Topik keempat di parade live bunda sayang ini menarik, tentang peran ayah dalam pendidikan seksualitas. Ah, saya tarik mundur dulu. Bukan cuma dalam hal pendidikan seksualitas sebenarnya, bahkan peran ayah sendiri dalam hal pengasuhan menjadi tema menarik yang selalu didengung-dengungkan di kelas parenting. Ya, pasalnya belum banyak ayah yang melek dengan parenting. Kelas-kelas pengasuhan selalu penuh dengan para ibu. Mirisnya adalah jangan-jangan muncul stereotype bahwa memang tugas ibu untuk mengasuh dan tugas ayah mencari nafkah. Hm...
Di sini saya tidak akan membahas suami. Saya justru tertarik dengan bapak dan bapak mertua rahimahullah. Saya ingat waktu kecil dulu sepertinya lebih dari tiga kali bapak saya bertanya, "Bapak seperti apa Kak? Kakak mau ganti bapak ndak?" Hm, agak awkward sih memang pertanyaannya. Kadang saya juga risih untuk menjawabnya, apalagi itu pernah ditanyakan saat saya sudah SMP, sudah bisa mikir kan hehe. Tapi ketika sudah dewasa begini saya baru memahami bahwa itu adalah salah satu upaya bapak untuk mendapat masukan dari anak. Itu adalah cara bapak untuk introspeksi plus tanpa sadar membuat saya belajar menerima bapak apa adanya.
Menariknya, dalam hal peran ayah salah satu kunci yang harus dipegang adalah bagaimana agar seorang anak bangga dan melihat sosok ayahnya sebagai pribadi yang baik. Baik itu LDM atau sesibuk apapaun ayahnya, pamali bagi seorang ibu untuk menjelek-jelekkan sosok ayah di depan anak. Persis seperti yang dilakukan Bunda Hajar pada Ismail lah. Sekalipun Nabi Ibrahim tidak 'hadir' secara fisik, tapi kekaguman itu diceritakan oleh Bunda Hajar sehingga ketika Nabi Ibrahim datang, Nabi Ismail merasa dekat dan kagum pula pada ayahnya.
Rasa kekaguman ini saya rasakan juga terjadi pada suami dan kakak-kakak ipar. Qodarullah, saya belum mengenal bapak mertua rahimahullah. Tapi, melihat bagaimana suami menempel kertas-kertas wejangan dari bapak di dinding kamarnya membuat saya paham betapa suami mengaguminya.
Saya tertarik dengan cara bapak mertua mendidik anaknya. Beliau serigkali menulis dalam sebuah kertas HVS berisikan pesan-pesan atau petuah dan diberikan kepada anaknya. Beberapa seperti rangkuman materi sebagai bahan bapak untuk mengisi pengajian. Tapi sebagian yang lain memang ditujukan langsung pada si anak karena di awal kertas itu dibuka dengan kalimat, "Anakku sayang". MasyaAllah.
Apa yang dilakukan bapak mertua itu mengingatkan saya pada buku Sabtu Bersama Bapak. Ya, meskipun bapak dalam buku tersebut sudah meninggal dunia, dia menyiapkan video yang rencananya akan diputar untuk anak-anaknya setiap hari Sabtu. Sekalipun bapak itu sudah tiada, namun sosoknya kembali hadir setiap hari Sabtu dan menjadi kedekatan sendiri bagi anak-anaknya.
Well, apapun upaya yang sudah dilakukan harapannya memang agar anak mengenal dengan sosok ayahnya. Yah, semoga makin banyak ayah yang melek dengan parenting, agar Indonesia tidak makin menjadi fatherless country. Aamiin
#harike7
#tantangan15hari
#pendidikanseksualitas
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
No comments:
Post a Comment