Follow Us @soratemplates

Friday 17 June 2011

Pengantar PK Pemeriksaan Tinja

Dr.Lilik


Pada keadaan normal, BAB sekitar 100 – 300 gram perhari. Frekuensinya bisa 3 kali sehari sampai 3 kali seminggu.

Komposisinya 60-70% air dan 10-20% substansi solid. Bisa berupa serat yang tidak tercerna atau sisa-sisa makanan.

Pada keadaan normal, feses bisa menunjukkan bentuk dan ukuran liang kolon.

Tapi kalau ada proses keganasan pada saluran cerna, bentuk feses yang dikeluarkan bisa terpengaruh.

Analisa feses dilakukan pada

- kasus keracunan,

- wabah kolera

- infeksi parasit,

- perdarahan pada saluran cerna (baik bagian atas maupun bawah). Ulkus peptikum biasanya diikuti perdarahan.

- kasus keganasan.

- Adanya sindrom malabsorbsi.

A. Pemeriksaan Makroskopis

Sebelum diperiksa, pasien harus diberi nasihat dulu. Antara lain:

­ jangan minum obat pencahar. Soalnya kalo minum obat pencahar, fesesnya nanti kayak orang diare

­ jangan minum preparat besi. Misalnya sangobion atau preparat besi pada ibu hamil. Soalnya tinja akan berwarna hitam. Keadaan ini normal.

­ obat antidiare. Fesesnya jadi kayak konstipasi. Trus bentuk fesesnya jadi kayak kotoran kambing (kecil, keras, kehitaman)

­ obat golongan tetrasiklin

­ barium. Untuk pemeriksaan radiologi

­ bismuth

­ minyak

­ magnesium

Sampel yang baik adalah sampel yang pagi hari. Misal diberi pengawet, bisa diberi bufferes gliserol saline.

Jika bawa sampel, bawa botol yang bersih dan tempat lebar. Soalnya tempat yang lebar memudahkan untuk mengambil sampel.

Cara mendapatkan sampel, jika pasien BABnya bagus bisa saat BAB spontan. Misal ada lendir darahnya, diambil yang ada lendir darahnya. Misal ga BAB spontan, bisa dengan anal swab. Tangannya masuk ke anal.

Pada pemeriksaan makroskopis, diambil ke cawan yang ada kelainan patologisnya. Misalnya lendir, darah, melena.

Yang diamati yaitu warna, bau, konsistensi, darah, lendir, kadang-kadang cacing (oxyuris vermicularis) pada anak-anak.

- Pada keadaan normal kuning coklat. Meskipun kadang perubahan warna juga bisa fisiologis.

- Bau ditentukan dengan indol, skatol, asam butirat. Pada kelainan traktus digestivus, adanya protein yang berlebihan menyebabkan pembusukan sehingga bau fesesnya berpengaruh.

- Konsistensi agak lunak dan bentuk seperti sosis. Pada keadaan normal, lendir tidak ada. Kalo ada lendir bisa mengindikasikan iritasi pada usus.

- Darah. Yang harus diperhatikan adalah darahnya keluar bersamaan dengan tinja atau setelah BAB.

Perlu ditanya juga warna darahnya. Kalau perdarahan traktus digestivus bagian atas, darah akan berwarna merah tua karena kontaminasi asam lambung.

Kalau kasus hemoroid, biasanya perdarahan setelah BAB dan warnanya merah segar. Sehingga makin ke bawah, perdarahannya makin segar.

- Perhatikan juga cacing

Hasil interpretasi

- Warna coklat/coklat tua/coklat tua sekali bisa karena beberapa hal:

o Pigmen empedu. Untuk mekanisme bagaimana pigmen empedu bisa menyebabkan feses jadi coklat baca sendiri di fisiologi ya..

o Terlalu lama kontaminasi dengan udara.

o Atau karena pasien mengonsumsi banyak daging dan kurang serat

Untuk warna lainnya, langsung liat di slide aja ya.

Pokoknya intinya warna feses itu bisa fisiologis karena makanan tertentu tapi bisa jadi patologis.

B. Pemeriksaan Mikroskopis

Yang diperhatikan: leukosit, eritrosit, Kristal (biasa pada sindrom malabsorbsi), sisa makanan, telur cacing

C. Pemeriksaan Darah Samar

Ada banyak metode. Tapi praktikum kita kali ini menggunakan metode benzidine.

Tujuannya untuk melihat perdarahan kecil.

Pasien diharapkan tidak mengonsumsi besi, vitamin c (misal dosisnya kebanyakan dan pasien yang ga tahan bisa terjadi perdarahan lambung), bromide, iodide, obat (misal obat yang mengiritasi lambung).

D. Pemeriksaan Bilirubin

Pada keadaan normal, di tinja tidak ditemukan bilirubin. Soalnya bilirubin sudah diubah menjadi urobilin.



No comments:

Post a Comment