Follow Us @soratemplates

Sunday, 6 November 2011

Penelitian Observasional



dr. Ari Probandari


Definisi penelitian deskriptif
-      Dari kata describe, artinya menguraikan, menggambarkan, memaparkan.
-      Apa yang di-describe? Variabel
-      Tanpa melihat hipotesis kausatif. Jadi variabel yang didescribe tu ga ada hubungan sebab akibat.

Ada 6 kriteria hubungan kausatif:
1.    Bersifat spesifik
2.    Ada secara menetap
Yang 4 disuruh nyari sendiri. Kan sistem KBK. Semangat teman. Kalau udah ketemu, dijarkom ya… ^^

Misal: merokok dengan TB. Hubungan kausatif ga? Ga… Kenapa?
Rokok itu ga spesifik nyebabin TB. Kan orang ngrokok juga bisa kena penyakit kardiovaskuler. Kalo rokok tu lebih tepatnya dijadiin faktor risiko, bukan penyebab.

Nah…, penelitian deskrifptif itu ga jelasin hubungan kausatif tadi.

Secara umum, berdasarkan ada/tidaknya perlakuan, penelitian dapat dibedakan jadi 2.
Kalau ada perlakuan, namanya penelitian eksperimental.
Kalo ga ada, berarti non-eksperimental atau observasional.
Hm…, udah dijelasin panjang lebar sama pak wid juga kan. Kita fokus ke penelitian observasional aja ya….

Penelitian observasional dibedakan lagi jadi 2. Ini dilihat dari ‘apakah kita mau mengaitkan variabel atau ga’
Kalo iya, berarti analitik.
Kalo ga, berarti deskriptif.

Agak ngloncat dikit ni. Dr. Ari cerita tentang penelitian potong lintang. Ntar dibahas di belakang.
Ada perbedaan pendapat gitu ceritanya. Ada yang bilang penelitian potong lintang tu deskriptif, tapi ada juga yang mengatakan kalau potong lintang tu analitik.
Nah, yang ekstrem tu bilang gini. Kalo yang menghubungkan variabel sebagai hubungan kausatif tu masukin potong lintang ke analitik. Kalo cuma sekedar hubungin biasa, tetep deskriptif.
Tapi, dr.Ari ga akan ngajak kita jadi golongan ekstrem kok. Kita yang moderat aja. So, intinya kalo hubungin variabel, masuk ke analitik. Kalo ga hubungin variabel, masuk ke deskriptif.
Sekalipun itu bukan hubungan kausatif, tetap dimasukin ke analitik.
Otcre…???

Nah trus, kalo ga hubungin variabel, yang deskriptif ngapain dong?
Deskriptif tu Cuma menceritakan distribusi/sebaran dari variabelnya.
Kalo ngliat dari rumusan masalahnya, biasanya menggunakan kalimat tanya who, what, when, where, hom much, how many.
Penelitian deskriptif ga bisa ngambil/jawab pertanyaan why. Yang bisa menjawab pertanyaan why adalah penelitian analitik.

Misal kasus:
-      Siapa yang paling banyak kena TB? (Prevalensi angka TB) --- deskriptif
-      Gejala apa yang paling umum pada TB? (deskriptif)
-      Di mana malaria banyak dijumpai? (deskriptif)


Penelitian deskriptif ada 5
1.    Case Report
2.    Case Series Report
3.    Cross Sectional
4.    Surveillance
5.    Korelasional ekologi

Case report
Dulu ini yang paling berkembang di dunia kedokteran.
Jadi tu Cuma nglaporin kasus unik yang terjadi. Isinya cuma memuat cerita suatu kasus yang gambaran sakitnya unik/tidak umum.
Jadi kesannya Cuma kaya pendahuluan aja. Tapi dari cerita ini bisa muncul dugaan yang ntar bisa diteliti lagi dengan sampel yang lebih besar.
Kenapa? Soalnya case repot Cuma 1 kasus yang terjadi. Makanya butuh diteliti lagi dengan sampel lebih banyak.

Case series report
Kalo ini yang diceritakan lebih banyak (lebih dari 1 subjek)

Surveillance
Biasanya ada 1 area yang dipilih. Misal beberapa kecamatan di Purworejo. Entah ada kejadian atau ga, setiap data meninggal, kelahiran, wabah, dst semua datanya dikumpulkan.
Tujuannya untuk perencanaan implementasi dan evaluasi program.
Misal: oh, ternyata dalam beberapa bulan ini ada peningkatan kematian usia anak-anak. Ntar dari situ diteliti, faktor-faktor apa yang menyebabkan kejadian itu.
Intinya, surveillance itu pengumpulan data secara rutin. Jadi batas waktunya tu lama banget sampe bertahun-tahun.

Ada 2 macam surveillance.
1.    Aktif surveillance
Ada orang yang bertugas mencatat data tiap bulan.
2.    Pasif surveillance
Contoh surveillance untuk penyakit menular (TB, malaria). Misalnya, puskesmas tiap kelurahan ngirim data ke puskesmas kabupaten, dst.
Jadi surveillance-nya dari data subjek yang datang dan dicatat. Bukan penelitinya yang nyari subjek.

Sekarang, kita ngomongin potong lintang..

Potong Lintang/ Cross Sectional
Penelitian potong lintang maksudnya penelitian yang pengukurannya hanya 1 kali. Disebut juga penelitian cross sectional.
Beda dengan penelitian longitudinal/kohort. Penelitian ini diukur secara berulang-ulang.

Balik lagi ke ‘udur-udurannya’ para peneliti tadi di atas
Deskriptif cross sectional: Cuma gambarin variabel
Analitik cross sectional: mengaitkan antar variabel tapi bukan sebagai hubungan kausatif.

Kalo deskripsi cross sectional contohnya untuk mengukur prevalensi.
Prevalensi tu jumlah kasus dibagi populasi dalam waktu tertentu.
Misal: prevalensi TB di Surakarta pada 2010.
Berarti nanti semua jumlah TB (ga peduli itu sakitnya udah dari dulu atau baru sejak 2010) dibagi jumlah populasi penduduk Solo.

Prevalensi beda dengan insidensi.
Kalo insidensi: angka kejadian kasus yang baru.
Jadi kalo ini yang dipakai Cuma yang baru sakit di tahun 2010.

Penelitian cross sectional yang deskriptif bisa untuk menghitung prevalensi.
Bisa untuk ngukur insidensi ga? Ga bisa.
Soalnya ngukurnya Cuma 1 waktu. Baru kalo pake kohort ntar bisa ngukur insidensi.

Penelitian cross sectional yang analitik bisa mengaitkan satu variabel dengan variabel lain.
Misal: mau tahu perbandingan TB pada laki dan perempuan.
Artinya, ntar ngaitin antara jenis kelamin dengan terjadinya TB.
Sifatnya asosiasi.
Asosiasi ini bisa kausatif bisa ga. Tapi kalo cross sectional, mau sampe jungkir balik kaya apa, kita tetap ga bisa ngasih asosiasi kausatif.

Cara meneliti cross sectional:
Dari populasi diambil sampel. Trus sampel itu diukur. Kalo analitik cross sectional, diukur variabel bebas dan terikatnya dalam 1 kali.
Misal:
Populasi orang Solo 200. Trus kita ngambil 50. Nah, karena kita mau ukur prevalensi, jadi ambil aja 50 itu apa adanya. Jangan sengaja 25 TB, 25 sehat. Jadi samplingnya tu biarkan aja terjadi secara alamiah.

Kalo cross sectionalnya deskriptif mau ngitung prevalensi, ntar dibedakan jadi 2:
-      Point prevalensi
-      Period prevalensi

Suatu penelitian kan mesti ada batas waktunya. Misal mau neliti prevalensi TB di tahun 2011.
Kalo point (titik), kita tentukan dulu titiknya. Titiknya tu titik tengah waktu. Pas tanggal itu ntar diukur.
Kalo period, berarti diakumulasi dari tgl 1 januari sampe 31 desember.
Kalo sifatnya analitik cross sectional, ntar dikenal prevalensi rasio.
Kalo case control, ntar odds ratio.
Bedanya apa? Cari sendiri ya…

Potong lintang deskriptif, ntar pake statistic deskriptif.
Bisa ngukur proporsi/prevalensi/presentasi, median, modus, rerata, standar deviasi/simpang baku, dst.

Penelitian Ekologi
Mirip penelitian potong lintang analitik, tapi variabelnya di tingkat populasi.
Misal: mau mengaitkan antara GDP/pendapatan per kapita dengan kejadian TB.
Pendapatan perkapita contoh variabel untuk tingkat populasi
Kalo variabelnya di tingkat populasi, maka disebut penelitian ekologi.
Biasanya penelitian ini untuk membanding-bandingkan antar negara/daerah/populasi.

Nah, kelima penelitian deskriptif tadi fungsinya buat apa???

1.    Analisis trend
Dengan data deksriptif tadi bisa dilihat, yang sedang trend apa. Misal yang sedang ngetrend DBD.
2.    Perencanaan
Dari data tadi bisa dibuat perencanaan. Misal, kok dari beberapa kecamatan, angka kejadian DBD paling banyak di kecamatan A. Berarti bisa direncanakan program penanggulangan yang lebih fokus ke kecamatan A.
3.    Membuat petunjuk tentang adanya kausa.
Kaya disebutin tadi, penelitain deskriptif memang ga bisa menyimpulkan misal rokok menyebabkan impotensi. Tapi setidaknya dengan data yang ada, bisa memberikan petunjuk kalo merokok tu bisa jadi faktor risiko impotensi.

Misal ntar ditemukan asosiasi, kita ga bisa langsung mengatakan kalo itu sebagai faktor penyebabnya.
Untuk bisa mengatakan itu, harus ada hubungan kausatif yang bersifat temporal. Padahal cross sectional Cuma ngukur 1 kali. Makanya, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan sebab akibatnya.



No comments:

Post a Comment