Follow Us @soratemplates

Monday 25 June 2012

Memilih Sekolah Syar'i


(Dimuat di Majalah Embun LAZiS Jateng edisi Juni)

Memberikan pendidikan bagi seorang anak bagaikan menorehkan tinta pada selembar kertas. Ada yang asal-asalan menuliskan sebuah kata, tetapi ada juga yang menggores dengan penuh kehati-hatian. Mungkin kata yang dituliskan sama, tetapi karena tinta yang digunakan berbeda, maka berbeda pula hasil tulisannya.
Demikian pula pendidikan yang diberikan pada seorang anak. Dengan didikan tinta emas dan cara berkualitas, maka akan tercipta anak yang berkualias. Sebaliknya, dengan didikan biasa saja, maka wajar pula jika anak tercetak sedang-sedang saja.
Setiap orang tua memiliki pertimbangan tersendiri untuk memilih pendidikan terbaik pada anaknya. Terbaik menurut mereka memang memiliki definisi yang berbeda. Ada yang terbaik karena progaramnya, biayanya, atau berbagai kriteria lain. Namun, terlepas dari pilihan tersebut, hendaklah setiap orang tua mempertimbangkan siapa yang akan memberikan pengajaran pada anaknya. Terutama dengan memperhatikan agama dan akhlaknya yang baik.
Ibnu Jama'ah al Kinani berkata: "Hendaklah penuntut ilmu mendahulukan pandangannya, istikhoroh kepada Allah untuk memilih kepada siapa dia berguru. Hendaklah dia memilih guru yang benar-benar ahli, benar-benar lembut dan terjaga kehormatannya. Hendaklah murid memilih guru yang paling bagus dalam mengajar dan paling bagus dalam memberikan pemahaman. Jangan dia berguru pada orang yang sedikit sifat waro'nya atau agamanya atau tidak memiliki akhlaq yang bagus."
Hal ini menjadi suatu perkara yang penting untuk dilakukan. Bisa jadi setiap orang tua telah protektif pada pendidikan akhlak anak di rumah, tetapi begitu di sekolah anak akan terpengaruh pula dengan pendidikan sekolah. Itulah mengapa memilih guru atau sekolah yang baik merupakan dasar pertama mencetak karakter seorang anak.
Tidak dapat dipungkiri bahwa memilih pendidikan bagi anak di era sekarang memiliki tantangan tersendiri. Tuntutan zaman yang terus berubah sedikit demi sedikit mulai menggerus keinginan dalam setiap orang tua untuk memilih sekolah syar’i.
Menyikapi hal tersebut, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimin berkata, “Yang menentukan keberhasilan pembinaan seorang anak, susah atau mudahnya, adalah kemudahan taufik dari Allah Ta’ala. Jika seorang hamba bertakwa kepada Allah serta berusaha menempuh metode pembinaan yang sesuai dengan syariat Islam, maka Allah akan memudahkan urusannya dalam mendidik anak. Allah Ta’ala berfirman,“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaaq:4).
Tak cukup hanya di situ, memilih pendidikan bagi anak juga harus mempertimbangkan kualitas pendidikan pengajar itu sendiri. Sebuah pepatah mengajarkan, “Pelajarilah ilmu dari ahlinya”. Maka, sudah sepantasnya jika setiap orang tua melakukan survei terlebih dahulu apakah pengajar dari sekolah tersebut benar-benar ahli di bidangnya.
Lebih lanjut dikatakan, “Barangsiapa yang mengeluarkan fatwa tanpa ilmu yang cukup, maka ia akan dilaknat oleh malaikat rahmat dan azab serta dosa orang yang mengamalkan fatwanya akan dipikul olehnya”. Tentu kita tidak ingin anak kita mencontoh seseorang yang mengajarkan ilmu tanpa fatwa yang jelas. Bagaimanapun kita tentu ingin anak kita memiliki akhlak yang baik dengan dasar ilmu yang kuat dan shahih.
Abu Muhammad bin Abu Zaid al-Qairawani dalam kitabnya ar-Risalah mengatakan: “Ketahuilah, bahwa sebaik-baik hati adalah hati yang paling bisa menjaga kebaikan. Dan hati yang paling bisa diharapkan untuk menjaga kebaikan adalah hati yang belum terkotori oleh keburukan apapun sebelumnya. Kemudian, perkara yang paling diperhatikan oleh mereka yang memiliki ketulusan hati, dan yang paling diharapkan pahalanya oleh mereka yang mengejar pahala Allah, adalah menyampaikan kebaikan ke dalam hati anak-anak kaum mukminin agar kebaikan itu kokoh di dalam hati mereka. Dan bahwa mengajarkan sesuatu pada anak kecil, seperti mengukir di atas batu.”
Maka setiap orang tua hendaknya memilih guru yang mumpuni yang akan memberikan kebaikan dalam diri anaknya. Sehingga kebaikan yang sejak awal masih terbina dalam diri seorang anak tidak terkontaminasi oleh keburukan hanya karena kefakiran sang guru.
Yang tak kalah penting diingat adalah setan tak kan pernah suka dengan kebaikan. Dengan segala tipu dayanya, setan membisikkan bahwa kualitas pendidikan tak dinilai dari akhlak dan kualitas gurunya. Maka, istigfarlah. Selagi ada waktu, mari kita pilih pendidikan yang terbaik untuk anak kita. Karena pendidikan anak ibarat mengukir di atas batu. Sekali pendidikan itu baik, insya Allah akan tercipta baik pula anak kita.


2 comments:

  1. iya juga sih ,
    kadang sekolah syar'i itu peringkatnya ga bagus .
    ehehehe

    ya engga sih ?

    ReplyDelete
  2. kita yang ga pinter nyari aja kali dez.. :)

    ReplyDelete