Barangkali ada yang bertanya, “Kenapa di sela-sela kegiatan malah melakukan hal tak penting? Buat apa sih nulis note tak
jelas di facebook? Buat apa repot-repot bikin posting di bloga? Bukannya ngaji atau banyak dzikir, kok malah bikin tulisan ‘picisan’ begini. Kayak ga ada kesibukan lain aja”
Hm…, memang benar kawan. Saya memang merasa tidak punya
kesibukan.
Mungkin satu per satu kawan saya akan membantah. Tak jarang
teman-teman bertanya, “Baru sibuk apa?”, atau “Avi ada waktu longgar kapan?”,
atau sekedar, “Avi bisa meluangkan waktu untuk ini ga?” atau kalimat lain yang
nada-nadanya menunjukkan bahwa saya sibuk. Padahal ketika ditanya, saya sendiri
bingung menjawab saya ini sebenarnya sibuk apa.
Buktinya, saya bisa punya waktu sekitar 15 atau 30 menit untuk
menulis catatan ini. Nyatanya, saya juga punya waktu dari pagi sampai siang
sekedar untuk menunggu dosen yang belum datang. Saya juga punya waktu
jalan-jalan ke Jogja dari siang sampai malam bersama keluarga. Dan berbagai
kegiatan lainnya yang menunjukkan bahwa saya masih punya waktu luang.
Tapi memang diakui, ketika saya sedang menunggu dosen maka
saya tak punya waktu luang untuk ikut menyambut mahasiswa baru. Ketika saya
jalan-jalan ke Jogja, saya belum punya waktu untuk menulis esai. Atau ketika
saya harus menghadiri rapat, maka saya belum punya waktu untuk jalan-jalan
dengan teman-teman. Apakah ini berarti saya sibuk hingga tak bisa ikut kegiatan
itu?
Saya melihatnya bukan dari kaca mata sibuk, tetapi dari kaca
mata memanfaatkan (atau parahnya) menghabiskan waktu. Ketika dalam satu waktu
saya mempunyai suatu hal yang bisa mengisi waktu luang saya secara positif,
maka saya anggap itu sebagai sebuah kegiatan tambahan. Entah itu rapat, kajian,
kumpul dengan teman-teman, menulis, atau sekedar me time. Di lain sisi, saya
akan kelimpungan sendiri ketika menyadari saya tak punya suatu hal untuk
dikerjakan dalam waktu tertentu.
Contohnya ketika libur beberapa hari yang lalu. Saya hanya
luntang-luntung di rumah membaca buku. Sebenarnya membaca buku pun sebuah kegiatan
yang positif. Tetapi saya merasa waktu saya menjadi lebih positif ketika saya mengiyakan
ajakan teman untuk menemaninya mencoba menu masakan baru. Paling tidak ada
tambahan nilai ukhuwah yang makin erat. Dan ketika akhirnya keluarga mengajak
pergi ke suatu tempat pada waktu itu juga, saya terpaksa menolak karena
terlanjur mengiyakan ajakan teman. Dalam konteks ini, saya dipandang sibuk oleh
keluarga saya. Nyatanya, semula saya hanya ingin memanfaatkan waktu luang saja.
Cuma sayangnya sudah keduluan dimanfaatkan bersama teman saya.
Maka ketika saya ditanya saya ini sibuk apa, saya tidak
yakin bisa menjawab. Yang saya lakukan hanyalah mencoba menggunakan waktu
dengan kegiatan tertentu yang sekiranya memiliki manfaat. Cuma sesimpel itu!
So, saya akan menjawab, “Saya tidak sibuk, hanya sekedar memanfaatkan waktu”.
Punya akun fb, ukht? Pingin berkawan di fb deh. Boleh?
ReplyDeleteUkhti, artikel-artikelmu bagus.. Izin mengutip beberapa di kumpulan quotes saya ya.. *smile*
Boleh ukhty..:)
ReplyDeleteNamanya Avi Ramadhani juga.
Iya, silakan. Artikel yang di sini sebagian besar ditulis di note fb juga.. :)