Menjelang ujian atau sedang punya hajat besar, orang-orang biasanya berkata pada orang lain, "Doakan ya..." Hm..., kita memang harus saling mendoakan. Do'a sendiri adalah suatu ibadah. Jadi, tak ada salahnya kita mendoakan saudara kita. Tapi, ada yang perlu kita ketahui nih...
Apakah ada yang salah dengan permohonan do'a itu? Tidak. Bukan ada yang salah. Tapi ada sesuatu yang lebih baik. Cek hadits berikut. "Ada empat do'a yang tidak tertolak, yaitu do'a orang yang berhaji hingga ia kembali, do'a orang yang berjihad hingga selesai, do'a orang yang sakit hingga sembuh, dan doanya seseorang terhadap saudaranya tanpa sepengetahuannya. Adapun do'a yang paling cepat diterima di antara do'a-do'a tersebut adalah do'a seseorang kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya. (Riwayat Ad-Dailami dari Ibnu Abbas)" (Mohon maaf belum bisa mengecek keshahihannya)
Nah, niat mau mendoakan keberhasilan saudarmu kah? Maka, doakanlah selagi ia tak tau bahwa kau selalu berdoa untuknya. Ayo berdoa...!
PS:
*tulisan singkat berhubung mau ujian (daripada dimarahin sabila lagi karena ujian-ujian malah ngeblog). peace...
*hope... Ya Rabb, kabulkan do'a hamba karena mereka tak tahu hamba selalu berdo'a untuk mereka. Semoga..
nggak tak marahin kok mbak.. apik y mbak hadistnya^^ aduh seneng deh..
ReplyDeleteHalah... padune dirimu yang ngedit cakulnya dan nambahin haditsnya itu kan. Hehe... :p
ReplyDeletehuehehehehee.. apa lho mbak, suuzon wae.. :p
ReplyDelete“Tiga do’a yang tidak tertolak: Do’anya orang tua terhadap anaknya, do’anya orang yang sedang berpuasa, dan do’anya seorang musafir (yang sedang dalam perjalanan)” (HR. Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam silsilah shahihah no. 1797)
ReplyDeleteJangan lupa untuk meminta orang tua kita untuk mendoakan kita lebih juga semoga kita diberi istiqomah untuk berpuasa baik itu di bulan Ramadhan maupun puasa nafilah
Nasihat:
ReplyDeleteApabila hendak menyampaikan suatu hadits yang belum kita yakini keshahihannya bahkan baru sekadar bersangka-sangka, maka diharuskan bagi kita untuk berhati-hati agar tidak terjatuh dalam hal tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Imam Muslim rahimahullaah:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
مَنْ حَدَّثَ عَنِّيْ بِحَدِيْثٍ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكاَذِبِيْنَ
(man haddatsa 'anniy bihadiitsin, yaraa annahu kadzib, fahuwa ahadulkaadzibiin)
“Barangsiapa memberitakan dariku satu hadits, dan dia menyangka bahwa itu dusta, maka dia termasuk salah satu dari para pendusta.” (Lihat Muqaddimah Shahih Muslim, 1/8-9)
Afwan, tidak mengapa jika kita baru mengetahui hujjah di atas, semoga dimaafkan dan kita bertaubat kepada Allaahu Jalla wa A'la.
Wallahu a'lam
Jazakumullah khayran katsir untuk nasihatnya.
ReplyDeleteInsya Allah akan menjadi perhatian. Mudah-mudahan tidak terulang lagi di kemudian hari.
'Afwan, mbak/mas poci ini siapa?
Waiyyakum jazakillaahu khairan.
ReplyDeleteMohon maaf, saya belum bisa menjawabnya. 'Afwan jiddan.