Follow Us @soratemplates

Tuesday 24 July 2012

Sekufu

Orang bilang, kalau pilih pasangan hidup sebisa mungkin yang sekufu. Barangkali sedikit berat bahasanya. Mudahnya, cari secocok mungkin, seseimbang mungkin, seseirama mungkin.

Memang, hadits dengan tegas sudah menjelaskan. Pilihlah pasangan hidup karena agamanya, baru kriteria lainya. Entah itu kecantikan, keturunan, atau kekayaannya. Tapi, jikalau ada seseorang dengan agama baik, cantik, dari keluarga baik, plus kaya, pada akhirnya akan dipilih yang paling seirama.

Bapak pernah berkata, "Om A dan bulik B itu lho serasi. Dilihat enak, karakternya mirip."

Seorang sahabat juga pernah berkomentar, "Ga mungkin C akhirnya dengan D. Mereka terlalu berbeda."

Ini memang bukan skenario sinetron, dimana seorang mami atau papi jahat melarang anaknya berhubungan dengan pasangannya karena melihat kekayaan semata. Tetapi komentar-komentar seperti ini bukan tak jarang berseliweran di sekeliling kita.

Ya, mungkin hanya komentar-komentar sederhana. Komentar yang mungkin muncul hanya karena melihat fisik atau sikap seseorang dan pasangannya. Tapi bisa jadi, unsure kecocokan ini menjadi sebuah kriteria.

Ibaratnya seperti sepatu high heels dan flat shoes. Kaki kiri menggunakan high heels dan kaki kanan menggunakan flat shoes. Apakah seseorang bisa berjalan dengan keadaan demikian? Bisa. Tetapi akan pincang. Beban yang ditumpukan ke kedua kaki juga berbeda. Ujung-ujungnya berjalan pun menjadi tidak nyaman.

Perkaranya adalah, maukah melakukan perjalanan dengan berjalan pincang? Sekalipun itu sakit, tapi tetap coba bertahan untuk berjalan. Kalau bisa, maka habis perkara. Tempat tujuan pun akan tetap tercapai.

Tetapi jika tak tahan merasakan nyeri karena beban berat tubuh yang berbeda, bisa jadi salah satu akan dibuang. Atau malah dibuang dua-duanya dan berakhirlah perjalanan itu.

Memang, bukan tidak mungkin kedua sepatu itu akan tetap berjalan seirama. Tetapi dibutuhkan sebuah kecerdikan untuk mengantisipasinya. Bisa saja meniru iklan sebuah permen yang mematahkan high heels demi mendapat ketinggian sepatu yang sama. Artinya, ada yang mau mengalah untuk turun. Atau sebaliknya, bisa saja menambahkan sesuatu agar flat shoes menjadi lebih tinggi. Artinya, ada yang berjuang keras untuk naik.

Jika ternyata tak mampu mengambil risiko naik atau turun, pilih saja cara termudah dengan mengambil tinggi heels yang sama. Sekalipun berbeda, mungkin sekedar berbeda warna layaknya sandal-sandal mode akhir-akhir ini. Mereka tak sama warnanya, tapi justru terkesan unik dan justru menjadi tren karena menarik perhatian.

Yang pasti jangan sampai sepatu kanan berjalan ke kanan, dan sepatu kiri berjalan ke kiri. Apapun itu pilihan sepatu yang digunakan, harapan untuk mencapai titik tujuan tetap yang diutamakan. Apakah tujuan itu? Surga.

No comments:

Post a Comment