Tadi siang saat Kakak A dan Adik Z bermain pasir tiba-tiba mereka berteriak, "Ada cacing...!" Alih-alih menangis atau lari, kedua anak ini justru asyik mengamati. Kebetulan ada anak tetangga juga yang sudah usia SD. Kakak A dan Adik Z pun seolah terfasilitasi mengobservasi bersama, sedangkan saya lagi-lagi hanya mengamati dari teras hehe.
Mereka mengambil ranting pohon yang jatuh, lalu dengan ranting itu mengangkat si cacing. Bukannya dibunuh dengan diinjak atau dipukul batu, mereka justru terpikirkan, "Ayo dikubur aja!" Buru-buru Kakak A mengeruk pasir menyiapkan liang lahat. Adik Z cuma melihat saja sambil geli-geli jijik. Begitu siap, tetangga memasukkan cacing itu dan mereka menutup kembali dengan tanah.
Tak berapa lama, ternyata mereka menemukan cacing lain lagi. Kakak A segera mengambil peralatan main pasirnya. Truk, excavator, sekop, semua dibawa. Mau mencari cacing katanya. Anak tetangga mengambil segayung air dari rumahnya dan membasahi pasirnya. Mereka lanjut mengeskplorasi lagi.
Sungguh, kalau saya tidak 'menahan diri' mungkin refleks yang muncul adalah menghardik untuk jangan main cacing. Tapi, kali ini saya mengalah. Dari spontanitas tadi poin intelectual curiosity mereka tentang cacing ternyata dapat. Poin creative imagination dengan memakai rantaing untuk memegang cacing juga kena. Art of discovery dengan semangat penasaran mencari cacing lagi juga dapet. Bahkan noble of attitude dimana cacing jangan dipukul tapi dikubur juga kena.
MaasyaAllah... Hanya dengan saya bersabar dan mengalah ternyata binar mata mereka terpancar nyata. Tabaarakallah Nak, silakan kalian belajar dengan bahagia, dengan cara yang kalian suka.
#harike1
#tantangan15hari
#zona4gayabelajarstimulasikreativitas
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
No comments:
Post a Comment