Jika ada seorang lelaki dan seorang perempuan, yang ketiga adalah syaithon. Hadits tersebut dimaknai syaithon dalam arti penggoda syahwat antara keduanya. Tetapi, ada makna ‘syaithon’ lainnya.
Bukan hal yang jarang kita temui sebuah candaan memasangkan
seorang lelaki dengan perempuan. Istilah bahasa Jawanya yaitu ‘macokke’,
semacam candaan menjodohkan seseorang dengan orang lain. Seorang ustadz
berkata, bisa jadi orang yang melakukan candaan tersebut adalah syaithon dalam
bentuk lainnya.
Mengapa seekstrem itu?
Mari kita lihat seperti ini. Syaithon adalah penggoda antara
laki-laki dan perempuan. Dalam keadaan bercanda tersebut, orang yang
melontarkan candaan memang menggoda laki-laki dan perempuan. Meskipun godaan
yang dimaksud di sini adalah godaan dalam makna candaan.
Tetapi, ternyata masalah godaan ini tidak bisa dianggap
sederhana. Memang benar, seseorang bisa tebal muka dan menganggap angin lalu
semua celotehan tentangnya. Tetapi, bukan tidak mungkin sedikit candaan itupun
mampu membuatnya berpikir. Setidaknya sekedar berpikir, apakah benar demikian
adanya. Jika dia menafsirkan tidak, maka habis perkara. Tapi jika dia semakin
penasaran, atau justru mengiyakan, maka timbulah masalah selanjutnya.
Godaan yang semula hanya candaan itupun berubah menjadi
pemicu godaan syahwat yang selanjutnya. Mengapa? Karena kita tidak tahu,
barangkali ada penyakit hati di antara laki-laki dan perempuan yang kita goda.
Dan penyakit itu terjadi karena bakteri dan virus yang terus-menerus kita
tularkan pada mereka.
Mungkin pada mulanya mereka berdua sama sekali tidak saling
suka. Tetapi karena terlalu seringnya kita menggoda, bisa jadi sedikit demi
sedikit mulai ada kecenderungan. Entah kecenderungan untuk menghindar, atau
justru kecenderungan untuk mendekat secara tidak disadari. Jika ini berlanjut,
bisa jadi syahwat sesungguhnya sebagai bentuk godaan syaithon benar-benar
terjadi.
Andai kesalahan fatal itu terjadi, kitalah biang keroknya.
Jika benar akhirnya ada syahwat di antara keduanya, kitalah sang pencetus syaithonnya.
Sebaliknya, jika mereka justru saling membenci, kita pulalah yang menyebabkan
itu terjadi. Secara tidak langsung kita menjadi penyebab rusaknya hubungan
ukhuwah dan silaturahmi di antara mereka. Jika sudah demikian, apa bedanya kita
dengan tugas syaithon?
Maka, jaga setiap ucapan kita. Jangan menggoda jikalau tak
ingin mereka celaka. Karena tentu kita tak ingin diri kita menjadi syaithon
yang melemahkan iman saudara-saudara kita. Naudzubillah…
No comments:
Post a Comment