Follow Us @soratemplates

Friday 30 March 2012

Menjaga Bukan Melarang

(dimuat di Majalah Embun LAZiS Jawa Tengah edisi Maret 2012)

Dunia anak adalah dunia menyenangkan dan penuh hiburan. Kebutuhan akan permainan dan tontonan yang menghibur bagi anak-anak seakan tak bisa tergantikan. Rasulullah SAW sebagai sosok yang begitu mengasihi anak-anak sangat memahami kebutuhan tersebut. Dalam beberapa riwayat terlihat jelas bagaimana Rasulullah SAW memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak-anak untuk bisa bermain dan menyaksikan pertunjukan.
Pengertian dan kasih sayang terlukis pada diri Rasulullah SAW ketika bersama Aisyah. Istri Rasul yang belia itu masih begitu lekat dengan permainan kesukaannya sebagaimana gadis kecil seusianya.
Dalam sebuah riwayat Aisyah bercerita, “Pada suatu hari raya, ketika rombongan orang-orang Habasyah memperagakan pertunjukan tari-tarian tombak di halaman masjid, Rasulullah menawariku, ‘Ya Humaira, apakah engkau mau menonton mereka?’ Aku menjawab, ‘Ya’. Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakang beliau, dan beliau merendahkan bahunya agar aku dapat melihat dengan jelas. Kuletakkan daguku di atas bahu beliau sambil kusandarkan wajahku ke pipi beliau, aku menonton lewat atas pundak beliau, dan beliau menyeru yang di depan agar merendah. Beliau berkata kepadaku, ‘Ya Aisyah, apakah engkau sudah puas?’ Aku menjawab, ‘Belum’. (HR. Bukhori dan Muslim).
Kisah di atas menggambarkan bahwa Aisyah adalah gadis kecil yang masih menyukai hiburan dan pertunjukan. Ucapan Aisyah di akhir penuturannya menunjukkan bahwa seorang gadis kecil masih berminat dan menyukai permainan. Beliau teramat senang melihat permainan dan ingin menyaksikannya selama mungkin tanpa rasa bosan, kecuali setelah waktu yang lama.
Rasulullah SAW berusaha memfasilitasi kebutuhan istrinya tersebut. Beliau menanyakan kepada Aisyah apakah sudah puas menonton. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW berusaha memberikan kesempatan bagi Aisyah untuk memuaskan dirinya menyaksikan pertunjukan itu. Di sisi lain, pertanyaan yang diajukan Rasulullah SAW juga menjadi salah satu cara beliau untuk menjaga dan mengingatkan Aisyah agar segera berhenti apabila sudah puas sehingga tidak lupa waktu.
Sikap Rasulullah SAW tersebut hendaknya diteladani oleh orang tua masa kini. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi kebutuhan anak-anak akan permainan dan hiburan, namun di sisi lain harus tetap mengingatkan anak-anak agar tidak lupa waktu. Karena waktu adalah harta yang sangat berharga, bahkan Allah SWT bersumpah dalam firmannya, “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian.” (Q.S. Al-Ashr 1-2). Tentunya ini menjadi tanggung jawab orang tua untuk menjaga anak-anak agar tidak menjadi manusia merugi karena lalai terlalu asyik bermain.
Kesibukan dan waktu sempit yang barangkali dikeluhkan oleh kebanyakan orang tua hendaknya bukan menjadi alasan untuk lepas tangan dari tanggung jawab tersebut. Di tengah keterbatasan waktu, orang tua selayaknya tetap memberikan kesempatan dan menjaga kebutuhan tersebut. Rasulullah SAW sebagai sosok yang sibuk dengan tanggung jawab ummat tetap berusaha untuk mengalah dan memberikan waktu bagi anak-anak. Seperti dalam kisah berikut.
Suatu hari ketika Rasulullah SAW berangkat ke masjid, di tengah jalan beliau bertemu dengan sekelompok anak kecil yang sedang asyik bermain. Ketika anak-anak melihat beliau, mereka langsung mengerumuninya dan sambil merengek meminta Rasulullah SAW untuk ikut bermain. Dari satu sisi, Rasulullah SAW tidak ingin menyakiti mereka, di sisi lain beliau harus segera menuju masjid untuk menunaikan shalat. Akhirnya beliau memutuskan untuk bermain sebentar guna membersarkan hati anak-anak. Saat itu, Bilal bin Rabbah keluar dari masjid untuk mencari Rasulullah SAW. Tatkala Bilal melihat Rasulullah SAW ada di tengah anak kecil, ia memahami sebab keterlambatan Rasulullah SAW. Bilal bermaksud memarahi anak-anak itu, tetapi Rasulullah SAW melarang. Rasulullah SAW bersabda kepada Bilal, "Pergilah ke rumah dan bawalah kurma dan walnut kepada anak-anak ini.” Bilal pun mematuhinya dan membagikan kurma dan walnut kepada anak-anak hingga mereka gembira dan Rasul pun bisa meninggalkan mereka dan berangkat ke masjid".
Hadits di atas memberikan penjelasan bahwa Rasulullah SAW sangat memahami pentingnya bermain bagi anak-anak. Bahkan di tengah waktu yang sempit pun, Rasulullah SAW tetap berusaha untuk mendukung kebutuhan tersebut. Beliau sama sekali tidak melarang anak-anak untuk bermain dan menikmati pertunjukan.
Namun bukan berarti Rasulullah SAW tak mempedulikan waktu dan membiarkan anak-anak terus bermain begitu saja. Dalam hadits riwayat Bukhori, Rasulullah bersabda, “Apabila malam mulai gelap (malam telah tiba), tahanlah anak-anak kalian, karena setan saat itu sedang bertebaran. Apabila telah berlalu sesaat dari waktu maghrib, lepaskanlah mereka…” Pelarangan anak-anak untuk bermain dalam hadits ini berkaitan dengan melindungi anak-anak dari penyakit ‘ain.
Dalam hadits di atas Rasulullah SAW memberikan contoh agar tetap menjaga anak-anak supaya tidak bermain pada saat yang tidak tepat dan membahayakan diri mereka. Yang kita lakukan hanyalah menuntun anak-anak dengan cara menjaganya, bukan dengan melarangnya sama sekali.

No comments:

Post a Comment