Dunia anak adalah dunia
menyenangkan dan penuh hiburan. Kebutuhan akan permainan dan tontonan yang
menghibur bagi anak-anak seakan tak bisa tergantikan. Rasulullah SAW sebagai
sosok yang begitu mengasihi anak-anak sangat memahami kebutuhan tersebut. Dalam
beberapa riwayat terlihat jelas bagaimana Rasulullah SAW memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi anak-anak untuk bisa bermain dan menyaksikan pertunjukan.
Pengertian dan kasih
sayang terlukis pada diri Rasulullah SAW ketika bersama Aisyah. Istri Rasul
yang belia itu masih begitu lekat dengan permainan kesukaannya sebagaimana
gadis kecil seusianya.
Dalam sebuah riwayat
Aisyah bercerita, “Pada suatu hari raya, ketika rombongan orang-orang Habasyah
memperagakan pertunjukan tari-tarian tombak di halaman masjid, Rasulullah
menawariku, ‘Ya Humaira, apakah engkau mau menonton mereka?’ Aku menjawab,
‘Ya’. Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakang beliau, dan beliau merendahkan
bahunya agar aku dapat melihat dengan jelas. Kuletakkan daguku di atas bahu
beliau sambil kusandarkan wajahku ke pipi beliau, aku menonton lewat atas
pundak beliau, dan beliau menyeru yang di depan agar merendah. Beliau berkata
kepadaku, ‘Ya Aisyah, apakah engkau sudah puas?’ Aku menjawab, ‘Belum’. (HR.
Bukhori dan Muslim).
Kisah di atas
menggambarkan bahwa Aisyah adalah gadis kecil yang masih menyukai hiburan dan
pertunjukan. Ucapan Aisyah di akhir penuturannya menunjukkan bahwa seorang
gadis kecil masih berminat dan menyukai permainan. Beliau teramat senang
melihat permainan dan ingin menyaksikannya selama mungkin tanpa rasa bosan,
kecuali setelah waktu yang lama.
Rasulullah SAW berusaha
memfasilitasi kebutuhan istrinya tersebut. Beliau menanyakan kepada Aisyah
apakah sudah puas menonton. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW
berusaha memberikan kesempatan bagi Aisyah untuk memuaskan dirinya menyaksikan
pertunjukan itu. Di sisi lain, pertanyaan yang diajukan Rasulullah SAW juga
menjadi salah satu cara beliau untuk menjaga dan mengingatkan Aisyah agar segera
berhenti apabila sudah puas sehingga tidak lupa waktu.
Sikap Rasulullah SAW
tersebut hendaknya diteladani oleh orang tua masa kini. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk memfasilitasi kebutuhan anak-anak akan permainan dan
hiburan, namun di sisi lain harus tetap mengingatkan anak-anak agar tidak lupa
waktu. Karena waktu adalah harta yang sangat berharga, bahkan Allah SWT
bersumpah dalam firmannya, “Demi masa,
sesungguhnya manusia dalam kerugian.” (Q.S. Al-Ashr 1-2). Tentunya ini
menjadi tanggung jawab orang tua untuk menjaga anak-anak agar tidak menjadi
manusia merugi karena lalai terlalu asyik bermain.
Kesibukan dan waktu
sempit yang barangkali dikeluhkan oleh kebanyakan orang tua hendaknya bukan
menjadi alasan untuk lepas tangan dari tanggung jawab tersebut. Di tengah
keterbatasan waktu, orang tua selayaknya tetap memberikan kesempatan dan
menjaga kebutuhan tersebut. Rasulullah SAW sebagai sosok yang sibuk dengan
tanggung jawab ummat tetap berusaha untuk mengalah dan memberikan waktu bagi
anak-anak. Seperti dalam kisah berikut.
Suatu hari ketika Rasulullah SAW berangkat ke masjid, di
tengah jalan beliau bertemu dengan sekelompok anak kecil yang sedang asyik
bermain. Ketika anak-anak melihat beliau, mereka langsung mengerumuninya dan
sambil merengek meminta Rasulullah SAW untuk ikut bermain. Dari satu sisi,
Rasulullah SAW tidak ingin menyakiti mereka, di sisi lain beliau harus segera
menuju masjid untuk menunaikan shalat. Akhirnya beliau memutuskan untuk bermain
sebentar guna membersarkan hati anak-anak. Saat itu, Bilal bin Rabbah keluar
dari masjid untuk mencari Rasulullah SAW. Tatkala Bilal melihat Rasulullah SAW
ada di tengah anak kecil, ia memahami sebab keterlambatan Rasulullah SAW. Bilal
bermaksud memarahi anak-anak itu, tetapi Rasulullah SAW melarang. Rasulullah
SAW bersabda kepada Bilal, "Pergilah ke rumah dan bawalah kurma dan walnut
kepada anak-anak ini.” Bilal pun mematuhinya dan membagikan kurma dan walnut
kepada anak-anak hingga mereka gembira dan Rasul pun bisa meninggalkan mereka
dan berangkat ke masjid".
Hadits di atas memberikan penjelasan bahwa Rasulullah SAW
sangat memahami pentingnya bermain bagi anak-anak. Bahkan di tengah waktu yang
sempit pun, Rasulullah SAW tetap berusaha untuk mendukung kebutuhan tersebut. Beliau
sama sekali tidak melarang anak-anak untuk bermain dan menikmati pertunjukan.
Namun bukan berarti
Rasulullah SAW tak mempedulikan waktu dan membiarkan anak-anak terus bermain
begitu saja. Dalam hadits riwayat Bukhori, Rasulullah bersabda, “Apabila malam mulai gelap (malam telah
tiba), tahanlah anak-anak kalian, karena setan saat itu sedang bertebaran.
Apabila telah berlalu sesaat dari waktu maghrib, lepaskanlah mereka…”
Pelarangan anak-anak untuk bermain dalam hadits ini berkaitan dengan melindungi
anak-anak dari penyakit ‘ain.
Dalam hadits di atas Rasulullah SAW memberikan contoh agar
tetap menjaga anak-anak supaya tidak bermain pada saat yang tidak tepat dan
membahayakan diri mereka. Yang kita lakukan hanyalah menuntun anak-anak dengan
cara menjaganya, bukan dengan melarangnya sama sekali.
No comments:
Post a Comment