dr. Ari
Probandari
Definisi
penelitian deskriptif
- Dari kata
describe, artinya menguraikan, menggambarkan, memaparkan.
- Apa yang
di-describe? Variabel
- Tanpa
melihat hipotesis kausatif. Jadi variabel yang didescribe tu ga ada hubungan
sebab akibat.
Ada
6 kriteria hubungan kausatif:
1. Bersifat
spesifik
2. Ada secara
menetap
Yang 4 disuruh nyari sendiri. Kan sistem KBK.
Semangat teman. Kalau udah ketemu, dijarkom ya… ^^
Misal:
merokok dengan TB. Hubungan kausatif ga? Ga… Kenapa?
Rokok
itu ga spesifik nyebabin TB. Kan orang ngrokok juga bisa kena penyakit
kardiovaskuler. Kalo rokok tu lebih tepatnya dijadiin faktor risiko, bukan
penyebab.
Nah…,
penelitian deskrifptif itu ga jelasin hubungan kausatif tadi.
Secara
umum, berdasarkan ada/tidaknya perlakuan, penelitian dapat dibedakan jadi 2.
Kalau
ada perlakuan, namanya penelitian eksperimental.
Kalo
ga ada, berarti non-eksperimental atau observasional.
Hm…, udah dijelasin panjang lebar sama pak wid
juga kan. Kita fokus ke penelitian observasional aja ya….
Penelitian
observasional dibedakan lagi jadi 2. Ini dilihat dari ‘apakah kita mau mengaitkan
variabel atau ga’
Kalo
iya, berarti analitik.
Kalo
ga, berarti deskriptif.
Agak ngloncat dikit ni. Dr. Ari cerita tentang
penelitian potong lintang. Ntar dibahas di belakang.
Ada
perbedaan pendapat gitu ceritanya. Ada yang bilang penelitian potong lintang tu
deskriptif, tapi ada juga yang mengatakan kalau potong lintang tu analitik.
Nah,
yang ekstrem tu bilang gini. Kalo yang menghubungkan variabel sebagai hubungan
kausatif tu masukin potong lintang ke analitik. Kalo cuma sekedar hubungin biasa,
tetep deskriptif.
Tapi,
dr.Ari ga akan ngajak kita jadi golongan ekstrem kok. Kita yang moderat aja.
So, intinya kalo hubungin variabel, masuk ke analitik. Kalo ga hubungin
variabel, masuk ke deskriptif.
Sekalipun
itu bukan hubungan kausatif, tetap dimasukin ke analitik.
Otcre…???
Nah trus, kalo ga hubungin variabel, yang
deskriptif ngapain dong?
Deskriptif
tu Cuma menceritakan distribusi/sebaran dari variabelnya.
Kalo
ngliat dari rumusan masalahnya, biasanya menggunakan kalimat tanya who, what,
when, where, hom much, how many.
Penelitian
deskriptif ga bisa ngambil/jawab pertanyaan why. Yang bisa menjawab pertanyaan why
adalah penelitian analitik.
Misal
kasus:
- Siapa yang
paling banyak kena TB? (Prevalensi angka TB) --- deskriptif
- Gejala apa
yang paling umum pada TB? (deskriptif)
- Di mana
malaria banyak dijumpai? (deskriptif)
Penelitian
deskriptif ada 5
1. Case Report
2. Case Series
Report
3. Cross
Sectional
4. Surveillance
5. Korelasional
ekologi
Case report
Dulu
ini yang paling berkembang di dunia kedokteran.
Jadi
tu Cuma nglaporin kasus unik yang terjadi. Isinya cuma memuat cerita suatu
kasus yang gambaran sakitnya unik/tidak umum.
Jadi
kesannya Cuma kaya pendahuluan aja. Tapi dari cerita ini bisa muncul dugaan
yang ntar bisa diteliti lagi dengan sampel yang lebih besar.
Kenapa?
Soalnya case repot Cuma 1 kasus yang terjadi. Makanya butuh diteliti lagi
dengan sampel lebih banyak.
Case series report
Kalo
ini yang diceritakan lebih banyak (lebih dari 1 subjek)
Surveillance
Biasanya
ada 1 area yang dipilih. Misal beberapa kecamatan di Purworejo. Entah ada
kejadian atau ga, setiap data meninggal, kelahiran, wabah, dst semua datanya
dikumpulkan.
Tujuannya
untuk perencanaan implementasi dan evaluasi program.
Misal:
oh, ternyata dalam beberapa bulan ini ada peningkatan kematian usia anak-anak.
Ntar dari situ diteliti, faktor-faktor apa yang menyebabkan kejadian itu.
Intinya,
surveillance itu pengumpulan data secara rutin. Jadi batas waktunya tu lama
banget sampe bertahun-tahun.
Ada
2 macam surveillance.
1. Aktif
surveillance
Ada orang yang bertugas mencatat data tiap bulan.
2. Pasif
surveillance
Contoh surveillance untuk penyakit menular (TB,
malaria). Misalnya, puskesmas tiap kelurahan ngirim data ke puskesmas
kabupaten, dst.
Jadi surveillance-nya dari data subjek yang datang
dan dicatat. Bukan penelitinya yang nyari subjek.
Sekarang, kita ngomongin potong lintang..
Potong Lintang/ Cross Sectional
Penelitian
potong lintang maksudnya penelitian yang pengukurannya hanya 1 kali. Disebut
juga penelitian cross sectional.
Beda
dengan penelitian longitudinal/kohort. Penelitian ini diukur secara
berulang-ulang.
Balik lagi ke ‘udur-udurannya’ para peneliti tadi
di atas
Deskriptif
cross sectional: Cuma gambarin variabel
Analitik
cross sectional: mengaitkan antar variabel tapi bukan sebagai hubungan
kausatif.
Kalo
deskripsi cross sectional contohnya untuk mengukur prevalensi.
Prevalensi
tu jumlah kasus dibagi populasi dalam waktu tertentu.
Misal:
prevalensi TB di Surakarta pada 2010.
Berarti
nanti semua jumlah TB (ga peduli itu sakitnya udah dari dulu atau baru sejak
2010) dibagi jumlah populasi penduduk Solo.
Prevalensi
beda dengan insidensi.
Kalo
insidensi: angka kejadian kasus yang baru.
Jadi
kalo ini yang dipakai Cuma yang baru sakit di tahun 2010.
Penelitian
cross sectional yang deskriptif bisa untuk menghitung prevalensi.
Bisa
untuk ngukur insidensi ga? Ga bisa.
Soalnya
ngukurnya Cuma 1 waktu. Baru kalo pake kohort ntar bisa ngukur insidensi.
Penelitian
cross sectional yang analitik bisa mengaitkan satu variabel dengan variabel
lain.
Misal:
mau tahu perbandingan TB pada laki dan perempuan.
Artinya,
ntar ngaitin antara jenis kelamin dengan terjadinya TB.
Sifatnya
asosiasi.
Asosiasi
ini bisa kausatif bisa ga. Tapi kalo cross sectional, mau sampe jungkir balik
kaya apa, kita tetap ga bisa ngasih asosiasi kausatif.
Cara
meneliti cross sectional:
Dari
populasi diambil sampel. Trus sampel itu diukur. Kalo analitik cross sectional,
diukur variabel bebas dan terikatnya dalam 1 kali.
Misal:
Populasi
orang Solo 200. Trus kita ngambil 50. Nah, karena kita mau ukur prevalensi,
jadi ambil aja 50 itu apa adanya. Jangan sengaja 25 TB, 25 sehat. Jadi
samplingnya tu biarkan aja terjadi secara alamiah.
Kalo
cross sectionalnya deskriptif mau ngitung prevalensi, ntar dibedakan jadi 2:
- Point
prevalensi
- Period
prevalensi
Suatu
penelitian kan mesti ada batas waktunya. Misal mau neliti prevalensi TB di
tahun 2011.
Kalo
point (titik), kita tentukan dulu titiknya. Titiknya tu titik tengah waktu. Pas
tanggal itu ntar diukur.
Kalo
period, berarti diakumulasi dari tgl 1 januari sampe 31 desember.
Kalo
sifatnya analitik cross sectional, ntar dikenal prevalensi rasio.
Kalo
case control, ntar odds ratio.
Bedanya apa? Cari sendiri ya…
Potong
lintang deskriptif, ntar pake statistic deskriptif.
Bisa
ngukur proporsi/prevalensi/presentasi, median, modus, rerata, standar
deviasi/simpang baku, dst.
Penelitian Ekologi
Mirip
penelitian potong lintang analitik, tapi variabelnya di tingkat populasi.
Misal:
mau mengaitkan antara GDP/pendapatan per kapita dengan kejadian TB.
Pendapatan
perkapita contoh variabel untuk tingkat populasi
Kalo
variabelnya di tingkat populasi, maka disebut penelitian ekologi.
Biasanya
penelitian ini untuk membanding-bandingkan antar negara/daerah/populasi.
Nah, kelima penelitian deskriptif tadi fungsinya
buat apa???
1. Analisis
trend
Dengan data deksriptif tadi bisa dilihat, yang
sedang trend apa. Misal yang sedang ngetrend DBD.
2. Perencanaan
Dari data tadi bisa dibuat perencanaan. Misal,
kok dari beberapa kecamatan, angka kejadian DBD paling banyak di kecamatan A.
Berarti bisa direncanakan program penanggulangan yang lebih fokus ke kecamatan
A.
3. Membuat
petunjuk tentang adanya kausa.
Kaya disebutin tadi, penelitain deskriptif memang
ga bisa menyimpulkan misal rokok menyebabkan impotensi. Tapi setidaknya dengan
data yang ada, bisa memberikan petunjuk kalo merokok tu bisa jadi faktor risiko
impotensi.
Misal
ntar ditemukan asosiasi, kita ga bisa langsung mengatakan kalo itu sebagai
faktor penyebabnya.
Untuk
bisa mengatakan itu, harus ada hubungan kausatif yang bersifat temporal.
Padahal cross sectional Cuma ngukur 1 kali. Makanya, perlu penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui hubungan sebab akibatnya.
No comments:
Post a Comment