Follow Us @soratemplates

Monday 22 April 2013

Tak Ada Ketiak


Di catatan yang sudah lalu saya menceritakan bahwa seorang dokter dituntut untuk pintar dan tahu segalanya. Ketika pasien tanya, dia harus paham. Di note itu saya menuliskan bahwa seorang dokter muda masih bisa berlindung di bawah ketiak residen dan residen mungkin masih bisa berlindung di bawah ketiak dokter staff. Lalu bagaimana dengan dokter staff yang sudah senior? Mau berlindung di ketiak siapa lagi?

Tadi pagi akhirnya saya menemukan jawabannya.

Tak ada ketiak siapapun di dunia kedokteran. Kami dituntut untuk bisa hidup mandiri. Sekedar berlindung boleh saja, tapi tetap harus mau maju perang juga. Apapun yang diujikan, dokter harus bisa menghadapi.

Seorang dokter tadi memberi tahu kepada kami, “Dua belas tahun saya belajar ilmu penyakit dalam, tetap saja ada ilmu yang belum saya ketahui. Apalagi dengan ilmu-ilmu spesialiasasi lain yang sudah tidak sempat untuk diikuti. Ilmu terus berkembang. Lalu bagaimana?”

Akhirnya, dokter itu berkata, “Buatlah PR untuk dirimu sendiri.” Ketika tidak tahu tentang sesuatu, langsung cari. Begitu juga ketika ada kasus pasien yang terkesan baru. Hadapi semampunya, catat, lalu balas dendam untuk dipelajari. Sekalipun residen atau dokter akan membantu menangani dan membuat kita aman, tapi puaskan rasa ingin tahu itu dengan terus belajar. Begitu pasien datang lagi maka kau akan merasa menang karena telah menaklukkan kasus pasien tersebut.

Lebih lanjut dokter itu berkata, “Selagi PR itu menggebu-nggebu dituliskan, segera cari. Mumpung mood sedang terbakar karena merasa tertantang untuk bisa menaklukkan. Jika menunggu, bisa jadi mood itu lenyap hingga akhirnya hanya akan menjadi tumpukan pertanyaan tak terjawab”

Dari cerita beliau di atas, saya disadarkan satu hal. Sampai kapanpun manusia memang tidak akan bisa seratus persen pintar. Bukan berarti karena manusia bodoh, tetapi karena ada beberapa penyebab. Salah satunya adalah karena ilmu yang sedemikian luasnya. Mencari ilmu tak akan pernah ada habisnya. Bahkan ilmu-ilmu yang diketahui manusia di dunia tak ada lebihnya dari satu tetes air di samudra.

Ilmu manusia sebanyak apapun tetap saja masih ada ilmu Allah yang menuntut untuk dicari. Maka, tak boleh ada kata lelah mencari ilmu. Tak boleh ada istilah berlindung di bawah ketiak siapapun demi bergantung karena malas menggali ilmu.



No comments:

Post a Comment