Drs. Widardo
Uji
proporsi bisa dilakukan untuk beda 2 proporsi atau 1 proporsi.
Contoh
kita punya data nominal atau kategorikal, terdiri dari 2 kelompok.
Misal
kita mau neliti proporsi penyakit gizi buruk.
Misal
di Solo prevalensi gizi buruk 14%. Trus kita melakukan intervensi. Habis itu cek
prevalensinya. Udah beda atau ga.
Ini
namanya uji beda proporsi, dengan 2 proporsi.
Kalo
1 proporsi digunakan untuk mengecek pendapat, anggapan, atau standar terhadap
kasus tertentu. Dilakukan pengecekan untuk melihat kenyataannya.
Misal:
ada pakar yang bilang kalo di daerah Solo yang ikut program KB hanya 80%.
Trus
kita lakukan penelitian untuk membantah pendapat ahli tersebut. Berapa yang
disurvey, berapa yang ikut KB. Kita lihat apakah proporsi yang ikut KB sama
dengan yang dikatakan pakar tersebut.
Tapi
yang sering dilakukan itu uji beda 2 proporsi. Soalnya yang uji 1 proporsi Cuma
buat nguji omongan pakar benar ga.
Uji
beda proprosi paling mudah menggunakan chi square.
Nanti
masing-masing uji beda proporsi itu ada rumusnya sendiri-sendiri.
Contoh
soal:
Pakar
mengatakan KB di Solo baru 85%.
Trus
kita bandingkan dengan data di lapangan.
(Rumus lihat sendiri ya...)
-
Nilai
z diketahui, x diketahui, ada proporsi anggapan, N banyaknya sampel.
-
Ho
diterima jika z hitung < z alfa.
-
Dari
hasil survey 6800 orang. Yang KB 5884. Yang ga 976.
-
Kita
pake alfa 10%. Kalo lihat di Z skor, nilainya 1,28.
Jadi kalau kita uji z hitung
lebih dari 1,28 berarti pendapat pakar itu salah.
-
Hipotesis
nol: tidak berbeda proporsi pemakaian program KB di Solo yaitu 85%.
Hipotesis alternative:
proporsi pemakaian KB kurang dari atau lebih dari 85%.
-
Kita
lihat rumusnya:
Z= 5884 dibagi 6800 dikurangi
proporsi 85% dibagi angka tadi.
(haha, maaf ya teman. Ni Cuma dari rekaman dan geje gitu deh rumusnya,
ntar dicek lagi aja ya kalau udah ada slidenya)
-
Dari
hasil hitungan nilai z 1,5. 1,5 kan lebih dari 1,28. Berarti proporsi yang ikut
KB di Surakarta lebih dari 85%.
Dari
tabel z bisa dilihat berapa persen.
(Hiks, ga ada slide, ga bisa
lihat tabelnya. Pura-puranya udah mudheng cara baca tabel ya teman… )
Tabel
z itu ga ada nilai (-). Nilai 1,5 menunjukkan sekian.
Kita
lihat 1 tail atau 2 tail.
Nilai
z 1,96 kira-kira 97,5%. Makanya 1,5 kira-kira lebih dari 85%.
Atau
pake tabel yang kemarin (yang mana coba…
T.T) yang ada plus minusnya. Ntar lihat z 1,5 pasti lebih dari 85%.
Uji
beda 2 proporsi ada 2 rumus yang ‘ini’ dan yang ‘ini’.
(Yang mana??? Besok lihat
slide ya. Pak wid juga Cuma ngomong ‘ini’ dan ‘ini’ sih…)
Kegunaannya
untuk menguji beda 2 proporsi.
Contoh
soal:
Kecamatan
A 571 dari 638 bayi di imunisasi. Kecamatn B 467 dari 542 bayi di imunisasi.
Kita uji apakah proporsinya sama atau ga di 2 tempat ini.
-
Ho:
proporsi sama. Ha: proporsi beda
-
Alfa
pake 5%, berarti z 1,96.
-
Masukkan
rumus
-
Mencari
Q dulu: 1-P
-
Masukkan
rumus
-
Ketemu
z-nya 1,579.
-
Kesimpulan
karena pake 2 ekor (2 tail) berarti kurang dari 1,96 atau lebih dari 1,96.
Jadi kalo antara -1,96 sampe
1,96 diterima.
Karena hasilnya ketemunya 1,579 berada di antara
-1,96 sampe 1,96, berarti Ho diterima. Alias ga ada perbedaan proporsi antara
daerah A dan daerah B.
Contoh
soal lain:
Kita
mau cek di daerah kumuh dengan kondisi sanitasi jelek 432 orang dari 628 kena
diare. Misal 483 orang di desa ada yang diare 413. Dilakukan uji beda proporsi
antara daerah A dengan desa.
-
Kita
pake alfa 10%, berarti z-nya 1,28
-
Ho
proprosi sama, Ha proprosi beda
-
Masukin
rumus
-
Didapat
z=1,54
-
Z
1,54 lebih dari 1,28. Berarti kesimpulannya ada beda kasus dari daerah A dengan
di pedesaan.
(Bingung? Tabahkan hatimu kawan. Kita tunggu
saja slidenya ya…)
Yang
lebih mudah lagi ni pake SPSS.
Entry
data mudah. Kita tinggal buat variabelnya.
-
Tulis
nama dulu, berapa karakter
-
Trus
misal butuh data umur, tipe data numeric
(Label
menunjukkan nama responden)
-
Misal
data lagi ttg tinggi badan, tipe numeric
-
Dst
sesuai data yang kita mau
-
Misal
kita pingin data bentuknya kategorik (agama, pengelompokan, dll)
Tipe tetep numeric, tapi
tanpa decimal.
Agama kita kelompokkan jadi
berapa, misal 7. Nilai masing-masing agama berapa, kita bikin value dulu.
Misal 1.Islam, 2.Kristen,
3.Katolik, dst.
Ntar kalo islam, diisi data
1. Kalo Kristen 2, dst.
-
Gitu
terus. Jadi bisa sampe buanyak variabel
Setelah
itu ntar dilakukan uji. Misal pake T test kayak kemarin itu. Ntar ada uji T
yang berpasangan ada yang ga. Kalo yang berpasangan tu menilai apakah pre dan
post ada perbedaan atau ga.
Kalo
berpasangan, kita pilih yang pair T test.
Kita
masukin nilai pre-nya, masukin juga nilai postnya.
Terlihat
hasil analisisnya rata-rata dari pre dan postnya.
Habis
itu lihat signifikansinya.
Disimpulkan
antara pre dan postnya.
Untuk
T test yang ga berpasangan (misal laki dan perempuan), pilih yang independent T
test.
Masukin
data jenis kelamin ada 2 (laki perempuan).
Dst
sama kaya yang pair T test tadi.
Kalo
yang anova gimana? Misal kita mau membandingkan antara lebih dari 2 kelompok.
Ntar
pilih aja yang one way anova.
Untuk
melihat perbedaannya, kita gunakan “…” trus continue, OK.
(Maaf ya teman, agak missed. Kurang bisa
‘mendengar’ rekamannya)
Uji
proporsi bisa melihat apakah ada perbedaan proporsi (misal antara laki dan
perempuan tadi).
Pilih
descriptive statistic, trus gunakan ‘cross
bla bla bla’. (Maaf, missed lagi…L)
Masukkin
nilainya
Mau
pake chi square atau apa.
Continue,
OK
Muncul
hasilnya.
Alhamdulillah…. :)
Akhirnya selesai juga cakul
coursenya.
Mohon maaf lahir dan batin
kalau geje
Mudah-mudahan ga bikin tambah
puyeng
Selamat belajar teman…
2009…???
Bisa! Bisa! Pasti bisa!
kalau penentuan sampel dengan uji proporsi gimana? misal aku mau neliti masalah asi eksklusif dengan kejadian diare. terus besar sampelnya dihitung pake uji proporsi...
ReplyDeletenah, anggap penelitian sebelumnya itu belum ada, yang mau aku tanyain, nilai proporsi1 sama proporsi2-nya berapa ya...?
Biasanya dengan uji beda 1 proporsi. Proporsi yang tidak diketahui itu dianggap 50%. Begitu kata teman saya yang lebih berkompeten mengenai ini. Referensinya dari buku statistik kedokteran.
ReplyDeleteWallahua'lam.
q mau tanya tentang penelitian yang saya bwat dgn jdul " komparasi prevalensi kusta antara puskesmas yang aktif dan pasif dalam penemuan penderita di kab. xxx. itu menggunakan uji proporsi yang mana dan referensi buku nya apa... tlg dijelaskan...?
ReplyDeletemohon maaf lama sekali baru dibalas.
ReplyDeleteUntuk referensi buku yang saya pakai Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan karya Sopiyudin Dahlan