Follow Us @soratemplates

Monday, 7 September 2020

Mulai Dari Diri Sendiri




Sejujurnya, saya agak maju mundur untuk menjadikan ini sebagai tantangan komunikasi produktif saya hari ini. Tentang apa? Tentang interaksi saya dengan mertua.


Sebenarnya saya tidak ada masalah dengan mertua. Tapi mungkin karena terbawa omongan orang di luar sana kalau hubungan menantu mertua itu luar biasa, agaknya saya jadi agak terpengaruh juga.


Sejak awal menikah, saya memang tinggal bersama mertua. Kedua kakak ipar saya sering berpesan, "Yang sabar ya..." Kadang saya merasa wejangan mereka itu berlebihan. Ah, saya biasa-biasa saja kok, dan tidak ada masalah.


Tapi, yang namanya wanita kadangkala memang sering terbawa suasana. Terlebih kondisi ibu mertua saya yang sudah tidak lagi muda, kondisinya memang perlu sangat dimaklumi. Sayangnya, keadaan saya yang mungkin tidak stabil yang kadang kurang tepat saja.


Ini ada kaitannya dengan teori truk sampah yang saya tulis kemarin. Yah, saya tidak akan menjadi pemungut sampah di hadapan mertua saya. Entah apapun yang beliau lakukan, saya tak akan memungutnya dan memasukkan ke dalam hati.


Lalu apa yang saya lakukan? Saya tersenyum. Ya, sebatas itu. Saya memakai poin komuniasi produktif memperbaiki gesture dan nada bicara. 


Ketika tadi pagi beliau mengomentari beberapa hal, alih-alih menghela nafas, saya mengambil sikap tersenyum. Ya, hanya tersenyum tanpa membuka mulut saya untuk menimpali. Saya juga mengawali dengan senyuman terlebih dahulu sebelum mulai berkata-kata, sekalipun itu hanya sekedar berpamitan akan berangkat kerja. Dengan senyuman itu, secara tidak sadar nada bicara saya pun berubah juga.


Dampaknya? Tadi siang ketika saya sedang makan, beliau menghampiri saya sambil berkata, "Pisangnya dimakan. Yang lain udah dikasih. Itu dimakan aja." Nadanya tenang, bahkan seakan setengah berbisik. Berbeda dengan biasanya yang kadang terkesan sebagai perintah.


MasyaAllah... Dari sini saya belajar bahwa apapun itu mulai saja dari diri sendiri. Barangkali perubahan yang kita lakukan bisa memberikan dampak perubahan bagi orang lain.


Apakah ini cukup? Tentu saja tidak. Ini baru permulaan. Saya masih harus terus membiasakan agar hati selali merasa nyaman. Barangkali dengan begitu, saya yang introvert ini lain waktu bisa bebas bercerita-cerita dengan beliau. Semoga...




⭐⭐⭐


No comments:

Post a Comment