Sudah beberapa hari melakukan komunikasi produktif, siang tadi saya baru menyadari poin bahasa cinta Kakak A. Saya pikir Kakak A memiliki bahasa cinta sentuhan fisik karena sering dipeluk Papinya. Ternyata dia berespon luar biasa ketika tadi saya memberikan kata-kata afirmasi padanya.
Tadi siang di sesi murojaah seperti biasa, saya iseng memancing hafalan Kakak A. MasyaAllah..., ternyata dia sudah bisa. Refleks saya berkata, "Pinter kak." Dia pun tersenyum lebar.
Begitu menyambung ayat berikutnya dan saya kembali berkata, "Wah ternyata Kak Abrar bisa," Dia makin tertawa senang. Saat sesi murojaah selesai, Kakak A bertanya pada saya, "Kak Abrar pinter ya, Mi?"
MasyaaAllah... berasa sesuatu sekali dia mendapat pujian pintar. Mungkin karena saya jarang memuji begitu. Mungkin karena tidak sesuai dengan poin komunikasi produktif untuk tidak asal memuji tetapi harus memuji dengan alasan yang jelas.
Tapi dari moment tadi saya menangkap satu hal bahwa boleh jadi Kakak A memang lebih dominan bahasa cinta kata-kata afirmasi. Kalau diingat-ingat sepertinya memang begitu karena Kakak A sering sekali mematut diri lalu bertanya, "Keren ga Mi?" atau ketika dia selesai menggambar dan menunjukkan hasilnya lantas bertanya, "Lihat, Mi. Bagus ga?"
MasyaAllah... Ini menjadi tantangan baru untuk saya agar bisa makin sering memberikan afirmasi positif pada Kakak A, dengan cara yang benar tentunya. Semoga ini bisa menguatkan rasa kepercayaan dirinya dan mengisi tangki cintanya. Bismillah....
No comments:
Post a Comment