Ada sebuah pilihan yang sudah sangat akrab di telinga kita, apakah kau akan menikahi orang yang kau cintai atau mencintai orang yang kau nikahi? Meski sedikit berbeda konteksnya, ada pula tawaran pilihan yang lain, apakah kau akan jatuh cinta atau menjatuhkan cinta?
Dalam konteks yang pertama, cinta dihadirkan dengan sebuah
batasan perbedaan. Opsi pertama menunjukkan bahwa sebelum menikah, mereka sudah
saling jatuh cinta terlebih dahulu. Maka, atas dasar cinta itulah mereka memberanikan
diri melangkah menuju tahap selanjutnya. Rasanya, pilihan tipe ini sudah sangat
umum dan banyak yang melakukan.
Opsi kedua dalam konteks pertama mengindikasikan bahwa cinta
itu muncul setelah pernikahan. Beberapa orang mengatakan, justru cinta inilah
yang lebih baik. Bagaimana mungkin kita berani-beraninya memberikan cinta jika
sang penerima belum sah menjadi milik kita. Kurang lebih demikian alasannya.
Namun, sebagian yang lain mengatakan ini cinta yang
menyakitkan. Bisa saja pernikahan itu terjadi karena sebuah perjodohan.
Barangkali awalnya belum ada cinta, atau justru mungkin terpaksa. Tapi, witing tresno jalaran saka kulina,
karena menikah dan selalu bersama, maka muncullah benih-benih rasa cinta itu.
Agaknya, untuk konteks pertama ini semua orang sudah sangat
memahami. Sedangkan dalam konteks lainnya, pilihan terjadi justru sebelum ada
pernikahan itu. Kurang lebih konteks kedua ini mendukung opsi menikahi orang
dicintai. Artinya, bagaimana menemukan cinta itu yang kemudian mengajaknya untuk
memasuki jenjang pernikahan.
Opsi pertama adalah jatuh cinta. Adakah yang belum pernah
mengalami jatuh cinta? Rasanya tidak mungkin. Maka, demikianlah mekanismenya.
Tanpa ada ujung pangkal yang kadang kita pahami, kita mulai mencintai
seseorang. Rasa itu muncul dengan sendirinya. Dan dengan rasa itulah, mereka
melangkah ke pernikahan.
Opsi kedua, mereka menjatuhkan cinta. Barangkali agak
terlalu kasar istilahnya, tetapi memang demikian adanya. Seseorang sejak awal
sudah memiliki kriteria-kriteria pasangan yang jauh-jauh hari sudah ditentukan.
Lantas mereka mencari orang dengan kriteria tersebut. Hingga akhirnya suatu
ketika mereka menemukannya, maka ia pun mulai menjatuhkan cinta padanya. Dan
setelah jatuh cinta, barulah mereka melangkah ke pernikahan.
Meskipun keduanya berujung pada mencintai terlebih dahulu
sebelum menikahi, tetapi mekanisme berbeda tersebut sedikit banyak menyinggung
masalah kriteria. Opsi pertama bisa diartikan menerima pasangan apa adanya,
sedangkan opsi kedua parahnya bisa didefinisikan ‘menuntut’ pasangan untuk
tetap sesuai dengan kriteria kita.
Mau memilih mekanisme yang mana atau justru menikahi dulu
baru mencintai, itu terserah Anda.
No comments:
Post a Comment