Oh My God…, what will I write in this post?
Hm…, tenang saudara-saudara, saya tidak sedang galau cinta. Bukan semata-mata tentang itu. Tapi atmosfer di sekeliling saya lah saya membuat saya tergelitik untuk menuliskan ini.
Entah mengapa, dalam bulan-bulan terakhir obrolan di kampus tak jauh-jauh dengan cinta atau pernikahan. Apakah indikasi obroloan mahasiswa tingkat akhir, atau memang karena sedang musim saja? Ah, tapi yang namanya bicara cinta tak akan ada habisnya.
Lucunya lagi, semua obrolan seakan dikaitkan dengan cinta. Contoh nyata, saat ini saya sedang masuk blok Traumatologi dan blok Kedaruratan Medik. Apa yang terjadi? Cinta pun masuk dalam ‘kuliah’ trauma alias trauma karena cinta. Lalu kedaruatan medik alias kedaruratan dalam hal cinta. Ckckck… Bahkan, blog-blog teman-teman seangkatan saya juga berbau cinta semua. Haduh… (btw, saya ikut-ikutan berbau cinta dong karena menulis posting ini. Hehe…fine!)
Terlepas dari itu semua teman, berbicara cinta memang fitroh adanya. Bahkan kalau ada seseorang yang tidak pernah merasakan cinta, bisa-bisa dia mengalami kelainan jiwa. Termasuk juga cinta yang bersifat universal. Cinta pada dan dari orang tua, bahkan cinta paling agung yaitu cinta pada dan dari Allah SWT.
Nah, karena judul di atas adalah ‘Galau Cinta’, artinya ada sesuatu yang harus membuat ‘galau’ dalam hal cinta. Maksudnya, kalau cinta sekedar cinta, pasti tak akan seheboh itu obrolannya. Tapi karena ada kegalauan, maka obrolan pun menjadi makin seru.
Apa saja membuat orang galau cinta? Berdasarkan survey dari obrolan dan blogwalking kegalauan itu antara lain karena diberi harapan palsu, bertepuk sebelah tangan, diduakan (atau bahkan ditigakan, diempatkan, dst), diputuskan, atau cinta yang justru tak terjangkau. Hm…, kompleks memang. Ujung-ujungnya dari kegalauan cinta itu akan muncul rasa sedih, sakit, bahkan benci bagi yang ditigakan dan seterusnya.
Bukankah semua hal ada risikonya, kawan? Artinya, ketika kita berani jatuh cinta, kita harus berani pula untuk mendapatkan risikonya. Termasuk semua hal yang tidak enak itu. namanya saja ‘jatuh’ cinta. Sesuatu yang jatuh itu pasti sakit (kecuali kalau ada matras yang tebal). Artinya mencintai memang akan ada fase menyakitkan.
Oke, saya bilang di atas kecuali jika ada matras yang tebal. Demikian juga dalam cinta. Kalau kita punya ‘matras’ yang tepat maka cinta kita pun akan jatuh di tempat yang tepat. Pastinya tidak akan menyakitkan, tapi justru membuat kita akan melambung karena saking empuknya matras itu.
Itulah matras cinta yang tepat. Jika nyatanya masih ada rasa sakit dalam percintaan kita, barangkali karena memang belum ada matras tebal yang kita punya. So, maklumi dan sabari.
Tunggu saja datangnya matras yang tebal nan empuk alias pernikahan yang suci. Dan rasakanlah bahwa cintamu akan jatuh dan justru akan melambung tinggi. Insya Allah. Semoga…
PS: Special untuk teman-temanku sayang..
Tunggu postingan selanjutnya dengan bau yang sama... :p
Tunggu postingan selanjutnya dengan bau yang sama... :p
No comments:
Post a Comment