Follow Us @soratemplates

Saturday 31 March 2012

Obsesi Ambisi

Memiliki keinginan adalah sifat dasar seorang manusia. Tetapi mewujudkan keinginan dengan penuh ambisi, hanya segelintir orang yang melakukannya. Tak sekedar berambisi saja, beberapa bahkan sampai obsesif dengan keinginanannya. Sebagian berhasil meraih impian dengan obsesinya, tetapi tak jarang banyak yang justru gagal meski telah mati-matian berjuang.

Ada yang menarik di sini. Kadangkala sesuatu yang sudah diperjuangkan dengan mati-matian nyatanya justru luput dari harapan. Sebaliknya, suatu keinginan yang kurang diperjuangkan justru banyak yang kesampaian. Aneh?

Seorang teman berkata, “Bukankah kalau kita memiliki impian, maka kita harus berpikir positif terhadap impian itu?” Artinya, jika kita terus memikirkan impian tersebut, mengapa kita gagal? Tetapi, jika kita berpikir negatif atau tidak terlalu memikirkan impian tersebut, mengapa justru berhasil?

Terlepas dari ini adalah rahasia Allah SWT, kejadian yang cukup unik ini memang pantas dijadikan renungan. Bukan berarti kita menggugat keputusan yang Allah berikan, tetapi kita mengambil pelajaran. Jangan-jangan ada yang salah dengan cara ketika kita mengharapkan impian tersebut.

Saya pernah membaca sebuah quote yang kurang lebih isinya begini, “Punya mimpi, punya rencana, dan pasrah. Karena kekuatan terbesar manusia adalah ketika dia pasrah”. Ada yang menarik dari quote tersebut. Kita boleh saja punya mimpi. Kita bisa saja telah mengatur rencana. Tetapi, apakah kita sudah pasrah?

Pasrah mengindikasikan kita tawakal kepada Allah SWT. Ketika seseorang telah pasrah kepada Allah, artinya dia telah menyerahkan segala urusannya kepada Sang Maha Kuasa. Bayangkan, apa yang terjadi pada sebuah impian kecil jika itu diserahkan pada pemilik kekuasaan tertinggi? Bukankah seakan tidak ada apa-apanya dan sangat tak berarti? Betapa mudah Dia membuat mimpi itu menjadi terwujud. Maka, benarlah kiranya bahwa kekuatan terbesar manusia adalah ketika dia pasrah.

Sering kali manusia merasa dirinya hebat. Ketika memiliki mimpi, tak jarang manusia begitu pongah bahwa impiannya itu pasti bisa menjadi kenyataan. Dia pun lantas memikirkan segala rencana dengan sempurna. Lantas dia percaya bahwa dia pasti akan bisa meraih dengan rencana luar biasa itu. Tetapi, siapa yang menjamin? Dirinya. Dan seberapa pengaruh dirinya dibandingkan Yang Maha Kuasa? Maka, bukankah lebih baik jika tetap pasrah? Karena itu sebagai bukti bahwa diri kita tidak congkak dan berlagak.

Memang benar bahwa ketika kita memiliki sebuah impian, maka kita harus berpikir positif tentangnya. Tentu kita mengingat pula bahwa Allah SWT mengikuti perkiraan hamba-Nya. Jika kita memikirkan bahwa kita insya Allah meraih impiah tersebut, bisa saja Allah SWT akan meridhoi dan mewujudkannya. Tetapi, jika kita saja sudah tidak berpikir positif pada impian kita, bagaimana Allah SWT akan percaya bahwa kita layak menggapai impian itu?

Memang benar bahwa bagaimanapun kita tetap harus berpikir positif. Tetapi, berpikir positif yang bagaimana? Apakah berpikir positif berarti kita harus yakin bahwa kita ‘pasti’ mendapatkannya? Tidak. Kita tidak bisa memastikan itu. Berpikir positif yang dimaksudkan adalah berpikir positif bahwa Allah akan memberikan yang terbaik sesuai kebutuhan kita.

Mungkin kita memang ingin impian itu. Mungkin kita sudah menyiapkan rencana hebat demi impian itu. Tetapi, jika itu sebenarnya tidak berguna untuk kita, bukankah akan sia-sia? Masalahnya adalah manusia sering kali tak pandai menerima bahwa apa yang ada pada dirinya memang yang dibutuhkannya.

Justru karena kita tak tahu apa yang akan kita capai, maka kita hendaknya bersungguh-sungguh dalam segala hal. Ambisi yang harus ditunjukkan bukanlah obsesi untuk meraih impian itu, tetapi obsesi untuk melakukan yang terbaik dalam impian tersebut. Sekilas memang terlihat sama, tetapi sedikit berbeda.

Obsesi yang pertama hanya memikirkan menang dan kalah. Jika tidak teraih, maka kalah. Demikian sebaliknya. Tetapi obsesi yang kedua lebih menghargai proses. Asal sudah memberikan yang terbaik, maka itulah yang terbaik. Jika menang, maka itu terbaik. Jika kalah, itu pasti juga yang lebih baik.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa obsesi dan ambisi seseorang dalam meraih impian haruslah dibarengi dengan kepasrahan. Pasrah bukan berarti berpikir negatif. Pasrah justru amalan berpikir positif dalam tingkatan paling tinggi. Mengapa begitu? Karena kita berani berpikir bahwa Allah SWT akan turut andil menentukan yang terbaik bagi kita. Luar biasa! Sungguh pikiran positif yang tak akan ada tandingannya. 

No comments:

Post a Comment