"Mbak, enakan kuliah di FKM UI atau FK UNS?"
Sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh adik kelas masa SMA beberapa hari yang lalu. Hm, agak lama saya menjawabnya. Butuh waktu perlahan untuk memutar kenangan satu tahun di FKM UI pun satu tahun di FK UNS.
Pertanyaan itu secara tidak langsung menggiring saya pada pertanyaan bagaimana kuliah yang enak itu. Hingga kemudian saya bisa memberinya jawaban tentang enak kuliah mana antara FKM UI dan FK UNS. Ya, kuliah yang menyenangkan dan mengenakkan. Ada beberapa hal yang kuanggap sebagai kuliah yang menyenangkan.
Dosen yang kritis dan memicu kekritisan mahasiswa
Ini tipe dosen yang paling saya senangi dan membuat saya betah plus cinta menghadiri kuliah beliau.
Dulu ada seorang dosen di FKM yang betul-betul menarik hati saya. Lucunya, dia bukan dosen kesehatan, tapi dosen mata kuliah kepemimpinan. Setiap menghadiri kuliah beliau, selalu saja ada pertanyaan yang timbul di benak saya dan saya tulis di note kecil untuk saya cari jawabnya. Beliau tidak langsung mengungkapkan pertanyaan "kenapa kok begini, kenapa kok begitu" tapi beliau mengangkat sebuah permasalahan sosial yang jauh dari segi kesehatan tapi jika dikritisi sangat menjadi dasar pengelolaan kesehatan. Satu kata beliau yang masih saya ingat, "Mahasiswa itu aneh. Kemana-mana bacaannya slide dosen. Slide dosen itu isinya apa? Masalah di luar sana lebih luas dibandingkan slide dosen. Harusnya jangan terpaku pada apa yang dikatakan dosen, apa yang dituliskan dosen di slide. Kalau caranya begitu, mahasiswa tak akan lebih pintar dari dosennya." Hm, love it!
Di UNS juga ada. Beberapa dosen yang menurut teman-teman sangat menjemukan karena bergaya tahun 70-an tapi menurut saya menarik karena menciptakan keingintahuan. Tapi ya itu tadi, beliau sudah cukup umur jika tidak ingin dikatakan sepuh. Rasanya seperti mendapatkan wejangan dari kakek agar belajar sungguh-sungguh. Hehe.. Salah satu wejangan yang saya dapat dari dosen radiologi "Saya bisa melihat di wajah kalian mana yang kuliah hanya sekedar kuliah atau benar-benar ingin tahu. Sudah terlihat dari sekarang dan saya bisa buktikan kalau nanti kalian koass akan semakin terlihat bedanya. Yang sekedar kuliah mesti banyak lupanya, ditanya longa longo. Yang ingin tahu meskipun ada lupanya tapi kalau dipancing sedikit langsung tau." Hm..., cukup menohok.
Atau dosen IKA yang sering mengusik dengan monolognya. Tidak secara langsung bertanya pada mahasiswa, tapi rasanya sangat mengusik di jiwa. Ini salah satu pertanyaan yang sampai saat ini masih mengganjal karena saya belum dapat jawaban pastinya, "Di kampus jelas bisa pakai mesin sentrifuge, tapi kalau di desa ga ada sentrifuge, gimana caranya cek hematokrit. Padahal di desa yang kena DB juga banyak."
Bagaimana...bagaimana..bagaimana. Beliau tidak meminta kami untuk menjawabnya, tapi rasanya kami seakan dihadapkan pada masalah yang kelak benar-benar kami hadapi di depan mata. Hm...
Dosen yang komunikatif
Kalaupun dosen itu tidak menimbulkan suatu kekritisan, saya suka seorang dosen yang komunikatif. Beliau tidak hanya menyampaikan asal menyampaikan, tapi beliau mau meng-orang-kan mahasiswa dan menganggap kami ada.
Ya, komunikatif. Bisa diartikan komunikatif dengan kontak mata dengan seluruh mahasiswanya, atau penekanan intonasi yang berbeda, ataupun dengan memberi pertanyaan sebagai interaksi langsung dengan mahasiswa. Sebuah interaksi yang mau tak mau membuat perhatian mahasiswa terpaku untuk jaga-jaga kalau tiba-tiba ditunjuk dan diberi pertanyaan. Seru, meskipun deg-degan, tapi bagi saya pribadi justru menjadi waspada dan konsentrasi dengan kuliahnya. Bukankah lebih baik begitu?
Di UI ada dosen seperti itu. Lagi-lagi sudah sepuh juga. Beliau selalu menanyai mahasiswa yang terjangkau oleh kabel mikrofon. Satu-dua pertemuan, mahasiswa yang ditunjuk mau tak mau pasrah menjawab. Pertemuan berikutnya, semuanya berebut mencari kursi di belakang atau di pinggir. Hingga akhirnya beliau meledek dan berkata, "Kok pada menjauh semua, besok saya minta CS menyiapkan mikrofon yang tanpa kabel." Nah lo...!
Saya pernah kedapetan ditunjuk sekali (padahal biasanya saya selalu lolos..^^) Tau bagaimana cara menunjuknya? Sangat konyol. Beliau berkata, "Karena kemarin Partai Demokrat menang pemilu, saya pilih nomor urut 31." Beliau lalu melihat daftar nama dan menyebut, "Aviaddina! Ya, ayo mbak apa jawabannya. Kemarin habis menang kan. Harus bisa menjawab berarti." Alamak..., apa hubungannya coba? Hm...
Teman mahasiswa yang kooperatif
Ya, ketika teman mahasiswa bersikap masa bodoh rasanya tidak enak sekali. Saya sangat tertarik ketika ada teman mahasiswa yang bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Dulu ada seorang teman di UI begitu. Hingga dia bertanya jawab satu lawan satu dengan dosen yang mengajar dan kami hanya memandang, memberi support, ataupun menunggu apa timpalan selanjutnya. Seru.
Kalau di UNS ada seorang teman juga yang sangat kooperatif. Meskipun jarang bertanya, tapi dia cukup kritis. Dan dia orang yang paling sering nyeletuk dan menjawab dengan tepat pertanyaan dosen di sela-sela kuliah.
Begitu seharusnya kuliah, ada teman-teman yang penuh ingin tahu untuk membangkikan keingintahuan kawannya, atau justru sudah supertahu dan membagi ilmu pada yang lainnya. Hm, thanks a lot for them...
Ya, itu kuliah yang menyenangkan menurut saya. Dosen yang tak sekedar mengajar tapi juga merangsang keingintahuan, dosen komunikatif, dan mahasiswa yang tidak dikendalikan oleh kekakuan sistem. Mahasiswa yang bukan mesin penghafal dosennya, tapi mahasiswa yang mau membuka mata dan hati untuk sebuah rasa ingin tahu dan tak terpaku pada slide dosen. Hm..., ingin bisa begitu. Pasti sungguh menyenangkan berada di tengah-tengah perkuliahan yang seperti itu. Semoga...
PS:
Ditulis sebagai nostalgia obat rindu kuliah di FKM. Sekaligus rindu mendengarkan kuliah para "dosen 70-an".
Pun rindu menulis cakul.
Rindu nulis cakul?! Hm..., kurang kerjaan!!!
Wednesday, 28 July 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
mbak caaaaaaaaakuuuuuuuuuul, bagus sekaliiii...inspiratif,yayayayaya...ingin tahu...pak dosen radiologi menohok sekaliiiiiiiii, aku ngga mdg diterangin pas itu T.T
ReplyDeletesama..
ReplyDeletepertama kali mendengar kuliah beliau, rasanya muter-muter. tapi berhubung aku pingin mendalami radiologi dan penasaran jan-jane yang diomongin dosennya ini apa, pertemuan berikutnya jadi seru.
malah jadi jatuh cinta sama beliau. =)
ujung-ujungnya jatah bikin cakul kuliah beliau jatuh padaku. hm, makin cinta... hehe..^^
guru SMA saya juga suka manggil berdasarkan nomor.. entah tanggal hari ini ditambah nomor bulan, dikurang sekian, dibagi sekitan, dikali sekian, atau apa pun... ^^
ReplyDeleteselain itu, saya suka dosen yang bisa mengkolaborasikan berbagai mata kuliah..
oya mbak, blognya boleh saya pasang di blogroll tidak?
Hm, mengkolaborasikan beberapa mata kuliah ya. boleh juga. cuma saya kurang menemukan dosen seperti itu.
ReplyDeleteSilakan...,
blog mbak azzahra juga sudah saya pasang di link blogroll.
bbebbebbe..
ReplyDeletembak,, harusnya ada yg punya jatah ngumpulin softcopy smua cakul qt.. ben ga ilang gtu aja,,
kasian kan, hasil lemburan qt semalem, direwangi ngantuk ngantuk, ngulang rekaman lagi, tugas banyak,, awwwgg.. kangen fk live deh jadian ^^
'bbebbebbe..' itu maksudnya apa bil?
ReplyDeletewah, bagus juga usulmu. insya Allah besok kita usahakan.
iya juga, cakulku semester 1 juga hilang semua bersama laptopnya. mudah-mudahan besok semester 3 bisa kita arsipkan yang rapi.
nice idea!