(Dimuat di Majalah Embun LAZiS Jateng edisi Juni)
Memberikan pendidikan bagi seorang anak bagaikan menorehkan
tinta pada selembar kertas. Ada yang asal-asalan menuliskan sebuah kata, tetapi
ada juga yang menggores dengan penuh kehati-hatian. Mungkin kata yang
dituliskan sama, tetapi karena tinta yang digunakan berbeda, maka berbeda pula
hasil tulisannya.
Demikian pula pendidikan yang diberikan pada seorang anak.
Dengan didikan tinta emas dan cara berkualitas, maka akan tercipta anak yang
berkualias. Sebaliknya, dengan didikan biasa saja, maka wajar pula jika anak
tercetak sedang-sedang saja.
Setiap orang tua memiliki pertimbangan tersendiri untuk
memilih pendidikan terbaik pada anaknya. Terbaik menurut mereka memang memiliki
definisi yang berbeda. Ada yang terbaik karena progaramnya, biayanya, atau
berbagai kriteria lain. Namun, terlepas dari pilihan tersebut, hendaklah setiap
orang tua mempertimbangkan siapa yang akan memberikan pengajaran pada anaknya.
Terutama dengan memperhatikan agama dan akhlaknya yang baik.
Ibnu Jama'ah al Kinani berkata: "Hendaklah penuntut
ilmu mendahulukan pandangannya, istikhoroh kepada Allah untuk memilih kepada
siapa dia berguru. Hendaklah dia memilih guru yang benar-benar ahli,
benar-benar lembut dan terjaga kehormatannya. Hendaklah murid memilih guru yang
paling bagus dalam mengajar dan paling bagus dalam memberikan pemahaman. Jangan
dia berguru pada orang yang sedikit sifat waro'nya atau agamanya atau tidak
memiliki akhlaq yang bagus."
Hal ini menjadi suatu perkara yang penting untuk dilakukan.
Bisa jadi setiap orang tua telah protektif pada pendidikan akhlak anak di
rumah, tetapi begitu di sekolah anak akan terpengaruh pula dengan pendidikan
sekolah. Itulah mengapa memilih guru atau sekolah yang baik merupakan dasar pertama
mencetak karakter seorang anak.
Tidak dapat dipungkiri bahwa memilih pendidikan bagi anak di
era sekarang memiliki tantangan tersendiri. Tuntutan zaman yang terus berubah
sedikit demi sedikit mulai menggerus keinginan dalam setiap orang tua untuk
memilih sekolah syar’i.
Menyikapi
hal tersebut, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimin berkata, “Yang menentukan
keberhasilan pembinaan seorang anak, susah atau mudahnya, adalah kemudahan
taufik dari Allah Ta’ala. Jika seorang hamba bertakwa kepada Allah serta berusaha
menempuh metode pembinaan yang sesuai dengan syariat Islam, maka Allah akan
memudahkan urusannya dalam mendidik anak. Allah Ta’ala berfirman,“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya”
(QS. ath-Thalaaq:4).
Tak cukup
hanya di situ, memilih pendidikan bagi anak juga harus mempertimbangkan
kualitas pendidikan pengajar itu sendiri. Sebuah pepatah mengajarkan,
“Pelajarilah ilmu dari ahlinya”. Maka, sudah sepantasnya jika setiap orang tua
melakukan survei terlebih dahulu apakah pengajar dari sekolah tersebut
benar-benar ahli di bidangnya.
Lebih lanjut
dikatakan, “Barangsiapa yang mengeluarkan fatwa tanpa ilmu yang cukup, maka ia
akan dilaknat oleh malaikat rahmat dan azab serta dosa orang yang mengamalkan
fatwanya akan dipikul olehnya”. Tentu kita tidak ingin anak kita mencontoh
seseorang yang mengajarkan ilmu tanpa fatwa yang jelas. Bagaimanapun kita tentu
ingin anak kita memiliki akhlak yang baik dengan dasar ilmu yang kuat dan
shahih.
Abu Muhammad bin Abu
Zaid al-Qairawani dalam kitabnya ar-Risalah mengatakan: “Ketahuilah, bahwa
sebaik-baik hati adalah hati yang paling bisa menjaga kebaikan. Dan hati yang
paling bisa diharapkan untuk menjaga kebaikan adalah hati yang belum terkotori
oleh keburukan apapun sebelumnya. Kemudian, perkara yang paling diperhatikan
oleh mereka yang memiliki ketulusan hati, dan yang paling diharapkan pahalanya
oleh mereka yang mengejar pahala Allah, adalah menyampaikan kebaikan ke dalam
hati anak-anak kaum mukminin agar kebaikan itu kokoh di dalam hati mereka. Dan
bahwa mengajarkan sesuatu pada anak kecil, seperti mengukir di atas batu.”
Maka setiap orang tua
hendaknya memilih guru yang mumpuni yang akan memberikan kebaikan dalam diri
anaknya. Sehingga kebaikan yang sejak awal masih terbina dalam diri seorang
anak tidak terkontaminasi oleh keburukan hanya karena kefakiran sang guru.
Yang tak kalah
penting diingat adalah setan tak kan pernah suka dengan kebaikan. Dengan segala
tipu dayanya, setan membisikkan bahwa kualitas pendidikan tak dinilai dari
akhlak dan kualitas gurunya. Maka, istigfarlah. Selagi ada waktu, mari kita
pilih pendidikan yang terbaik untuk anak kita. Karena pendidikan anak ibarat
mengukir di atas batu. Sekali pendidikan itu baik, insya Allah akan tercipta
baik pula anak kita.
iya juga sih ,
ReplyDeletekadang sekolah syar'i itu peringkatnya ga bagus .
ehehehe
ya engga sih ?
kita yang ga pinter nyari aja kali dez.. :)
ReplyDelete