Follow Us @soratemplates

Sunday, 29 July 2012

Gara-gara Kamu


Jika ada seorang lelaki dan seorang perempuan, yang ketiga adalah syaithon. Hadits tersebut dimaknai syaithon dalam arti penggoda syahwat antara keduanya. Tetapi, ada makna ‘syaithon’ lainnya.

Bukan hal yang jarang kita temui sebuah candaan memasangkan seorang lelaki dengan perempuan. Istilah bahasa Jawanya yaitu ‘macokke’, semacam candaan menjodohkan seseorang dengan orang lain. Seorang ustadz berkata, bisa jadi orang yang melakukan candaan tersebut adalah syaithon dalam bentuk lainnya.

Mengapa seekstrem itu?

Mari kita lihat seperti ini. Syaithon adalah penggoda antara laki-laki dan perempuan. Dalam keadaan bercanda tersebut, orang yang melontarkan candaan memang menggoda laki-laki dan perempuan. Meskipun godaan yang dimaksud di sini adalah godaan dalam makna candaan.

Tetapi, ternyata masalah godaan ini tidak bisa dianggap sederhana. Memang benar, seseorang bisa tebal muka dan menganggap angin lalu semua celotehan tentangnya. Tetapi, bukan tidak mungkin sedikit candaan itupun mampu membuatnya berpikir. Setidaknya sekedar berpikir, apakah benar demikian adanya. Jika dia menafsirkan tidak, maka habis perkara. Tapi jika dia semakin penasaran, atau justru mengiyakan, maka timbulah masalah selanjutnya.

Godaan yang semula hanya candaan itupun berubah menjadi pemicu godaan syahwat yang selanjutnya. Mengapa? Karena kita tidak tahu, barangkali ada penyakit hati di antara laki-laki dan perempuan yang kita goda. Dan penyakit itu terjadi karena bakteri dan virus yang terus-menerus kita tularkan pada mereka.

Mungkin pada mulanya mereka berdua sama sekali tidak saling suka. Tetapi karena terlalu seringnya kita menggoda, bisa jadi sedikit demi sedikit mulai ada kecenderungan. Entah kecenderungan untuk menghindar, atau justru kecenderungan untuk mendekat secara tidak disadari. Jika ini berlanjut, bisa jadi syahwat sesungguhnya sebagai bentuk godaan syaithon benar-benar terjadi.

Andai kesalahan fatal itu terjadi, kitalah biang keroknya. Jika benar akhirnya ada syahwat di antara keduanya, kitalah sang pencetus syaithonnya. Sebaliknya, jika mereka justru saling membenci, kita pulalah yang menyebabkan itu terjadi. Secara tidak langsung kita menjadi penyebab rusaknya hubungan ukhuwah dan silaturahmi di antara mereka. Jika sudah demikian, apa bedanya kita dengan tugas syaithon?

Maka, jaga setiap ucapan kita. Jangan menggoda jikalau tak ingin mereka celaka. Karena tentu kita tak ingin diri kita menjadi syaithon yang melemahkan iman saudara-saudara kita. Naudzubillah…

No comments:

Post a Comment