya. Dosen yang tak sekedar mengajar tapi juga merangsang keingintahuan, dosen komunikatif, dan mahasiswa yang tidak dikendalikan oleh kekakuan sistem. Mahasiswa yang bukan mesin penghafal dosennya, tapi mahasiswa yang mau membuka mata dan hati untuk sebuah rasa ingin tahu dan tak terpaku pada slide dosen. Hm..., ingin bisa begitu. Pasti sungguh menyenangkan berada di tengah-tengah perkuliahan yang seperti itu. Semoga...

PS:
Ditulis sebagai nostalgia obat rindu kuliah di FKM. Sekaligus rindu mendengarkan kuliah para "dosen 70-an".
Pun rindu menulis cakul.
Rindu nulis cakul?! Hm..., kurang kerjaan!!!

Friday, 16 July 2010

Biasakan Ritual Pagi Hari

05:34 21 Comments
Ada yang punya ritual pagi hari? Sebagian besar menjawab ada. Tapi ketika ditanya, ritual apakah itu, jawabannya mulai bermacam-macam. Ada yang ritual paginya berbau olahraga seperti jogging dan senam pagi, atau berbau bersih-bersih macam menyapu, ngepel, atau yang berbau rohani seperti sholat fajar, membaca dzikir pagi, dan lanjut hingga dhuha. Hm..., boleh juga. Tapi yang saya maksud ritual pagi di sini bukanlah semua di atas, melainkan...psst...BAB alias buang air besar.

Eh, tunggu dulu. Jangan buru-buru protes dengan istilah ritual pagi saya ini. Saya berani berkata begitu karena menurut jam biologis tubuh kita, antara pukul 05.00-07.00 adalah saat yang tepat untuk buang air besar. Termasuk pagi kan itu? Trus kenapa kok bisa jam itu? Soalnya di jam-jam inilah usus besar bekerja dengan sangat maksimal dan tentunya tepat buat kita untuk buang air besar. Yah, meskipun tidak ada salahnya dan tidak masalah juga jika kita mau buang air besar di siang, sore, atau tengah malam sekalipun.

Oke, stop perdebatan kita tentang ritual pagi. Yang lebih penting adalah bagai
mana agar buang air besar itu bisa menjadi sebuah kebiasaan alias bisa rutin setiap harinya. Yup, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sekali orang di luar sana yang masih susah buang air besar. Buktinya, iklan produk pelancar buang air besar tetap saja laris dan menghiasai televisi kita. Tentu kita tidak mau kan harus mengalami derita tidak bisa buang air besar ini? So, coba lihat tips di bawah ini agar buang air besar kita jadi lancar dan rutin setiap hari.

Segera Buang Air Besar
Lho, gimana sih? Kan ini ceritanya biar bisa lancar buang air besar. Belum benar-benar lancar kok udah disuruh buang air besar. Hm... Tenang...tenang kawan! Maksud saya, kalau sewaktu-waktu Anda merasa ingin buang air besar, segeralah ditunaikan kewajibannya itu. Tak perlu pakai acara gengsi-gengsi segala karena sedang kuliah atau ada acara kumpul-kumpul misalnya. Lebih baik ijin untuk buang air besar daripada berjuang keras untuk menahannya. Kenapa begitu? Karena buang air besar yang sengaja ditahan justru akan menimbulkan konstipasi alias sembelit alias susah buang air besar di kemudian hari. Nah lo, sudah mending kita diberi rasa ingin buang air besar sekarang, daripada justru tidak bisa buang air besar beberapa hari ke depan. Jadi repot kan?


Makan Buah dan Sayur

Ya..ya..ya... Buah dan sayur adalah sumber serat yang sangat bagus untuk tubuh kita. Memang sih, ada sumber serat yang lain seperti suplemen serat misalnya. Tapi, mendapatkan asupan dari bahan alami dan bukan sekedar suplemen tentu akan lebih baik kan. Nah, kenapa kok serat menjadi hal yang utama untuk masalah buang air besar ini? Soalnya dengan banyak makan serat, maka gerakan usus besar pun akan semakin baik. Tentu saja, buang air besar pun akan menjadi lebih mudah.

Banyak minum air

Hm..., lagi-lagi tentang minum air. Ini kaitannya dengan si serat tadi. Kalau dalam usus besar kita banyak terdapat makanan berserat, akibatnya serat tadi akan banyak menarik air pula. Kalau air yang terserap cukup banyak, feses pun akan menjadi lebih lunak. Dengan feses yang lunak, buang air besar pun akan terasa mudah. So, banyak minum air ya.

Rileks

Hehe..., ini maksudnya bukan saat buang air kita harus rileks lho ya. Yang saya maksud di sini adalah kita mencoba rileks dalam kehidupan kita. Yah, tidak dapat dipungkiri ritme kehidupan terkadang diselingi dengan stress atau kecemasan. Tapi tahukan Anda kalau stress yang kita alami akan mempengaruhi otot-otot dalam tubuh kita. Salah satunya otot organ pencernaan. Nah, kalau otot perncernaan terganggu, tentu fungsi organ pun akan terganggu. Kita jadi tidak bisa buang air besar deh...

Olahraga
Hm.., olahraga lagi olahraga lagi... Hehe, memang harus begitu kawan. Bagaimanapun dengan olahraga akan membuat tubuh kita menjadi bugar. Organ-organ tubuh akan bekerja secara normal. Entah itu tentang pencernaan atau pernafasan seperti posting kemarin, olahraga tetap menjadi cara ampuh untuk menjaga kesehatan kita. So, ayo olahraga...
Yup, sekiranya itu yang bisa kita lakukan agar tubuh kita normal buang air besar setiap hari. Dengan buang air besar rutin, kotoran-kotoran dalam tubuh akan keluar. Tubuh pun akan menjadi lebih sehat dan terasa nyaman. Insya Allah...


Thursday, 15 July 2010

Mati Sia-sia

16:42 2 Comments

Mohon perhatian... Para pengguna jalan raya... Perlu kami beritahukan...bla...bla...bla...
Hingga saat ini, telah banyak korban meninggal dunia sia-sia... bla...bla...bla...

Pernah mendengar tentang himbauan di atas? Tentu pernah. Entah itu saat terjebak palang perlintasan kereta api atau di perempatan-perempatan besar. Memperhatikan himbauan itu? Hm..., sebenarnya awalnya saya tak cukup peduli. Yang saya tahu, iya...kita harus hati-hati, ada perempatan nih, atau ada kereta lewat nih. Cuma itu. Tapi berhubung kemarin saya menjadi orang pertama yang pasrah saat pintu palang kereta api ditutup, saya jadi mendapatkan hal yang cukup mengusik saya di himbauan itu. Yup, telah banyak korban meninggal dunia sia-sia...

Saya tidak bermaksud membeberkan data-data kecelakaan lalu lintas di sini, tidak sama sekali. Saya justru tertarik dengan diksi yang dipilih di himbauan tersebut. Kenapa meninggal dunia sia-sia? Dalam hati saya bertanya, adakah meninggal dunia sia-sia?

Lantas, saya mendiskusikannya dengan sahabat saya. Saya iseng bertanya, meninggal dunia sia-sia itu seperti apa? Katanya, misalkan saja seseorang membela orang hingga titik darah penghabisan, tapi orang yang dibela ternyata tidak di pihak yang benar, tetapi justru berada di pihak yang salah. Lalu, saya membantah. Boleh jadi dia memang sia-sia membela orang yang salah, tapi seandainya pembelaannya itu dalam wujud sebuah pertolongan bukankah akan tetap dinilai sebagai salah satu bentuk amal?

Masih penasaran, saya minta pendapat eyang google. Sebuah artikel berisikan 10 tokoh yang mati sia-sia. Dan tahukah anda apa penyebab mati yang oleh si pembuat artikel digolongkan sia-sia? Kejatuhan binatang, tertusuk kayu, minum alkohol, dll. Semua cenderung mengarah pada sebuah kecelakaan. Tapi mengapa harus dikatakan sia-sia?

Sia-sia... Semua dipandang dari kausanya saja. Mungkin jika dia mengidap penyakit, tidak akan dikatakan mati sia-sia. Hm..., padahal kapan dan bagaimana maut menjemput, Allah lah pengaturnya. Jika memang harus mati saat kecelakaan dan mendapat predikat 'sia-sia', apakah Allah SWT sengaja membuat keputusan yang sia-sia? Rasanya tidak.

Tidak ada yang sia-sia. Hanya kita saja yang belum bisa mengambil hikmahnya. Cobalah kita tengok makna di balik ketetapan Allah SWT lewat kecelakaan itu. Bisa jadi Allah memang menetapkan kecelakaan itu sebagai peringatan untuk kita semua. Peringatan atas kelalaian kita yang masih sering melanggar rambu-rambu lalu lintas, atau peringatan agar ada perbaikan kualitas pelayanan keamanan berlalu lintas. Bukankah ini akan memunculkan suatu upaya untuk berubah menjadi lebih baik? Kalau memang begitu, bukankah itu menjadi hal yang tidak sia-sia? Justru menjadi sebuah kebaikan untuk ke depannya.

Dan tentang pemilihan diksi meninggal dunia sia-sia itu, apakah itu juga menjadi sebuah peringatan bagi kita semua yang mendengar himbauan tersebut? Peringatan untuk mengusik makna meninggal dunia sia-sia, peringatan untuk memahami kausa kematian yang ada. Agar kita mau memahami bahwa segala kematian adalah ketetapan Allah SWT. Hingga kita diperingatkan untuk menengok kembali keimanan kita, lebih-lebih tentang iman pada qada dan qadar Allah. Dan ujung-ujungnya peringatan agar kita mempersiapkan bekal mati.

Terlepas dari itu, mudah-mudahan akan selalu ada amal jariyah yang terus mengalir untuk para korban meninggal dunia yang dianggap sia-sia itu agar hidupnya benar-benar tidak menjadi sia-sia belaka...





PS: 'Afwan jiddan...

Sunday, 11 July 2010

Sakit-sakit Kok Olahraga?

10:53 2 Comments
Ceritanya, beberapa bulan yang lalu sahabat saya menderita flu. Dia mengeluh tidak enak badan, meriang, dan tentu saja merasa tak nyaman karena hidungnya tersumbat. Saat itu saya menyarankan pada sahabat saya untuk olahraga sedikit-sedikit, menghirup udara yang segar di pagi hari. Namun oleh sahabat saya yang lain, saran saya dibantah. Katanya, lebih baik istirahat saja di rumah, banyak tidur agar cepat sembuh. Dia justru berkata pada sahabat saya yang sakit itu, "Sakit-sakit begitu kok nekat mau olahraga?!" O..o..., ternyata ada salah paham di sini.

Benarkah saat sakit kita tidak diperbolehkan olahraga dan harus istirahat saja? Hm.., belum tentu kawan. Lihat dulu sakitnya. Jika kasusnya seperti sahabat saya itu, yang hanya meriang saja, atau flu yang masih tergolong ringan, olahraga justru menjadi suatu hal yang dianjurkan. Menurut Edward R.Laskowski, M.D, physical medicine and rehabilitation specialist dari mayoclinic, olahraga yang dilakukan saat flu ringan justru baik untuk melancarkan hidung yang tersumbat. Selain itu, olahraga juga akan meningkatkan daya tahan tubuh yang tentunya akan menangkis serangan virus flu itu dan mempercepat penyembuhannya. Bukankah itu sangat diharapkan oleh penderita flu?

Ya, itu kan kalau flu ringan, kalau flu berat bagaimana? Atau penyakit-penyakit lainnya? Hm..., masih menurut pakar dari mayoclinic di atas, ada beberapa patokan bagi orang sakit untuk boleh melakukan olahraga. Jika sakit yang dideritanya menyerang bagian leher ke atas, misalkan hidung tersumbat, pilek, bersin-bersin, sakit tenggorokan, maka olahraga tetap boleh dilakukan. Namun jika sudah menyerang leher ke bawah, misalnya sesak nafas, nyeri perut, nyeri otot, maka olahraga sebaiknya ditunda terlebih dahulu.

Hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan apabila seseorang yang sakit ingin tetap melakukan olahraga yaitu pilih olahraga yang ringan dan dengarkan alarm tubuh kita. Tidak perlu dipaksakan untuk melakukan jogging apalagi permainan sepak bola, cukup olahraga berjalan kaki saja. Seandainya setelah olahraga tubuh justru menjadi makin lemah atau gejala penyakit justru kian parah, segera hentikan kegiatan olahraga. Perbanyak istirahat terlebih dahulu, makan makanan bergizi, dan mulailah berolahraga kembali setelah masa pemulihan.

So, olahraga saat sakit tak sepenuhnya salah kan?

Friday, 9 July 2010

Si Perut Buncit

17:40 9 Comments

Bajuku dulu... tak begini..., tapi kini tak cukup lagi... (scott emulsion mode on ^^ hehe...)
Kalau saya tidak salah ingat, produk itu menawarkan jasa untuk tumbuh besar dan tinggi. Hm.., pertumbuhan. Waktu kecil kita tumbuh ke atas. Tiap tahun setidaknya tambah satu centi. Tapi waktu batas atas kita udah mentok, kenapa justru jadi tumbuh ke samping ya, atau malah ke depan?? Hm..., kayak pohon aja. Makin tua, makin tumbuh ke samping, makin banyak lingkar kambiumnya. Trus apa kalau manusia yang makin tua juga diartikan makin tumbuh ke samping, trus makin banyak lipatan lemaknya? Hm.., bisa mendapat gelar baru tuh.., si perut buncit!

Ngomong-ngomong tentang si perut buncit, tak semua orang yang makin tua identik dengan makin buncit. Ada yang waktu kecil badannya kurus kering tapi buncit macam kwashiorkhor, atau dewasa yang perut buncit karena ada pembesaran hati atau limpa. Tapi kalau kita normal-normal saja, sehat-sehat saja, kok perut bisa membuncit juga, coba deh lihat dulu penyebabnya biar bisa kita cegah dan kita atasi si perut buncit ini.

Kurang Minum Air
Hayo..., sudah minum berapa gelas air hari ini? Ya, tanyakan pada diri sendiri. Usahakan minum 8 gelas air sehari. Air putih lho yang dimaksud di sini. Kalau 8 gelas tapi kopi semua atau teh semua, wah..., bisa berabe itu. Saya pernah mendapat sebuah tips saat ada acara bazaar kesehatan di FKM UI dulu. Iseng-iseng saya ikut cek kesehatan dan ternyata ginjal saya mulai sedikit bermasalah karena saya cukup malas minum. Lalu oleh ibu konsultan itu saya disarankan untuk mengikuti cara Rasulullah SAW yaitu minum satu gelas air sebelum atau sesudah sholat. Jadi kalau dihitung-hitung, dalam sehari saya akan minum 5 gelas air ba'da sholat ditambah 3 gelas air setelah makan. Bukankah mencukupi kebutuhan 8 gelas air sehari?

Makan Tergesa-gesa
Seperti orang yang tidak pernah melihat makanan satu bulan saja, begitu ada makanan, inginnya langsung tancap gas menyerbu. Belum ada lima detik satu suapan nasi dimasukkan, sudah tambah lagi suapan kedua. Hm..., cepat amat? Sabar, hey..., sabar! Masih ingat kan dengan pelajaran waktu SMA dulu, ajaran makan dengan mengunyah minimal 30 kali. Sudah dipraktekkan? Wah..., keburu laper...hehe... Yah, sabar sedikit kawan. Mengunyah lebih banyak itu bisa membantu organ tubuh kita yang lain. Tahanlah sebentar kehendakmu untuk buru-buru menelan. Kunyah dulu. Tidak perlu juga dihitung terus sampai 30, setidaknya sampai makanan itu benar-benar lembut dan tidak terasa mengganjal di kerongkongan. Tapi betul-betul dikunyah lho ya, bukan di'emut' alias dihisap macam anak kecil...

Buang Air Besar Tidak Lancar
Nah, lo... Ini nih yang kadang juga menjadi kendala. Mirip iklan produk pelancar BAB di TV, seperti membawa sampah ke mana-mana. Ya itulah yang menjadikan perut membuncit. Sampahnya masih di perut sih... So, usahakan untuk rutin buang air besar. Hm..., masalah ini kalau dibahas di sini cukup panjang juga. Insya Allah lain kali akan saya posting tentang buang air besar. Intinya, pilih makanan yang tepat, banyak serat, banyak makan buah dan sayur, insya Allah buang air besar pun akan menjadi lancar.

Kurang Gerak
Coba ngaku, siapa yang tiap hari menyediakan waktu untuk jogging atau senam di rumah? Mayoritas akan menjawab jarang, atau malah tidak pernah. Sedangkan di lain sisi, ngakunya anak kuliah, dari pagi hari sampai sore duduk terus di belakang meja. Sampai rumah, duduk lagi ngerjakan tugas atau ngenet ria. Trus, kapan bergeraknya? Tuh, kan. Usahakan sebisa mungkin untuk bergerak agar kalori terbakar dan perut pun tidak membuncit.

Hm, itu baru beberapa penyebab perut buncit yang sangat dipengaruhi oleh kebiasaan kita. Kebiasaan minum, makan, buang air besar, dan gerak alias olahraga. Masih ada penyebab yang lain sebenarnya, tapi lebih baik jika kita menhilangkan sebab-sebab yang sejatinya adalah sebuah kebiasaan. So, punya kebiasaan sehat? Mengapa tidak...


Thursday, 8 July 2010

Thanks For Letting Me Keep Writing

17:39 2 Comments
Aku bukanlah penulis hebat, apalagi penulis terkenal. Tulisanku tak bagus-bagus amat, pun belum layak muat. Namun..., thanks a lot for you for letting me keep writing...

Sebuah cerita untuk sahabat karibku...

Awal aku mengenal dunia tulis saat kelas 6 SD. Berawal dari khayalan tingkat tinggi setelah menonton film seri Putri Huan Zhu, aku terobsesi ke luar negeri, kuliah ke luar negeri tepatnya. Dan obsesiku itu kutulis dalam sebuah novel. Ya, novel. Berani sekali anak kelas 6 SD menulis novel? Haha..., tidak juga. Hanyalah sebuah cerita panjang yang tak juga berakhir di sebuah buku sidu 58 lembar. Tak layak jika dianggap cerpen, jadi kuanggap saja itu novel. Meskipun saat aku SMA dan membaca buku itu aku mengernyitkan dahi, "novel macam apa ini? sungguh anak SD yang tak tau apa-apa sama sekali."

Begitu seterusnya hingga aku mengenal apa itu karya tulis ilmiah saat kelas 6 SD juga. Lalu tugas SMP kelas 1 untuk membuat pantun, yang membuatku mulai suka bermain-main dengan kata-kata yang bersajak sama. Dan novel kelas 6 SD-ku yang belum rampung itu kututup karena aku berpaling untuk menulis cerpen. Hingga kelas 3 SMA, saat tugas bahasa indonesia membuatku mulai tertarik dengan makna di balik puisi. Dan petualanganku belajar menulis terhenti, hingga kau 'memaksaku' untuk menulis kembali. Tak tanggung-tanggung, sebuah buku.

Awalnya aku belum pernah berpikiran untuk membuat buku. Tapi nyatanya, dengan doronganmu aku selesai juga membuat sebuah buku cerita untuk anak SD yang menceritakan tentang Sumpah Pemuda. Walaupun tidak jadi terbit, tapi proses membuat buku itu telah membangunkanku dari kemalasan untuk menulis sesuatu. Hm..., thanks for it...

Dan proyek buku itu terus berlanjut. Aku masih punya hutang 2 buku padamu. Satu novel yang idenya kau sampaikan padaku saat di televisi sedang marak-maraknya kasus Antasari. Ya, sebuah novel yang diangkat dari situ. Lalu satu buku non fiksi yang rencananya berisi dialog ilmiah tentang memandang suatu kehidupan. Entah itu kehidupan politik, kampus, sekolah, atau apapun. Hm..., thanks for your inspiration to make me keep writing...

And this blog... Blog ini pun terwujud atas prakarsamu memaksaku untuk tetap menulis. Bukan tulisan penuh curhat seperti blogku yang dulu, tapi tulisan yang berusaha memberikan sebuah manfaat. Ya.., aku masih ingat teorimu tentang sebuah tulisan. Hanya menulis itu gampang, tapi menulislah dengan nilai. Dan aku mulai belajar untuk membenahi tulisanku agar memiliki value. Hm.., thanks for your suggestion to make me learn to write...

Ya, begitulah menulis. Tak cuma menulis, tapi berusaha untuk menyampaikan nilai dalam tulisan yang kita buat. Agar orang yang sudah capek-capek membaca tidak cuma dapat capek saja, tapi juga mendapat pesan yang ingin disampaikan, mendapat sebuah manfaat, mendapatkan value. Prinsip itu perlahan-lahan kutanam dalam diriku. Hingga aku mulai membuang satu per satu cerpen picisan yang hanya khayalan, berusaha beralih haluan membuat cerita yang sebisa mungkin membawa hikmah, ataupun kadang-kadang menyortir postingan blogku yang cenderung hanya berkeluh kesah tanpa ada manfaat yang kiranya dapat diambil oleh pembaca. Ya, belajar menulis. Belajar menyisipkan value dalam tiap apa yang kita tulis. Hm...




PS:
Dan untukmu sahabatku, terima kasih banyak sudah membuatku tetap menulis...
Tapi, mengapa kau sendiri justru tak kunjung jua menulis. Lihat blogmu. Ayo, menulis yang bervalue...

Tuesday, 6 July 2010

Pengamen Itu...

06:41 5 Comments

Bus Langsung Jaya jurusan Jogja-Solo masih saja menaikkan penumpang. Kenek dan sopirnya seakan menutup mata dengan kondisi penumpang yang sudah mirip ikan lele yang megap-megap di ember penjual ikan. Berdesakan dan berebut udara yang keluar masuk lewat celah jendela yang tak terbuka semua. Hampir setengah perjalanan aku berdiri. Untung saja saat itu belum penuh sesak seperti ini. Setidaknya tadi aku masih dapat berdiri tegak dan leluasa memasang kuda-kuda untuk menangkis serangan mendadak injakan kaki sopir di atas rem.


Beberapa kali bus berhenti, namun agaknya tak cukup memberi dampak yang berarti. Tetap penuh, sesak. Di ujung jalan, bus kembali berhenti. Seorang penghuni baru yang agaknya tak terlalu diharapkan mencoba menerobos kerumunan. Ia berhenti dua kursi di depan kursi tempatku merebahkan diri. Dengan sebuah senjata, dia mulai beradu melawan deru suara mesin, melantunkan sebuah lagu.


Tak ada yang special, dalam arti tidak spektakuler hingga membuat semua penumpang terpukau dan mengarahkan pandang padanya, pun tidak hancur lebur yang justru membuat penumpang pun menoleh padanya dengan pandangan berharap untuk diam saja. Dia yang seorang diri hanyalah menambah populasi bus ini, pun menambah runyam perkara kurasa. Ibarat lele di ember dengan tangan penjual yang berkecipak di permukaan air atau mengetuk-ketuk dinding ember berharap dagangannya laris. Laris, namun para lele semakin resah. Sungguh pemandangan yang bagiku tak layak dikatakan pemandangan.


Aku mencoba memalingkan mata ke arah jendela. Sayangnya pandanganku terhalang oleh seorang ibu muda yang terlihat manis dengan kerudungnya. Tak enak rasanya jika berebut zona pandang di jendela yang hanya sepetak itu. Aku pun menggiring pandanganku ke sisi seberang dan terlihatlah pengamen itu. Sosoknya tua paruh baya, tidak kurus kering mengenaskan, namun tidak pula gemuk ibarat bos besar. Dengan topi pet dan kaos oblong putih yang sudah tidak putih benar, dia melantunkan lagu lama. Seketika aku terhenyak melihat wajah pengamen itu.


Wajahnya menyiratkan sebuah keletihan yang sangat. Wajar, jarum jam di tanganku menunjukkan pukul 5 sore. Jika bapak pengamen itu sudah keluar rumah sejak pagi tadi, tentunya kelelahan menjadi hal yang biasa. Namun dibalik keletihan itu, aku menemukan suatu gurat wajah yang lain. Kesabaran. Ya, itu yang kutemukan di wajah letih itu.


Pikiranku yang sering mengembara tak tentu arah entah mengapa justru membayangkan hal yang aneh-aneh. Sudah tidak terdengar lagu bapak pengamen itu melantunkan lagu apa. Pikiranku melayang ke sesosok manusia yang wajahnya ingin kujumpai. Bapak, ya, bapakku. Entah pikiran ngawur ini mengapa membawaku pada bapak, tapi terbayang di pelupuk mata ini ketika bapak pulang malam dan wajahnya pun menyiratkan kelelahan yang sabar. Sungguh…, aku merasakan betapa bapak dan bapak pengamen ini telah melakukan sebuah perjuangan yang besar untuk keluarganya.


Pikiranku kembali mengada-ada, menciptakan sebuah skenario yang dramatis dalam angan-anganku sendiri. Aku membayangkan bapak pengamen ini pergi ke luar rumah pagi-pagi benar dengan diiringi tatapan penuh harap keluarganya akan beberapa keping uang logam atau selembar uang untuk mengisi perut mereka esok hari. Dan bapak pengamen itu bekerja dengan caranya, mengamen dengan penuh kesabaran, berusaha ikhlas menerima berapapun uang yang akan ia terima dalam pengembaraannya menjelajahi bus demi bus.


Ketika nyanyian terhenti, bapak pengamen itu mengulurkan tangannya. Satu hal lagi yang kusuka dari bapak pengamen itu yang belum tentu kudapatkan pada semua pengamen yang kebetulan aku jumpai di bus. Wajahnya ikhlas menerima uluran derma pun ketika penumpang hanya melambaikan tangan karena tak ingin memberi. Saat melewati himpitan penumpang di lorong bus, bibirnya tak lupa berkata “amit..amit..(permisi..permisi…)”. Kurasa ini sebuah penghormatan yang bisa ia berikan pada penumpang, agar ia tidak dikira kurang ajar ikut berdesakan dan menghimpit mereka meminta jalan.


Satu lagi, saat tangan penumpang mengulurkan sedikit rupiah padanya, dia tersenyum. Sungguh tersenyum yang menyiratkan sebuah syukur. Tak lupa tentunya dengan ucapan “matur nuwun…(terima kasih)”. Kurasa ini sebuah syukur yang ia panjatkan pada Allah, pun pada orang yang telah rela memberinya derma.


Tak peduli apakah mengamen itu sebuah kerja, atau akan digunakan untuk apa uang yang ia terima, aku belajar sesuatu dari bapak pengamen itu. Belajar tentang sebuah kerja keras walau lelah disertai dengan kesabaran. Dan belajar tentang rasa syukur teriring ucapan terima kasih dengan rasa ikhlas atas rizki apapun yang diterima.



Friday, 2 July 2010

Gampang Tidur..., Narkolepsi kah?

20:07 16 Comments
Pernah mendengar tentang narkolepsi? Sejujurnya, saya baru mendengarnya satu kali. Itupun karena saya diledek oleh karib sejati saya kalau saya menderita narkolepsi karena saya terkantuk-kantuk membaca buku. Padahal buku itu menarik sekali bagi saya, namun tetap saja membuat mata ini ingin sekali tertutup. Berhubung saya tidak tau tentang narkolepsi, iseng saya search di google.

Narkolepsi bisa dikatakan sebagai serangan tidur. Orang jadi gampang sekali mengantuk di waktu siang dan tidak bisa mempertahankan keadaan sadarnya. Akibatnya, dia tertidur. Biasanya setelah bangun tidur, dia akan merasa segar. Tapi tak berapa lama, dia akan kembali merasa kantuk (id.wikipedia.org).

Rasanya, kalau dari pengertian itu saja, akan banyak sekali orang yang menderita narkolepsi. Nah, ada beberapa tanda yang bisa kita amati untuk menggolongkan apakah kita narkolpesi. Biasanya dia akan gampang sekali mengantuk di siang hari hingga akhirnya gampang tertidur. Tapi sebaliknya, di malam hari terkadang dia justru tidak semudah itu untuk tidur. Badannya akan terasa segar, namun akan cepat kembali mengantuk. Saat akan tertidur, ototnya menjadi lemas sehingga terkadang dia menjatuhkan sesuatu, atau menjatuhkan kepalanya dan mulutnya membuka. Pada saat tidur, dia sering berhalusinasi. Dan ketika peralihan antara sadar dan tidur, tubuhnya terasa seperti lumpuh tidak bisa digerakkan (tempointeraktif.com).

Lalu kenapa bisa sampai menderita narkolepsi? Secara pasti, belum diketahui apa penyebabnya. Beberapa kemungkinan penyebab yaitu adanya gangguan pada otak di bagian pengendali gelombang tidur REM. REM (rapid eye movement) ini adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami mimpi. Jadi karena otak di bagian gelombang tidur REM ini terganggu, penderita narkolepsi yang terjaga jadi mendapatkan halusinasi yang sejatinya adalah menerobosnya keadaan mimpi ke keadaan terjaga. Secara gampangnya, kita sadar tapi kita mendapat mimpi. Jadi kita terkesan berhalusinasi. Dalam keadaan normal, REM ini muncul dalam tidur di mana pada saat itu seluruh otot tubuh tidak aktif dan hanya mata dan pernafasan saja yang aktif. Berhubung REM-nya tidak terkendali oleh otak, akibatnya REM pun menyebabkan otot tubuh kita tidak bekerja dan kita tertidur. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa penderita narkolepsi memiliki antigen khusus HLA DQB1*602 atau rendahnya kadar hipokretin penghasil neurotransmitter dalam cairan serebro spinal (patient.co.uk).

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa narkolepsi ini merupakan penyakit saraf dan otak dan perlu adanya perawatan untuk mengobatinya. Mengapa sampai butuh pengobatan? Karena penderita narkolepsi sangat sering tertidur di saat yang tidak tepat dan tempat yang tidak tepat pula, seperti saat menyetir, memasak, atau bahkan ada kasus pasien yang tidur saat BAB. Hm.., tentu cukup berbahaya jika tertidur saat menyetir.

Apakah penyakit tidur Anda separah ini? Hm..., cek diri sendiri dan segera berobat ke dokter bila perlu.