Follow Us @soratemplates

Sunday, 7 April 2013

Primum Non Nocere


Masih kelanjutan dari petuah wajib pak direktur, petuah kedua yang beliau pesankan kepada kami adalah filosofi primum non nocere. Kalimat ini jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya adalah: pertama, jangan merugikan.

Agaknya petuah yang kedua ini berkaitan dengan petuah sebelumnya. Jika di pesan yang pertama pak direktur meminta agar kami mementingkan kepentingan orang lain, prinsip selanjutnya adalah tidak merugikan orang lain.

Bukankah kedua prinsip ini hampir sama? Ya, memang. Tetapi sebenarnya berbeda.

Di prinsip yang pertama, kita diajarkan untuk mau berbagi dan berkorban untuk kepentingan orang lain. Intinya adalah kita diharapakan menjadi orang yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Namun berbeda dengan prinsip kedua, kita diminta untuk tidak merugikan orang lain.

Kalimat ini bisa memberi dua makna. Yang pertama, ketika kita mementingkan kepentingan orang lain, jangan sampai pengorbanan yang sudah kita lakukan itu justru merugikan orang lain. Mungkinkah? Mungkin saja. Misal kita sudah bersedia membantu, tetapi karena kita tidak mampu lantas kita justru melakukan tindakan malpraktik.

Makna yang kedua bisa jadi konsep merugikan di sini adalah merugikan bagi kedua belah pihak. Bisa jadi niat kita adalah mengutamakan kepentingannya tetapi ternyata justru berdampak lebih buruk baginya. Atau jangan sampai ketika kita berkorban, kita justru merugikan diri sendiri. Tertular penyakit misalnya.

Kalau saya analogikan, kedua filosofi ini mirip dengan teori manfaat dan madharat. Sebisa mungkin, kita harus memberikan manfaat. Namun sekiranya justru menimbulkan madharat, maka jangan diambil. Begitu jika suatu hal tersebut memiliki manfaat dan madharat. Maka, berikan manfaatnya dan jangan torehkan madharat.

Yup, itulah filosofi altruisme dan primum non nocere yang bisa saya tangkap, memberi manfaat tanpa ada madharat.


No comments:

Post a Comment