dr.Suwardi SpB, SpBA
Trauma pada anak menjadi bahasan yang penting.
Bahkan angka kejadiannya sudah lebih banyak dibandingkan penyakit-penyakit
biasa.
Contohnya: trauma persalinan, jatuh karena
lari, tersiram air panas.
Yang menjadikan penting karena anak bukan miniatur
orang dewasa, tapi ukurannya memang lebih kecil. Artinya, kalau kena trauma
sifatnya lebih multiple.
Penanganan secara umum sama dengan dewasa.
Pertama cek dulu ABC-nya.
Airway
Mudah sekali terganggu. Soalnya kepala besar,
leher pendek, mandibula relative kecil. Jadinya kalo telentang, relative lidah
jatuh ke belakang dan nekan daerah orofaring.
Trakea bayi juga ukurannya kecil, jadi udem
dikit aja udah bikin obstruksi.
Breathing
Tiap umur punya RR berbeda. Kalo masih kecil
RR-nya Cuma 20 malah curiga cardiac arrest.
Thorak masih kecil. Auskultasi jadi kurang
efektif karena suara nafasnya kanan kiri bisa sama. Jadi, lihat dari gerakan
dadanya kiri kanan sama atau ga.
Banyak bernafas dengan abdomen. Diafragma masih
lentur. Otot dinding dada belum banyak berfungsi. Jadinya cadangan oksigen di
thorak belum maksimal. Jadinya mudah hipoksia.
*Catatan: karena bernafas dengan abdomen,
makanya anak kecil dijaga agar jangan sampai kembung. Kalau kembung bisa ganggu
pernafasan.
Shock
management
Volume darah bayi dengan dewasa juga berbeda. Artinya
lebih mudah untuk kena perdarahan. Uniknya, meski perdarahan udah banyak tapi
gejala klinis hipovolemi pada anak ini sering tidak terlihat. Jadinya, tau-tau
sudah bahaya.
Lakukan pengecekan nadi, telapak tangan akral
dingin lembab atau ga. Nilai juga CRT-nya. Jadinya ga perlu ukur tensi dulu di
awal.
Circulation
Bayi diam berarti sudah penyakit lanjut. Malah
lebih bagus kalo bayinya nangis kuat.
Menejemen syok tetap sama dengan dewasa.
Kalau dewasa 10-12 L/menit pake masker. Untuk
bayi tergantung berat badannya.
Diberikan 100% oksigen.
Ventilasi diberikan sesuai kebutuhan. Alveoli
masih rapuh sekali, jadi gampang rupture kalo ventilasi terlalu kuat. Tapi
kalau terlalu pelan-pelan bisa hipoventilasi, ujung-ujungnya cardiac arrest.
Dijaga juga jangan sampe hipotermi.
Resusistasi dengan RL 20cc. Lakukan assessment,
ulangi terus. Kalau perlu beri PRC bukan whole blood.
Cara penilaian syok harus cepat. Untuk bedain
syok hipovolemik sama neurogenik.
Kalo neurogenik yang terganggu saraf simpatis,
jadi yang bekerja parasimpatis. Akibatnya jadi bradikardi, vasodilatasi (warna
kulit merah, hangat). Jadi diberikan simpatomimetik.
Kalo hipovolemik yang kerja simpatik. Trus karena
kekurangan cairan. Jadinya diberikan cairan.
Kalo misal udah dikasih cairan kok tetep
kurang, bisa aja ada perdarahan yang ongoing.
Syok diatasi juga dengan gastric tube.
Selain karena perut kembung ganggu breathing,
inget juga kalo di belakang gaster ada arteri vena yang bisa ikut tertekan.
Penting juga untuk jaga bayi ga hipotermi.
Kalo bayi perdarahan dibiarkan hipotermi, akan
ada asidosis metabolic, perdarahan juga ga bisa berhenti spontan.
Bayi juga mudah hipotermi karena kulitnya
tipis, lemaknya tipis, mudah evaporasi.
Makanya, bayi jangan dimandikan air dingin.
Proporsi tubuh bayi, kepalanya masih besar. Jadinya
kemungkinan untuk trauma kepala lebih banyak. Fontanela juga belum nutup,
suturanya juga masih bisa melebar, tulangnya masih tipis.
Cara evaluasi dengan cek pupil, cek cushing’s
syndrome untuk cek peningkatan tekanan intracranial. Paling gampang dengan
meraba fontanela.
Yang jelas untuk menangani trauma kepala harus
menjaga ABC-nya.
Perdarahan karena cedera kepala mungkin sekali
terjadi karena tulang masih bisa melebar dan bisa nampung adanya perdarahan
itu.
Tulang belakang ligamentumnya lebih lentur
jadinya kalau ada trauma justru bergeser dan bisa balik lagi (ga gampang rupture
seperti orang dewasa). Kalau antara 2 vertebra bergeser yang bermasalah
nantinya adalah medulla spinalisnya. Akibatnya muncul gejala klinis defisit
neurologis dari ekstremitas. Tapi ketika dirontgen normal tidak ada kelainan.
Disebutnya SCIWORA.
Bentuknya leher juga masih lurus (ga melengkung
kaya dewasa).
Costa masih lentur, masih horizontal. Kalo ada
trauma, yang menerima trauma ya langsung organ-organ dalamnya. Mediastinumnya
belum terfiksasi kuat. Kalo ada pneumothorak dikit udah gampang banget jadi
tension. Soalnya breathing dan circulation terganggu.
Paru kanan rusak, mediastinum bergeser ke kiri.
No comments:
Post a Comment