Kalau Anda membaca Negeri 5 Menara, pasti tahu mantra ‘Man Jadda wa Jada’, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Rasanya, ini memang mantra yang biasa saja. Tapi, kalau diterapkan bisa menjadi mantra yang luar biasa.
Beberapa kasus terjadi karena adanya mantra ini. Ibarat
orang amatir dan orang ahli yang pernah saya ceritakan dahulu. Orang amatir
yang bersungguh-sungguh bukan tak mungkin akan menjadi orang ahli berikutnya.
Sebaliknya, orang ahli yang berleha-leha dan tidak bersungguh-sungguh mengasah
kemampuannya, bisa jadi justru menurun kemampuannya dan kalah dari orang yang
semula amatir.
Segala hal bisa terjadi jika kita bersungguh-sungguh. Bahkan
hal yang mustahil sekalipun. Contohnya kasus yang dialami para penemu. Dulu,
menciptakan sebuah lampu adalah hal yang aneh dan rasanya mustahil. Tapi ketika Thomas Alva Edison
terus bersungguh-sungguh memperbaiki hasil percobaannya yang salah, ternyata
dia mampu membuat lampu juga. Hingga akhirnya saat ini, lampu bukan menjadi hal
yang asing dan sesuatu yang mustahil.
Sepertinya, hal ini sederhana saja. Semua juga pasti sudah
tahu kalau siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Cuma masalahnya,
bagaimanakah definisi bersungguh-sungguh itu?
Sekedar melakukan usaha, apakah sudah pantas dikatakan
bersungguh-sungguh? Sebagai contoh ketika akan ujian dan berlajar dengan sistem
kebut semalam. Lalu kita berdalih, “aku udah sungguh-sungguh belajar kok”. Hm,
benarkah?
Seperti yang dikatakan dalam novel negeri 5 menara juga, kesungguhan
juga harus dibuktikan dengan perjuangan. Ibaratnya seperti iman, yang diakui
dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbutan.
Jika kita menginginkan sesuatu, hal yang pertama dilakukan
adalah mengakuinya dalam hati. Artinya, kita membuat tubuh kita benar-benar
menginginkannya. Kita seolah-oleh memberi dogma pada setiap sel tubuh kita
untuk benar-benar menginginkan hal tersebut. Mulai dari hati yang terus merasa
ingin meraihnya, dan juga pikiran yang berusaha mengatur cara untuk benar-benar
mendapatkannya.
Yang tak kalah penting adalah mengucapkannya dengan lisan.
Cara ini hampir sama dengan mengalirkan energy positif pada diri kita.
Ilustrasi gampangnya seperti ketika kita berkata, ‘Subhanallah, hari ini indah
banget’ secara tidak sadar selama menjalani hari pun kita akan terus merasakan
keindahannya. Maka demikian juga. Jika kita terus mengucapkan keinginan kita,
baik ketika membayangkan keinginan itu maupun dalam setiap doa kita, secara
tidak sadar kita telah memiliki kekuatan ekstra untuk meraihnya.
Dan yang paling penting adalah mengamalkannya. Bagaimana
keinginan yang menggebu-gebu akan terwujud kalau kita hanya bermimpi saja tanpa
melakukan sesuatu. Maka, bergeraklah, amalkanlah. Bergerak pun bukan sekedar
bergerak yang biasa. Jika benar-benar ingin, tak ada salahnya kita bergerak
yang luar biasa pula. Misalnya, ketika ingin mendapat rangkin satu. Jika teman
kita belajar 1 jam, hal yang wajar saja jika harus belajar 2 jam untuk
mewujudkan keinginan tersebut.
So, apakah Anda menginginkan sesuatu? Akui, ucapkan, dan
wujudkan. Jika kita bersungguh-sungguh, maka kita akan berhasil. Insya Allah…
izin kopas ya mba
ReplyDeleteya, silakan
ReplyDeleteavi punya novelnya negri 5 menara?? aq pinjem dong, vi',, heheeee
ReplyDeleteoke...
ReplyDeleteMain aja ke rumah vit.. :)
asik asik,, punya triloginya gak, vi'??
ReplyDeleteada ranah 3 warna juga.. :)
ReplyDeleteasiiiiiiiikkk,,, ntar ya, vi',, aku akan muncul tiba2 di rumahmu,, hiihihi
ReplyDelete