Follow Us @soratemplates

Friday 11 September 2020

Empati Menghapus BLAST




Saya pernah mendapat sebuah teori, katanya ada kondisi yang sangat mempengaruhi kestabilan psikologis. Biasanya disingkat dengan BLAST yaitu bored, lonely , angry-afraid, stress, tired. Sayangmya hari ini saya mengalaminya.

Tadi pagi di klinik saya sudah menghela napas. Perawat sampai bertanya, "Kenapa, Dok?" dan saya menjawab, "Ga papa mb, baru banyak kerjaan aja"

Nah, karena lelah itulah, saat di rumah saya hampir terpancing emosi. Nada bicara saya tertahan waktu berselisih pendapat dengan Kakak A antara murotal dulu atau hape dulu. Saya tau betul kalau saya sedang marah tadi. Untungnya saya sadar, dan buru-buru mengerem sebelum kelepasan bernada tinggi.

Ternyata kejadian lagi. Saat mandi sore, Kakak A dan Adik Z tidak mau segera keluar. Sudah saya minta dengan cara baik, tidak diperhatikan. Padahal kemarin-kemarin sejak tantangan berapa hari yang lalu, urusan mandi sudah tidak jadi soal. Sampai akhirnya saya memakai jurus pamungkas barulah mereka mau keluar.

Ketika akan berangkat praktik sore, saya merasa capek sekali. Terlebih ketika biasanya saya sempat tidur siang walau sejenak saat menemani Adik Z, hari ini tadi sama sekali tidak tidur. Saya sempat khawatir, gimana nanti kalau saat ketemu pasien saya sudah terlanjur badmood duluan.

Alhamdulillah... tidak. Pasien yang datang silih berganti itu justru menghilangkan BLAST saya sejenak. Rasa itu baru kembali muncul malam ini, ketika semua pekerjaan hari ini sudah usai.

Apa yang saya lakukan hingga BLAST itu sempat hilang? Empati, di situ teknik komunikasi produktif kali ini. 

Khusus hari Jum'at saya memang tidak memasang tarif bagi para pasien yang datang. Rata-rata mereka yang datang memang orang-orang yang membutuhkan. Dan karena mereka butuh itulah, secara tidak sadar muncul rasa empati dalam diri. Rasa itupun menjadi modal awal untuk tetap bisa berkomunikasi baik dengan pasien, terlepas dari betapa lelah dan mengantuknya saya.

Dari situ saya merefleksi juga, kenapa saya tidak menerapkan rasa empati itu pada orang-orang terdekat saya? Kenapa saya tidak menunjukkan rasa empati pada anak-anak yang juga butuh saya?

Baiklah, hari ini saya belajar satu poin ini bahwa bagaimana agar bisa bernada baik harus dimuli dari perasaan yang baik. Konsepnya baru direfleksikan hari ini, insyaAllah besok diujicobakan lagi.


No comments:

Post a Comment