Sekilas, wanita sama sekali tidak salah. Bagaimana bisa dikatakan salah kalau posisi mereka dalam keadaan sakit atau mengalami kecelakaan? Justru mereka barangkali tampak kasihan dan wajar jika pria A menolong.
Teori itu kurang lebih identik dengan istilah wanita hanyalah sebagai makhluk penunggu yang bisa menolak atau menerima.
Dalam arti wanita B sedang menunggu obat dan dia menerima pria A sebagai dokter yang sedang mencarikan obat. Demikian juga dengan wanita C D E. Di lain sisi, persis seperti etika kedokteran bahwa pasien berhak menentukan langkahnya sendiri, wanita-wanita tersebut juga punya hak apabila ingin menolak pertolongan dari pria A.
Memang dalam hal ini wanita hanya jadi pasien yang sewaktu-waktu akan ditingga pergi sang dokter. Dari sudut pandang wanita C D E, bisa jadi mereka justru lebih kuat menghadapi kenyataan itu karena mereka hanyalah kasus accident emergency. Artinya kalau kegawatdaruratannya teratasi, masalah pun selesai. Tapi bisa jadi lebih runyam bagi wanita B karena wanita B sudah terlanjur menunggu dan berharap segera mendapat obat dari pria A.
Tapi, kemarin seorang teman justru berkomentar bahwa "Alhamdulillah semuanya sembuh", artinya wanita di sini berada dalam posisi yang kuat. Kalaupun ditinggal oleh dokternya, pasien-pasien ini sudah dalam keadaan sembuh dan bisa melanjutkan hidup secara normal kembali.
Itu tadi sudut pandang wanita sebagai pihak yang teraniaya. Saya sendiri justru memandang bahwa kasus ini terjadi karena kesalahan wanita. Seandainya wanita menjaga kesehatan, wanita A tidak akan sakit. Seandainya wanita mau hati-hati di jalan, wanita C D E tak perlu mengalami kecelakaan. Karena tidak ada yang sakit maupun ada kecelakaan, bukankah pria A tak akan datang.
Ya, saya melihatnya demikian. Kasus-kasus begini bisa jadi terjadi karena salah wanita. Coba bayangkan seandainya ada pria A sebagai dokter datang kepada wanita F, tetapi karena wanita F sehat walafiat maka dengan tanpa beban wanita F juga akan menolak. Tapi andai wanita F sakit sedikit saja, pasti wanita F akan dengan senang hati menerima pengobatan dari pria A.
Tapi, ini tak semata-mata salah wanita yang tidak hati-hati atau tidak menjaga kesehatannya. Pria juga turut menyumbang kesalahan. Coba pria fokus pada tujuan membeli obat alias tidak menengok kanan kiri sok mencari-cari korban agar bisa menjadi pahlawan, pasti dia tidak akan kena kasus dengan wanita C D E. Atau pria yang sebenarnya belum mampu, tapi berlagak sudah mampu mengobati. Kalau dia sadar belum sanggup, tentu dia tak akan menghampiri wanita B yang ujung-ujungnya akan memberinya tugas membeli obat. Kalau dia tidak melakukan perjalanan membeli obat, artinya dia juga akan memiliki kemungkinan kecil untuk bertemu kasus kecelakaan.
Menurut saya begitu. Karena pria mencari kesempatan dan wanita menawarkan kesempatan. Karena pria belum mampu tapi wanita mau menunggu.
hm, teori yg menarik mba. perlu dikaji lbh lnjut agalknya biar nda sekadar jd hipotesis :D
ReplyDeleteini bukan murni teoriku bani..
ReplyDeletesip, silakan dikaji.. :)