Follow Us @soratemplates

Wednesday, 25 July 2012

Kusebut Namamu dalam Doaku

Ketika akhirnya sosok orang yang diharapkan telah tiba, tak jarang orang sering menyebut-nyebut namanya. Entah dalam kesehariannya karena memang orang itu selalu ada dalam bayangnya, atau menyebut dalam doa agar sosok itu tak cukup hanya dalam bayangan, tetapi benar-benar nyata bersamanya.

Dalam berdo'a, kita sah-sah saja meminta. Misal memohon kepada Allah agar fulan benar-benar menjadi jodoh kita. Tetapi, sampai kapan kita akan berdoa seperti itu?

Ada yang berkata, doa saja sampai itu dikabulkan. Saya sendiri sepakat bahwa memang harus ada kegigihan dan pengharapan yang nyata dalam berdoa. Hingga akhirnya nanti Allah berkenan memberikan keputusannya. Tetapi di lain sisi, kita harus ingat bahwa Allah menjawab sebuah do'a lewat tiga perkara.

Bisa jadi Allah mengabulkan do'a tersebut persis seperti apa yang diminta. Kita meminta fulan, maka fulanlah yang datang pada kita. Untuk kasus ini, pastilah orang yang berdoa akan bahagia. Dan ia pun patokan sampai di mana ia mengakhiri do'anya dan Allah mengabulkan permintaanya.

Tetapi, bukan tidak mungkin nama seseorang disebut dalam do'a beberapa orang. Terlepas dari perlombaan seberapa banyak tiap orang itu memohon sambil menyebut namanya, tetap saja hanya ada satu orang yang mendapatkannya. Artinya, tak semua peminta akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Maka, akan ada jawaban Allah versi lainnya.

Versi pertama adalah Allah akan memberikan ganti yang lebih baik daripada yang kita minta.

Jawaban versi ini sering disalahartikan. "Bagaimana mungkin aku mendapat yang lebih baik? Dia saja tak mau padaku, apalagi yang lebih baik. Bagiku, dia saja sudah yang terbaik. Masih adakah yang terbaik dari yang terbaik?"

Keluh kesah di atas seakan menunjukkan orang tersebut berputus dari rahmat Allah. Bukankah 'seseorang' itu tak hanya dia. Bukan hanya dia yang baik. Barangkali 'seseorang' itu memang tidak sesempurna orang yang semula kita sebut dalam do'a. Tapi buka tidak mungkin dia justru lebih baik daripadanya. Mengapa? Karena setidaknya dia baik dalam arti baik hati karena sudah mau menerima kita.

Seandainya kita tetap saja merasa bahwa akhirnya tetap saja tidak mungkin lebih baik, Allah masih memberi jawaban versi ketiga. Bisa jadi Allah akan menjawabnya kelak di surga.

Sebenarnya, ini bisa diartikan bahwa Allah mengganti penghambaan seseorang lewat doanya hingga akhirnya ia dimasukkan ke surga. Tapi orang terkadang justru mengartikan bahwa mengganti di surga adalah menjadikannya bidadari yang kelak menemaninya di surga.

Barangkali karena ia sudah begitu tergila-gila, ia pun berkata, "Baiklah, mungkin aku memang tidak berjodoh dengannya. Tidak apa-apa, asalkan ia bahagia. Tapi setidaknya aku berharap bisa menjadi jodohnya kelak di surga."

Apapun itu penafsirannya, kuncinya justru di kata "Baiklah". Kata itu menyiratkan sebuah keikhlasan. Dan tak ada yang lebih melegakan dibandingkan sebuah keikhlasan. Bisa jadi ikhlas ini pulalah yang akan membuat Allah memberikan jawaban versi pertama atau versi kedua. Tapi, jikapun tidak, surga sebagai jawaban versi ketiga rasanya lebih jauh mulia.

Bukankah tak ada yang lebih indah daripada surga?

No comments:

Post a Comment