Setelah petuah dari pak dekan, giliran pak Direktur RSUD Dr.
Moewardi yang memberikan petuah. Menurut kakak tingkat, ada empat petuah yang
selalu beliau jadikan tugas ketika memberi wejangan kepada para dokter muda.
Petuah yang pertama adalah tentang altruisme atau sikap altruistik.
Jika dicari arti kata tersebut dalam kamus, akan kita dapati bahwa altruisme
atau altruistik adalah sikap yang lebih mementingkan kepentingan orang lain di
atas kepentingan sendiri. Secara mudahnya, pemahaman ini bertolak belakang
dengan sikap egoisme.
Barangkali jika diibaratkan, sikap altruisme ini mirip
dengan filosofi sebatang lilin. Lilin bersedia berkorban untuk menerangi sekitarnya.
Dia lebih mementingkan keadaan sekitar yang terang, dibandingkan kepentingan
dirinya sendiri agar tetap utuh dan tak terbakar. Namun filosofi di sini
mungkin kurang tepat, karena bagaimanapun konsep pertama menolong adalah diri
kita sendiri harus dalam kondisi aman. Bagaimana kita bisa meyakinkan orang
lain kalau dia aman jika diri kita sendiri tidak aman?
Petuah pak direktur ini sejalan dengan petuah yang saya
dapat dari bagian diklit Moewardi ketika akan penelitian skripsi dulu. Beliau
berpesan, “Besok kalau jadi dokter harus siap mengabdi untuk pasien. Harus
sedia 24 jam jika sewaktu-waktu dibutuhkan masyarakat sekitar.”
Ya, memang demikian adanya. Mungkin terkesan lebay jika dibayangkan zaman sekarang
ada orang tengah malam mengetuk pintu rumah seorang dokter. But, who knows? Kita tidak tahu apa yang
akan terjadi. Mungkin saja hal itu memang terjadi suatu saat nanti. Jika memang
terjadi, pemahaman pertama inilah yang diwanti-wanti
oleh pak direktur yaitu mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan
sendiri.
Sebenarnya konsep ini sangat baik jika dilihat dalam sudut
pandang Islam. Pernah mendengar kisah kaum Muhajirin ketika pertama kali datang
ke Madinah? Kaum Anshor dengan senang hati memberikan apapun miliknya untuk
kaum Muhajirin. Mengapa? Karena mereka bersaudara. Karena anggapan saudara
itulah mereka rela mengorbankan kepentingan dirinya untuk kepentingan
saudaranya.
Bukankah hal itu indah? Karena sebenarnya kita dengan muslim
yang lain adalah satu. Jika dia butuh, tak ada bedanya dengan kita yang butuh.
Jika mementingkan kepentingan mereka, boleh jadi suatu saat Allah mementingkan
kepentingan kita. Saya sendiri percaya dengan konsep itu. Siapa yang menolong
agama Allah, maka Allah akan menolong dirinya. Siapa yang memudahkan atau
menolong orang lain, suatu saat dia pasti juga mendapat kemudahan dan
pertolongan.
Karena siapa yang menebar benih, pasti suatu saat akan
menuai buahnya. Jadi, tak ada salahnya menebar benih kebaikan kepada semua
karena suatu saat akan ada buah yang kita terima. Minimal, pahala kelak di surga.
Insya Allah.
No comments:
Post a Comment