Follow Us @soratemplates

Saturday, 6 April 2013

Altruisme


Setelah petuah dari pak dekan, giliran pak Direktur RSUD Dr. Moewardi yang memberikan petuah. Menurut kakak tingkat, ada empat petuah yang selalu beliau jadikan tugas ketika memberi wejangan kepada para dokter muda.

Petuah yang pertama adalah tentang altruisme atau sikap altruistik. Jika dicari arti kata tersebut dalam kamus, akan kita dapati bahwa altruisme atau altruistik adalah sikap yang lebih mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri. Secara mudahnya, pemahaman ini bertolak belakang dengan sikap egoisme.

Barangkali jika diibaratkan, sikap altruisme ini mirip dengan filosofi sebatang lilin. Lilin bersedia berkorban untuk menerangi sekitarnya. Dia lebih mementingkan keadaan sekitar yang terang, dibandingkan kepentingan dirinya sendiri agar tetap utuh dan tak terbakar. Namun filosofi di sini mungkin kurang tepat, karena bagaimanapun konsep pertama menolong adalah diri kita sendiri harus dalam kondisi aman. Bagaimana kita bisa meyakinkan orang lain kalau dia aman jika diri kita sendiri tidak aman?

Petuah pak direktur ini sejalan dengan petuah yang saya dapat dari bagian diklit Moewardi ketika akan penelitian skripsi dulu. Beliau berpesan, “Besok kalau jadi dokter harus siap mengabdi untuk pasien. Harus sedia 24 jam jika sewaktu-waktu dibutuhkan masyarakat sekitar.”

Ya, memang demikian adanya. Mungkin terkesan lebay jika dibayangkan zaman sekarang ada orang tengah malam mengetuk pintu rumah seorang dokter. But, who knows? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Mungkin saja hal itu memang terjadi suatu saat nanti. Jika memang terjadi, pemahaman pertama inilah yang diwanti-wanti oleh pak direktur yaitu mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri.

Sebenarnya konsep ini sangat baik jika dilihat dalam sudut pandang Islam. Pernah mendengar kisah kaum Muhajirin ketika pertama kali datang ke Madinah? Kaum Anshor dengan senang hati memberikan apapun miliknya untuk kaum Muhajirin. Mengapa? Karena mereka bersaudara. Karena anggapan saudara itulah mereka rela mengorbankan kepentingan dirinya untuk kepentingan saudaranya.

Bukankah hal itu indah? Karena sebenarnya kita dengan muslim yang lain adalah satu. Jika dia butuh, tak ada bedanya dengan kita yang butuh. Jika mementingkan kepentingan mereka, boleh jadi suatu saat Allah mementingkan kepentingan kita. Saya sendiri percaya dengan konsep itu. Siapa yang menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dirinya. Siapa yang memudahkan atau menolong orang lain, suatu saat dia pasti juga mendapat kemudahan dan pertolongan.

Karena siapa yang menebar benih, pasti suatu saat akan menuai buahnya. Jadi, tak ada salahnya menebar benih kebaikan kepada semua karena suatu saat akan ada buah yang kita terima. Minimal, pahala kelak di surga. Insya Allah.




No comments:

Post a Comment