Follow Us @soratemplates

Friday, 3 August 2012

Di Balik Pria Sukses


Di balik pria sukses, ada wanita luar biasa
Di balik pria sukses, ada mantan yang kecewa

Statement pertama pasti sudah banyak yang tahu, sedangkan statement kedua baru saya kenal dari seorang teman beberapa waktu yang lalu. Salahkah statement itu? Tidak. Keduanya benar dan sudah terbukti.

Kita tidak sedang memperbincangkan pria sukses, tetapi ‘di balik’ pria sukses. Ada dua kategori di sana, apakah ia wanita yang hebat, atau seorang mantan yang akhirnya kecewa. Perbedaan kedua kategori itu terlihat dari sikapnya, mulai dari integritas, kesabaran, kesetiaan, pengorbanan, dan entah berapa kata baik lainnya.

Kehidupan manusia memang tidak selamanya berjalan mulus. Hidup lebih tepat jika dikatakan sebagai roda yang berputar. Ada kalanya bebas di atas, ada masanya tertindas di bawah. Bisa jadi seorang wanita mengenal pria saat masa kejayaannya. Tetapi bukan hal mustahil dalam perjalanannya, pria tersebut jatuh dan terpuruk. Maka, keputusan ada di tangan wanita. Apakah ia pergi atau tetap mendampingi?

Ada banyak kasus terkait hal ini. Contoh utama adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Bagaimana Sang Rasul yang dijuluki Al-Amin dan mendapat kepercayaan dari masyarakat tiba-tiba begitu dibenci karena menyerukan agama Islam. Apa yang dilakukan Khadijah? Beliau mendukungnya. Kalau Bunda Khadijah sang wanita kaya dan terhormat kala itu malu karena suaminya begitu ‘tertolak’, boleh jadi Khadijah pun memilih pergi. Tapi beliau tidak melakukannya. Beliau bahkan orang pertama yang mengamini apa yang disampaikan Rasul. Dan nyatanya? Terlepas dari qodarullah, Rasulullah pun berhasil dan sukses menyebarkan agama Islam.

Itulah Bunda Khadijah, seorang wanita yang luar biasa, bukan wanita yang kecewa. Beliau memiliki integritas yang tinggi, pengorbanan yang luar biasa, kesetiaan yang tak tertandingi. Dengan kekayaannya, beliau tidak memilih pergi, tetapi justru menyerahkan untuk membantu dakwah suami. Dengan kemuliaanya, beliau tidak mencari sosok yang lebih terhormat di mata masyarakat, tetapi justru tetap setia mendampingi.

Mengapa beliau bisa sedemikian tangguh? Di mana letak ego wanita yang sering dianggap materialistis? Satu kuncinya, yaitu keimanan dan penghambaan yang tinggi pada Allah Ta’ala.

Seorang wanita selayaknya memahami kodrat dan kewajibannya. Dalam kondisi apapun, seorang istri dituntut mendampingi suami untuk melewati masa-masa sulit bersama. Dasarnya satu, iman dan penghambaan. Karena dengan keimanannya, dia pasti paham bahwa ini adalah ujian Allah baginya. Dan dengan penghambaannya maka ia akan tetap berteguh dan pasrah serta tawakal untuk melaluinya. Di sinilah muncul sikap intergritas, pengorbanan, kesetiaan, dan berjuta kata baik lainnya.

Hingga akhirnya masalah itu selesai dan roda terus berputar, maka keduanya akan kembali lagi berdiri bersama di puncak. Orang mungkin sudah lupa dengan masa terpuruk mereka. Sebagian besar justru mungkin hanya akan melihat betapa pria itu sangat sukses dan betapa wanita itu sungguh luar biasa.

Dan bagaimana dengan wanita yang semula memilih pergi? Mungkin dia hanya bisa menggigit jari melihat pria-nya dulu akhirnya meraih sukses kembali. Ketika pergi, dia bisa tertawa lega bebas dari masalah suaminya. Tapi pada akhirnya mungkin ia menangis karena tak sabar menunggu masa sukses selanjutnya.

Maka, tinggal kita pilih. Mau menjadi lakon yang tertawa di akhir atau ‘pecundang’ yang tertawa di tengah? Mau menjadi wanita luar biasa atau mantan yang kecewa?

No comments:

Post a Comment