Follow Us @soratemplates

Monday, 7 July 2014

Kebaikanku, Begitukah di Matamu?

Ramadhan #9

Hari ini saya berbuka bersama dengan sahabat-sahabat saya. Saat di jalan dan posisi kami tenang-tenang saja, tiba-tiba ada sebuah motor yang menyerobot jalan dan mepet sekali dengan mobil yang kami tumpangi. Sontak teman saya berteriak, "Wah, hati-hati mbak. Tau cewek juga yang nyetir sama-sama pengertian dong."
Salah satu teman saya menimpali, "Eh, jangan gitu dong, aku juga sering naik motor nggeloyor mepet-mepet gitu lho."
Teman saya pun balik menanggapi, "Ah iya, sudah berapa lama aku tidak kamu bonceng ya. Kamu kalau naik motor juga suka mepet-mepet deh. Kalo ga mepet trotoar ya mepet ke kanan."
Teman saya yang diprotes itu menjawab, "Ya kan aku mau hati-hati, minggir gitu."
Teman saya balik menjawab, "Ya tapi kakiku kena trotoar kalau terlalu mepet."
Dan kami pun tertawa.

Saya belajar dari sepenggal kisah kami itu. Pertama, sesuatu yang kita lakukan dengan maksud baik, ternyata belum tentu baik di mata orang lain. Seperti teman saya yang berniat jalan hati-hati di pinggir ternyata justru meresahkan kawan saya karena kakinya terkena trotoar.

Kedua, hidup itu saling mempengaruhi. Kita sudah berbuat baik, tapi bisa saja kita buruk karena orang lain. Seperti tadi, mobil kami yang sudah berjalan dengan tenang, tiba-tiba diserobot oleh motor yang berjalan sempoyongan. Sering pula misal ketika hujan. Ketika kita sudah berhati-hati menghindari genangan air, tenyata tetap saja tersiram air dari kendaraan lain yang melaju lebih kencang.

Kalau itu ruang publik, barangkali agak susah untuk menghindarinya. Kita bukan polisi yang menyemprit mobil yang melaju kencang dan membuat kita sempoyongan. Atau ketika di mall misalnya. Kita tak bisa menegur semua orang yang membuka aurat demi membuat pandangan kita tetap terjaga. Sulit rasanya.

Lalu bagaimana?

Mungkin ada baiknya niat baik itu disampaikan. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Coba jika teman saya memberi tahu kalau dia hobi mepet karena bermaksud untuk hati-hati, mungkin teman saya yang lain akan lebih memahami. Untung saja kami sudah saling mengenal dan mengerti, jadi hal-hal kecil begini tidak terlalu dimasukkan hati. Tapi, bagaimana dengan orang asing yang tidak saling mengetahui?

Ah, andai saja setiap orang mau mempertimbangkan hak dan kewajibannya. Bukan cuma hak asasinya sendiri untuk bebas ngebut ke sana kemari, tetapi hak orang lain juga untuk bisa menikmati jalan bersama-sama. Andai saja setiap pengguna ruang publik mau memikirkan hak orang lain di samping hak asasinya, barangkali tak akan ada kekecewaan karena niat baik diri sendiri yang terbentur oleh keadaan sekitarnya. Barangkali....



No comments:

Post a Comment