Follow Us @soratemplates

Tuesday 5 June 2012

Cantikmu Wahai Saudariku

 
Wanita itu diciptakan sebagai makhluk yang cantik. Percaya atau tidak, memang demikian adanya. Terlepas dari cantik itu relatif, semua wanita pasti cantik. Saya semakin merasakannya akhir-akhir ini.

Pernah di kala iseng, mata saya mulai jelalatan tak karuan. Waktu itu saya sedang duduk sendirian di sudut mushola. Saya memandangi teman saya yang sedang ngobrol. Hm…, sungguh sangat cantik. Padahal semula saya tak terlalu memperdulikannya.

Beralih ke orang lain dan saya menemukan bahwa orang itupun menggemaskan. Entah matanya, entah putih kulitnya, entah cara senyumnya, entah hidungnya, entah lemah lembutnya, apapun itu membuat saya mengambil kesimpulan bahwa semua wanita yang saya temui di mushola itu terasa sangat cantik.

Saya jadi teringat ucapan seorang teman. Dia berkomentar ketika melihat seorang teman yang luar biasa cantiknya, “Menurutku yang sesama cewek aja dia cantik, apalagi di mata cowok?”. Saya mengiyakan, dan saya pun buru-buru istigfar.

Ya, memang dijadikan indah di mata kaum pria tentang wanita. Jika di mata wanita saja sudah indah, bagaimana di mata pria yang akan menangkapnya menjadi lebih indah. Jika wanita saja mengagumi sedemikian rupa, bagaimana pria akan mengagumi dengan tergila-gila. Ya, fitnah wajah dari seorang wanita.

Sayangnya, tak banyak wanita yang tahu tentang itu. Satu demi satu justru semakin memoles wajahnya untuk mendapat kecantikan semu. Okelah, dia tidak bermaksud menjadikan wajahnya cantik demi membuat pria tergila-gila. Tetapi, ketika wanita saja mengagumi dirinya yang makin cantik, bagaimana tidak dengan kaum pria. Toh, tanpa make up apapun pada dasarnya wanita tetap cantik. Amati saja wajahnya lekat-lekat, akan kita temu barang satu titik saja dimana ia akan terlihat begitu mempesona.

Saya jadi teringat salah satu artikel dari sebuah majalah. Kurang lebih judulnya, “Cantikmu untuk siapa?”. Ya, wanita memang cantik. Tetapi untuk siapa? Wanita memang perhiasan, tetapi untuk siapa? Tentu bukan dijadikan sebagai model santapan mata-mata kagum entah wanita maupun pria.

Saya bahkan heran jika ada wanita yang marah-marah karena pria jelalatan. Okelah, pria salah karena tidak mengontrol pandangannya. Tapi, apakah wanita tak merasa salah karena memberi sajian pemandangan yang mempesona? Pantas saja jika pria begitu karena wanita bertindak lebih dulu.

Maka, salahkah jika saya berdecak, “Cantikmu, wahai saudariku”. Cantik untuk apa dan cantik untuk siapa.

Mari kita jawab meski dalam hati saja. 


No comments:

Post a Comment