“Luruskan niat. Nawaitunya adalah mengabdi”
Petuah ini saya dapat dari dekan saya, Prof. Zainal.
Lagi-lagi beliau mengetuk hati kami. Untuk apa kamu niat masuk koas? Tanpa
menunggu jawaban dari kami, beliau lantas menjawab agar kami meluruskan niat
untuk murni mengabdi.
Tentu kita sudah tidak asing dengan penggalan salah satu
hadits arba’in Innamal a’malu binniyat. Sesungguhnya
amal-amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dalam kelanjutan hadits itu
disebutkan, siapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka ia mendapatkan
Allah dan Rasul-Nya. Namun siapa yang hijrah karena dunia atau wanita yang
ingin dinikahinya maka ia memang sebatas mendapatkan dunia dan wanita yang
dinikahi itu saja.
Demikian pula ketika kita memasuki dunia akademis atau dunia
kerja. Dokter muda yang notabene adalah urusan akademis memiliki cabang-cabang
niat yang cukup banyak. Ada yang berniat agar mendapat nilai bagus. Ada yang
berniat agar lulus terus seperti jalan tol tanpa ada hambatan. Ada pula yang
berharap asal bisa mendapat skill untuk
menjadi dokter sungguhan kelak.
Dalam ranah dunia kerja pun dokter muda yang dituntut untuk
latihan bekerja juga memiliki beberapa peluang niat. Ada yang berniat mencari link ke dokter konsulen atau dokter
residen agar begitu lulus langsung dapat kerja. Ada juga yang berniat mencari
pasien sebanyak-banyaknya untuk membentuk aliansi pasien setia.
Di samping semua niat yang mungkin muncul itu, niat yang
jauh lebih penting adalah niat untuk mengabdi. Ya, pengabdian.
Ketika mendengar kata abdi, saya terpikirkan oleh kata lain
yang memiliki makna serupa. Kata itu adalah kata hamba. Seseorang yang mengabdi
adalah seorang yang menghamba. Contohnya abdi dalem, dia adalah orang yang
menghamba pada sultan atau raja di keraton.
Demikian juga kita sebagai manusia.
Kita adalah hamba Allah, maka kita mengabdi pada Allah. Salah satu bentuk
penghambaan itu adalah dengan beribadah. Artinya, seorang yang mengabdi dan
menghamba adalah orang yang beribadah.
Maka, jika dekan saya mengatakan agar diniatkan untuk
mengabdi, sama saja artinya dengan mengingatkan kami agar kami meniatkan
aktivitas koas kami untuk ibadah. Kalau dipikir-pikir, bukankah tugas manusia
memang hanya untuk beribadah? Manusia yang menjadi dokter muda artinya
beribadah dengan dokter mudanya. Manusia yang menjadi guru artinya beribadah
dengan keguruannya. Demikian seterusnya hingga status apapun memang selayaknya
diniatkan untuk mengabdi, menghamba, beribadah.
Jadi, mari luruskan niat dan selamat beribadah….
No comments:
Post a Comment