Follow Us @soratemplates

Friday 12 March 2021

Paham Gender: Aku Laki-laki (Tantangan Bunda Sayang Zona Pendidikan Seksualitas)


Bismillah, di FB grup Pantai Bentang Petualang sudah mulai jadwal presentasi topik. Syukurlah, tim Solo tidak terpilih. Eh gimana? Haha… Ya begitulah, saya bersyukur cukup jadi pemirsanya saja, lha wong ini aja juga telat nyimaknya haha.


Di topik pertama ini yang diangkat adalah tentang perbedaan gender. Yup, intinya bagaimana anak paham tentang gendernya, apakah dia laki-laki atau perempuan. Alhamdulillah, Kak A sudah paham tentang itu. Dia tak jarang berkata, “Aku kan laki-laki.”


Yang masih menjadi PR adalah Adik Z. Usianya memang baru dua tahun sih, dan dari pemaparan tim kemarin memang anak paham gender di usia mulai dua hingga empat tahun. Apakah Adik Z bingung gender? Oh, bukan begitu. Dia tahu kok dia laki-laki, Cuma mungkin karena kedekatan dengan figur perempuan saja makanya dia melihat bahwa dia mengambil peran perempuan.


Maksudnya? Haha, agak belibet ya. Jadi, Adik Z itu suka sekali dengan hewan. Kebetulan, di rumah ada boneka sisa maminya. Hahaha, iya boneka sejak zaman saya masih kecil masih ada. Salah satu favorit Adik Z adalah boneka beruang, hampir setiap saat bonek itu dia gendong. Nah, karena Adik Z sering menggendong beruang itulah dia menyebut dirinya ‘Mama Beruang’. Pernah saya mencoba meluruskan, “Papa Beruang”, tapi Adik Z menolak. Katanya, yang gendong kan Mama bukan Papa.


Oke, ini sih sepertinya bukan bingung gender ya, lebih ke kurang pengenalan aktivitas saja sepertinya. Tapi ngomong-ngomong tentang kurangnya pengenalan aktivitas, saya jadi teringat dengan kisah Irfan Hakim. Dulu banget waktu di acara Hafidz Indonesia, Irfan Hakim pernah cerita. Suatu kali dia baru di rumah dan sudah memasuki jam sholat. Dia pun mengajak sekeluarganya untuk sholat berjamaah. Fyi, Irfan Hakim punya beberapa orang anak dan yang paling kecil laki-laki.


Apa yang terjadi? Di saat akan sholat itu, si bungsu meraih mukena seperti kakak-kakaknya. Melihat itu Irfan Hakim menangis. Mungkin bagi sebagaian orang hal itu akan dianggap lucu, tapi tidak bagi Irfan Hakim. Dia menganggap bahwa dirinya kurang mengenalkan sosok laki-laki yang sholat dengan memakai sarung dan bukan dengan mukena layaknya kakak-kakaknya.


Yup, dari situ saya makin setuju dengan pemaparan tim bahwa pengenalan gender itu memang bisa dimulai dengan pencontohan dari orang tuanya. Ayah dan bundanya lah yang memberikan makna tegas bahwa saya laki-laki atau saya perempuan. Bismillah


#harike4

#tantangan15hari

#bundasayang

#zonapendidikanseksualitas

#institutibuprofesional



No comments:

Post a Comment