Follow Us @soratemplates

Saturday 21 May 2011

Pilih Motto Terbaik

Setiap orang pasti punya motto hidup. Setidaknya, pernah merasa kagum atau memaknai beberapa kata mutiara, quotes, atau kata-kata motivasi yang dianggap menarik. Apakah hal itu hanya sekedar dikagumi atau sekedar biar punya motto saja? Ataukah sampai mempengaruhi dalam kehidupan nyata? Hm..., ternyata sebuah kata yang mungkin dianggap remeh itu bisa menjadi energi tersendiri dalam realisasinya. Tak percaya? Saya punya 'bukti' yang cukup unik.

Ini sebuah cerita beberapa bulan yang lalu, saat ibu saya terbaring sakit di rumah sakit. Waktu itu ibu opname di salah satu rumah sakit di Solo (tidak perlu saya sebutkan ya, daripada nanti saya kena kasus pencemaran nama baik seperti Prita). Pertama kali masuk, ibu memilih kamar VIP di mana 1 kamar untuk 1 pasien. Hampir 1 minggu ibu opname di sana, dan tiap malam saya menginap bersama ibu. Mau tak mau dalam 1 minggu itu saya begitu sering berinteraksi dengan perawat, petugas catering, atau cleaning service.

Suatu ketika saat saya duduk-duduk di luar kamar ibu, saya iseng mengamati ruang perawat. Di sana terdapat sebuah papan yang terpasang di dinding. Papan itu bertuliskan "Kudambakan perhatian dan kasih sayangmu." Wuih, saya excited sekali. Hehe, bukan karena merasa slogan itu begitu romantis, tapi ada unsur magis yang tiba-tiba menyelimuti. Kalau saya flash back, para perawat, petugas catering, atau cleaning service sekalipun memang tampak begitu perhatian dan memberikan kasih sayang pada ibu saya. Pun pasien di kamar sebelah yang menurut saya terkesan 'rewel'. Para perawat akan segera datang begitu ibu kambuh, menunggui, dan membersihkan lukanya dengan pelan-pelan dan rapi. Petugas catering juga menanyakan ingin menu apa atau suka tidak dengan makanan tertentu. Petugas cleaning service juga memberikan pelayanan yang baik. Kamar yang semula penuh oleh-oleh atau memang belum sempat dirapikan, bisa terlihat bersih dan rapi dalam sekejap. Mereka semua juga selalu permisi dan setidaknya menyapa saya jika masuk dan keluar dari kamar ibu. Pokoknya ramah dan murah senyum. Benar-benar menunjukkan perhatian dan kasih sayang.

Hingga akhirnya ibu diijinkan untuk pulang. Sayangnya, 2 hari setelah sampai rumah, kondisi ibu belum pulih juga. Akhirnya saat kontrol ke rumah sakit, ibu diminta untuk opname lagi. Ternyata kamar VIP sudah penuh. Jadilah ibu dapat kamar di kelas III. Waktu itu saya baru kuliah dan baru siangnya saya diberi kabar kalau ibu opname lagi. Saya pun 'bolos' kuliah dan segera menyusul ke rumah sakit.

Begitu sampai di rumah sakit, keadaan ibu di kamar kelas III jauh berbeda dengan kamar VIP. Kamar itu cukup besar. Diisi 4 bed dengan masing-masing dibatasi dengan tirai. Lalu ada 1 kamar mandi di tengah. Jangan berharap AC, yang ada hanya 1 kipas angin besar di tengah. Kelas III ini juga berada di bagian utama, jadi sering dilewati oleh orang banyak. Ribut sekali lah keadaannya. Ups, oke. Dari segi fasilitas memang wajar jika standardnya berbeda. Tapi...

Ibu lantas bercerita, "Ga penak kak. Susternya ga bisa senyum. Ngambil termometer ya ngambil aja. Tadi petugas makannya juga naruh makan cuma naruh. Ga mempersilakan makan juga." Waduh, kok jadi gini. Hm..., ada yang ga beres ni.

Di tengah ketidaknyamanan ibu saya itu, kumatlah bakat iseng saya. Saya pun pamit keluar sebentar pada ibu saya. Apa yang saya lakukan? Saya berjalan-jalan menuju ruang perawat. Begitu sampai di sana, saya pura-pura bodoh duduk-duduk di situ dan mengamati ruang perawat. Setelah ketemu apa yang saya cari, saya segera kembali ke kamar ibu.

Saya pun bercerita pada ibu dan bapak saya, "Pantes lah bu, kalo susternya ga bisa senyum. Ya jangan dibandingan sama di kamar VIP. Lha kalo di kamar VIP kan di ruang perawatnya ada tulisan 'kudambakan perhatian dan kasih sayangmu'. Lha kalo di sini tulisannya cuma 'Rawatlah pasien dengan hati tulus'. Kalo tulusnya cuma segitu, ya cukup segitu aja. Daripada dipaksa perhatian tapi ga tulus?" Hehe...

Peace...^^V


Hikmah:
Bukan bermaksud membeda-bedakan antara kelas VIP dan kelas III. Cuma mengajak merenungi dampak dari kata-kata motivasi saja. Bukankah kata-kata yang lebih baik juga akan memberikan dampak yang lebih baik. So, pilih kata-kata terbaikmu sendiri!



No comments:

Post a Comment