Follow Us @soratemplates

Thursday, 21 June 2012

Penanganan Luka Bakar



dr. Dewi Haryanti K, SpBP

Pertama, tentukan dulu derajat keparahan luka bakar.
Ditentukan dengan derajat kedalaman, luas, area yang terkena, trauma penyerta, umur.

Derajat Luka Bakar
Derajat 1 Cuma terkena di epidermis. Biasanya perih dan ga ada bula. Karena kulit masih intak, biasanya ga didiagnosis. Cuma dikasih salep buat mengatasi nyeri.

Derajat 2, dibagi jadi 2a superficial thicknes, 2b deep (epidermis dan 2/3 dermis). Di sini udah ada bula. Bedanya, kalo bula dipecah dilihat di dasar luka. Kalo makin dalam luka bakar, dasarnya akan makin memutih (merah muda). Biasanya nyerinya malah makin berkurang.
Keduanya sama-sama lembab.

Derajat 3. Kena di seluruh lapisan kulit. Makin tidak nyeri karena end motor neuronnya udah makin ga ada. Lukanya kering, bisa putih bisa hitam.

Kita ingat sturktur kulit.
Makin dangkal kedalaman luka, makin cepat sembuh. Karena masih ada epitelnya. Di sini yang termasuk yaitu grade 1 dan 2a.
Karena bisa sembuh sendiri, bisa didiamkan dulu sampai 1 minggu. Kalau udah 2b, harus ditutup. Kalo 3 harus segera dirujuk.

Luas Luka Bakar
Biasanya digunakan aturan rule of 9.
Kalo lukanya dikit, dianggap berapa persen dari luas tubuh pasien (bukan berapa % dari dokter).
Nanti dijumlah untuk memperkirakan luas total luka bakar.
Makin muda usia pasien, presentasi luka bakar paling banyak di kepala (karena proporsi tubuh anak memang kepala masih besar).

Area Kritis
Wajah, karena khawatir ada gangguan jalan nafas.
Persendian, karena khawatir adanya kontraktur.
Genitalia
Telinga.

Cek juga underlying disease.
Cek juga DM, kardio.
Gangguan psikiatrik misal gaduh gelisah karena trus ada luka bakar bisa jadi suatu saat dia mengulangi lagi.

Umur pasien
Mempengaruhi prognosisnya.
Jadi perhatikan apakah anak-anak (<10th) dan geriatric (>50th)
Meskipun sama-sama gradenya (misal 2b), kalo kena anak tentu risiko keparahan lebih besar daripada kalo kena orang dewasa.

Keparahan Luka Bakar
Tingkat ringan
Kalau luka bakar grade2 kurang dari 15% atau grade 3 kurang dari 2%.

Tingkat sedang
Kalau luka bakar grade 2 15-25% atau grade 3 2-10%.

Tingkat berat
-      Grade 2 lebih dari 25%
-      Grade 3 lebih dari 10%
-      Terkena area penting (mata, telinga, wajah, tangan kaki, genital)
-      Elektrik burn (karena mengganggu sinus jantung)
-      Disertai trauma inhalasi (misal karena menghirup asap, atau karena organ inhalasinya trauma karena terbakar. Bisa jadi obstruksi sebagian atau total).
Bisa aja pasien luka bakar kecil (misal 2a di hidung), ternyata dia menghirup asap. Jadinya ini termasuk kasus besar.
Jadi harus dicek dengan laringoskop ada udem di larig atau ga. Ada fish mouth atau ga.
-      Disertai penyakit dasar. Misal ada risiko penyakit penyulit.
-      Luka bakar kimia dengan penyerta lain.

Kalo untuk anak-anak yang beda di grade 2.
Ringan kurang dari 10%
Sedang 10-20%
Berat lebih dari 20%

Perawatan
-      Dibilas dengan air suhu normal, diselimuti steril dan kering
-      Penolong juga harus memakai barang-barang yang tidak bisa menghantarkan panas (harus menyelamatkan diri sendiri dulu)
-      Pasien dirawat inap kalau grade 3 dan keparahan sedang/berat
-      Yang bisa dirawat jalan kalau minor burn tapi yang derajat 2 atau 1.
-      Luka bakar jangan dikasih ointment atau pasta gigi. Karena justru akan menyulitkan ketika dibersihkan di pelayanan kesehatan.
Jadi, tetap dibersihkan dengan air dan diselimuti biar tidak hipotermi, bula tidak perlu dipecah kecuali sampai di pelayanan kesehatan.
Kalau bula di awal kejadian, cairannya bisa bersifat steril. Tapi kalau sudah lebih dari 1 hari bisa jadi tempat berkumpulnya bakteri dan menghambat penyembuhan luka. Jadi malah harus dideroofing.

Untuk pasien pediatric risiko kehilangan cairan lebih besar karena skin barrier belum optimal.
Pertimbangkan jangan-jangan ada child abuse.

Luka Bakar Kimia
Disebabkan karena kontak dengan zat kimia.
Yang paling bahaya yang bersifat asam, karena bersifat korosif. Jadinya kerusakan jaringan jadi lebih besar.
Biasanya terjadi di laboratorium kimia.

Penanganan
Bilas dengan RL.
Kalau kena mata, gunakan plester biar mata tetep terbuka, trus pasang kaya abuket dialiri infuse buat irigasi terus.
Untuk bahan kimia kering (yang masih bentuk bubuk) jangan diberi air. Tapi disikat/diberisihkan dulu bahan bubuknya itu. Trus buka bajunya.

Luka Bakar Listrik
Penangangan
Matikan dulu listriknya baru menangani.
Pada awal kejadian, mungkin kelihatan ringan. Tapi lama-lama memburuk. Maka, luka bakar listrik itu wajib opname.
Tanyakan di mana yang kontak (istilahnya luka masuk). Trus lihat luka bakar di area tubuh lain. Artinya, baju harus dibuka. Harus dicek buat tahu dimana luka bakar keluar. Soalnya listrik kan dihantarkan. Artinya dia butuh konduktor air yaitu plasma. Jadi taunya luka masuk dan keluar biar tahu aliran listriknya itu lewat organ apa aja.

Yang paling bahaya malah kalau luka dari tangan kanan ke tangan kiri. Soalnya organ yang paling banyak dilewati justru jantung dan paru (yang bisa langsung menyebabkan kematian tiba-tiba).
Kalau luka masuk dari kepala ke kaki, memang organ yang dilewati lebih banyak, tapi kemungkinan terpaparnya jantung justru lebih sedikit, jadi malah tidak terlalu parah (kalau dibandingan yang dari tangan kanan ke kiri).

Lakukan dressing dan bandage
Pada ekstremitas, jangan dibalut secara sirkuler dan ketat. Soalnya udah vascularcompromissed ditambah dibalut, bisa-bisa malah gangguan pembuluh darah lebih banyak.
Jadi, cukup diplester, diplastik tapi longgar. Yang penting nempel.

Trauma Inhalasi
Bisa dari asap bahan kimia, asap kendaraan bermotor (so, pake masker ya teman kalau naik motor)
Yang paling berbahaya adalah karbonmonoksida.
Tidak berasa, tidak berwarna, tidak iritatif, tapi tahu-tahu bisa ‘membunuh’.
Yang penting, jaga airway jangan ada obstruksi.
Pemberian Cairan
Sampai saat ini masih digunakan formula baxter.
Pada pasien luka bakar diukur berat badannya. Soalnya, sering terjadi udem. Biar tahu BB-nya dan bisa ditentukan dosis.
Rumus: 4cc x luas x BB= … cc RL
Total cairan itu dibagi jadi 2. Yang separo diberikan dalam 8 jam pertama (jam 0-8). Yang separo lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya (jam 9-24).

Misal pasien datang jam ke-6 setelah kejadian, masih tersisa 2 jam untuk 8 jam pertama. Padahal harus ngasih terapi cairan separo total kebutuhan cairan.
Maka lakukan penggrojokan. Kalau perlu iv kateternya 2, 4 atau berapapun, yang penting separoh kebutuhan itu bisa masuk dalam 2 jam itu.
Lakukan monitoring produksi urin per jam. Misal diberi cairan 80cc, urin bisa 40-80cc.
Kalau produksi urin kurang, berarti resusitasi cairannya tidak adekuat. Kalau urinnya berlebihan, kurangi grojog. Biar ga udem.

Berikan koloid pada jam ke 18-24. Koloid yang diberikan yaitu dextra 500-1000 cc tergantung luas luka bakar.
Fungsi koloid (setelah diberikan RL) yaitu  untuk mengatasi masalah vaskuler berupa peningkatan permeabilitas yang menyebabkan cairan keluar. Jadinya hipovolemik. Makanya dkasih RL dulu untuk isi intravaskuler. Kalau ga ditreatment bisa prolong hipovolemi. Ujung-ujungnya ginjal, otot akan dikorbankan. Perfusi berkurang shg terjadi akut renal failure dan kardiomielitis.
Ketika permeabilitasnya udah kembali normal, pori-pori akan nutup. Cairan di intsial akan terjadi udem jaringan. Jadi butuh koloid untuk narik cairan dari interstisial dan jaringan ke vaskuler. Biar ga ada udem.

Kalau untuk anak-anak pake rumus: 2cc x luas x BB: … cc RL
Yang membedakan, koloid sudah mulai diberikan sejak jam ke-0.



5 comments:

  1. Terima kasih sudah berkunjung..
    Insya Allah.. :)

    ReplyDelete
  2. terima kasih sudah berkunjung.. :)

    ReplyDelete
  3. Antibiotik nya apa yang paling tepat diberikan jika pasien menolak untuk dirujuk, doc?

    ReplyDelete
  4. utnuk pasien luka bakar 30% terkena minyak goreng umur diatas 50 tahun gimana perwatannya?sudah sempat operasi utk membuang jaringan kulit matinya...sekarang sudah dibawa pulang,tp msh banyak dibagian kaki,paha,pantat,pangkal paha dan betis yg masih basah dan sering berdarah...apa makanan dan obat yang cocok agar luka nya cepat sembuh dan tumbuh jaringan baru?

    ReplyDelete