Ada obrolan menarik dengan teman saya ketika kuliah tadi. Teman saya berkata, “Aku pingin punya suami yang kalau udah tua tetep ganteng kayak dokter ini,” kata teman saya sambil menatap dosen yang sedang mengajar di depan kelas.
Teman saya pun melanjutkan, “Kalau menurut X, dokter A itu
ganteng. Tapi menurutku nggak. Dia cuma menang cool aja. Gantengan juga dokter
ini. Udah tua tapi tetep seger.”
Saya hanya manggut-manggut sambil ikut-ikutan membayangkan
dokter A maupun dokter kami yang sedang mengajar.
Semua pasti tahu kalau ganteng atau tidak, cantik atau tidak
adalah hal yang sangat subjektif. Bisa jadi menurut kita dia ganteng, tapi bagi
orang lain tidak ganteng sama sekali.
Teman saya juga tak habis pikir ketika teman saya yang lain
begitu ‘tergila-gila’ pada teman saya yang lain karena kegantengannya. Padahal
menurutnya, dia sama sekali tidak ada ganteng-gantengnya.
Yah, ini perkara selera. Semua laki-laki itu ganteng, semua
wanita itu cantik. Hanya mata manusia saja yang berbeda dalam menginterpretasikannya.
Ada yang menurutnya lebih cantik, ada yang menurutnya lebih ganteng. Tapi
intinya sama, pada dasarnya semua cantik dan ganteng.
Seperti dalam hal makanan misalnya. Semua makanan itu enak.
Tinggal lidahnya. Bagi orang jawa, mungkin makanan manis lebih disuka. Bagi
orang Sumatra, bisa jadi yang pedas lah yang lebih enak dirasa. Walaupun pada
dasarnya semua tetap enak.
Jadi ini perkara persepsi saja. Tak ada yang benar ataupun
salah. Karena tak ada faktor penilai yang benar-benar valid untuk
mendekripsikan variabel cantik dan ganteng.
Ambil saja sisi positifnya. Bagi kita yang merasa cantik
atau ganteng, ingatlah bahwa kecantikan atau kegantengan kita ini hanya
relatif. Saat ini bisa jadi banyak orang menganggap kita cantik atau ganteng.
Tapi lain waktu bisa jadi mata yang memandang kita sudah beralih memiliki
persepsi bahwa kita tak cantik dan tak ganteng lagi. Ada kalanya kita akan
peyot, keriput. Bahkan tergerogoti oleh cacing-caning di tanah.
Maka, tak ada artinya suatu kebanggan atau kesombongan
karena fisik semata.
Bagi yang merasa tak cantik atau tak ganteng, ingat pula
bahwa kecantikan atau kegantengan itu hanya relatif. Saat ini bisa jadi banyak
orang yang menganggap kita tidak cantik atau ganteng. Tapi lain waktu pasti
akan sepasang mata yang memandang kita sebagai makhluk tercantik atau
terganteng bagi dirinya.
Maka, tak ada artinya berputus asa atau meratapi fisik yang
kita punya.
Syukur. Hanya itu kuncinya. Entah ganteng, entah cantik,
syukuri saja semua nikmat yang telah diberikan Allah pada diri kita. Karena
hanya dengan syukur itulah, segala nikmat ini akan menjadi suatu hal bermakna.