Kupu-kupu bersayap rapuh terayun-ayun
Mawar biru di tengah taman, dijadikan sandaran
Setangkai mawar tak kalah rapuh
Ikut terbuai belaian angin
Dikenangnya waktu lampau
Saat dirinya sehina ulat
Hanya memberi madharat tanpa ada maslahat
Diingatnya suatu masa
Saat dirinya menari di angkasa
Bersenang-senang hingga dirinya alpa
Kini dirinya terpaku
Tergugu dengan hati tergores sembilu
Mawar birunya yang rapuh
Tak kan mampu menopang selamanya
Di manakah dia harus bersandar?
Di manakah dia harus mengobati luka hatinya?
Mengobati sayap rapuhnya?
Hanya satu tempatnya kembali
Namun, di manakah tempat itu?
Dengan kerapuhannya
Dengan luasnya hamparan bunga
Setitik cahaya pun terlalu sulit ia cerna
Hingga ajal menjemputnya
Menanti datangnya secercah cahaya
Akankah saat itu benar-benar ada?
No comments:
Post a Comment