Follow Us @soratemplates

Thursday 7 June 2012

Tulang Rusuk Tak Kan Keliru


Ada cerita menarik ketika saya mengelola sebuah majalah keluarga. Suatu ketika di rubrik konsultasi keluarga, ada seorang ikhwan yang melayangkan SMS konsultasi. Dia menyampaikan dilemma hatinya karena sudah memiliki pekerjaan tetap namun belum memiliki keberanian untuk menikah. Sebagai seorang redaktur, saya pun hanya menyampaikan pertanyaan tersebut pada kontributor dan mengetik jawabannya begitu tersedia. Yup, pekerjaan saya selesai sampai di sini.
Ternyata saya keliru. Ketika akhirnya majalah edisi tersebut terbit, ada seorang pembaca yang menghubungi redaksi. Apa gerangan? Ternyata dia adalah seorang akhwat yang hendak menyalonkan diri melamar untuk ikhwan yang bertanya di rubrik konsultasi tersebut.
Subhanallah… Bahkan saya sama sekali tidak menyangka bagaimana majalah yang kami kelola bisa menjadi ajang mencari jodoh untuk para pembaca. Tetapi saya kemudian tersadar bahwa meski lewat majalah atau tidak, kalau memang sudah jodoh pasti akan bertemu.
Ya, tulang rusuk memang tak akan keliru. Jika keliru, pasti akan terasa sakit. Nyeri, ngilu. Ibaratnya seperti teori lock and key di pelajaran biologi SMA dulu. Gembok A pasti hanya akan bisa dibuka dengan kunci A, tak akan bisa diganti dengan kunci B. Oke, barangkali kunci B bisa saja asal menancap di gembok A. Tapi pada akhirnya gembok tidak akan bisa terbuka.
Itulah hakikatnya pasangan hidup. Mereka juga seperti gembok dan kunci itu. Jikalau memiliki sebuah hubungan, mau dipertahankan seperti apapun tidak akan berhasil jika bukan kunci dari gemboknya. Mau berkelana ke berjuta pria atau wanita sekalipun tak akan berhenti sebelum mendapat kunci dari gemboknya.
Perkaranya adalah bagaimana menemukan kunci yang tepat. Bukankah Allah sudah mengatakan pria baik untuk wanita baik, pria buruk untuk wanita buruk? Kejam, barangkali. Serasa tidak ada kesempatan bagi wanita buruk untuk mendapatkan pria yang lebih baik. Tetapi, bukan itu esensinya. Poin yang diambil justru berusahalah menjadi orang yang baik agar nantinya mendapat pasangan yang baik.
Padahal teori yang baik akan mendapat yang baik, yang buruk mendapat yang buruk, tak selamanya salah. Coba bayangkan, bagaimana mungkin seorang ahli ibadah yang gemar ke masjid akan bersama dengan ahli maksiat yang gemar ke pub. Dari tempat yang akan dikunjungi saja sudah berbeda. Karena gemar di tempat yang berbeda, kesempatan mereka untuk bertemu pun berbeda. Lebih-lebih kesempatan untuk berniat menjadikan pasangan. Maka, benar kiranya jika akhirnya pasangan ahli ibadah itu seorang ahli ibadah pula. Pun sebaliknya. Demikian juga dalam kasus saya, pembaca majalah saya pun berkesempatan mendapat pasangan sesama pembaca pula.
Jika memang waktu dan tempat itula yang akan menentukan, tinggal bagaimana kita mendapatkannya. Di tempat yang tepatkah, di saat yang tepat pulakah? Kita sama-sama tidak tahu. Tetapi selagi itu belum terjadi, berusaha saja menjadi kunci dan gembok yang pas untuk pasangan kita.
Jika suami yang kita harapkan adalah ahli ibadah, siapkan untuk jadi gembok yang ahli ibadah. Jika suami yang kita harapkan adalah orang yang cerdas, siapkan diri pula untuk jadi gembok yang gemar belajar. Demikian sebaliknya. Jika mengharapkan istri yang penyayang, jadilah kunci yang memiliki kelembutan hati dan kasih sayang. Jika mengharapkan istri yang taat, jadilah kunci yang bisa memimpin dengan tepat.
Ya, teori gembok dan kunci memang hanya bisa kita upayakan. Jika ternyata gembok dan kunci yang kita cari belum pas, tenang saja, Allah telah menciptakan tulang rusuk yang tak akan mungkin keliru. Yang pasti akan sama bagusnya, atau bahkan sama buruknya. Naudzubillah…
Karena memang tak ada yang pasti hingga akad selesai terucap. Maka, berusaha sajalah untuk jadi gembok dan kunci yang baik sehingga mendapat pasangan yang baik pula. Insya Allah.. 

2 comments:

  1. Ukhtiiiii.. jazakilllahu khairan, tulisannya.. *smile*

    ReplyDelete
  2. Waiyaki ukhti zahra..
    Lama tidak blogwalking ni.. :)

    ReplyDelete