Di balik pria sukses, ada wanita luar biasa
Di balik pria sukses, ada mantan yang kecewa
Statement pertama pasti sudah banyak yang tahu, sedangkan
statement kedua baru saya kenal dari seorang teman beberapa waktu yang lalu. Salahkah
statement itu? Tidak. Keduanya benar dan sudah terbukti.
Kita tidak sedang memperbincangkan pria sukses, tetapi ‘di
balik’ pria sukses. Ada dua kategori di sana, apakah ia wanita yang hebat, atau
seorang mantan yang akhirnya kecewa. Perbedaan kedua kategori itu terlihat dari
sikapnya, mulai dari integritas, kesabaran, kesetiaan, pengorbanan, dan entah
berapa kata baik lainnya.
Kehidupan manusia memang tidak selamanya berjalan mulus.
Hidup lebih tepat jika dikatakan sebagai roda yang berputar. Ada kalanya bebas
di atas, ada masanya tertindas di bawah. Bisa jadi seorang wanita mengenal pria
saat masa kejayaannya. Tetapi bukan hal mustahil dalam perjalanannya, pria
tersebut jatuh dan terpuruk. Maka, keputusan ada di tangan wanita. Apakah ia
pergi atau tetap mendampingi?
Ada banyak kasus terkait hal ini. Contoh utama adalah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Bagaimana Sang Rasul yang dijuluki
Al-Amin dan mendapat kepercayaan dari masyarakat tiba-tiba begitu dibenci
karena menyerukan agama Islam. Apa yang dilakukan Khadijah? Beliau
mendukungnya. Kalau Bunda Khadijah sang wanita kaya dan terhormat kala itu malu
karena suaminya begitu ‘tertolak’, boleh jadi Khadijah pun memilih pergi. Tapi beliau
tidak melakukannya. Beliau bahkan orang pertama yang mengamini apa yang
disampaikan Rasul. Dan nyatanya? Terlepas dari qodarullah, Rasulullah pun
berhasil dan sukses menyebarkan agama Islam.
Itulah Bunda Khadijah, seorang wanita yang luar biasa, bukan
wanita yang kecewa. Beliau memiliki integritas yang tinggi, pengorbanan yang luar
biasa, kesetiaan yang tak tertandingi. Dengan kekayaannya, beliau tidak memilih
pergi, tetapi justru menyerahkan untuk membantu dakwah suami. Dengan
kemuliaanya, beliau tidak mencari sosok yang lebih terhormat di mata masyarakat,
tetapi justru tetap setia mendampingi.
Mengapa beliau bisa sedemikian tangguh? Di mana letak ego wanita
yang sering dianggap materialistis? Satu kuncinya, yaitu keimanan dan
penghambaan yang tinggi pada Allah Ta’ala.
Seorang wanita selayaknya memahami kodrat dan kewajibannya.
Dalam kondisi apapun, seorang istri dituntut mendampingi suami untuk melewati
masa-masa sulit bersama. Dasarnya satu, iman dan penghambaan. Karena dengan
keimanannya, dia pasti paham bahwa ini adalah ujian Allah baginya. Dan dengan
penghambaannya maka ia akan tetap berteguh dan pasrah serta tawakal untuk
melaluinya. Di sinilah muncul sikap intergritas, pengorbanan, kesetiaan, dan
berjuta kata baik lainnya.
Hingga akhirnya masalah itu selesai dan roda terus berputar,
maka keduanya akan kembali lagi berdiri bersama di puncak. Orang mungkin sudah
lupa dengan masa terpuruk mereka. Sebagian besar justru mungkin hanya akan
melihat betapa pria itu sangat sukses dan betapa wanita itu sungguh luar biasa.
Dan bagaimana dengan wanita yang semula memilih pergi? Mungkin
dia hanya bisa menggigit jari melihat pria-nya dulu akhirnya meraih sukses
kembali. Ketika pergi, dia bisa tertawa lega bebas dari masalah suaminya. Tapi
pada akhirnya mungkin ia menangis karena tak sabar menunggu masa sukses
selanjutnya.
Maka, tinggal kita pilih. Mau menjadi lakon yang tertawa di
akhir atau ‘pecundang’ yang tertawa di tengah? Mau menjadi wanita luar biasa
atau mantan yang kecewa?
No comments:
Post a Comment