Ada yang tahu apa itu kepo? Kata teman-teman saya yang gaul,
kepo maksudnya adalah selalu mencari tahu akan sesuatu hal. Biasanya pencarian
info itu dicari sendiri dan dengan diam-diam. Kurang lebih begitu yang saya tahu.
Orang yang kepo memang orang yang ingin tahu tentang
sesuatu. Rasa ingin tahunya itu sedemikian besar, sampai-sampai dia rela
buang-buang waktu untuk puas mencari info yang dia dapatkan. Seandainya ada
satu orang yang memberi tahu sesuatu, dia tidak sepenuhnya langsung percaya. Ia
akan merasa puas ketika terus berusaha mencari sendiri dan menemukan fakta baru
dari hasil pencariannya.
Orang bilang jangan pernah kepo. Mengapa? Karena kepo itu
melelahkan dan menyakitkan. Tapi, ternyata seorang dokter dituntut untuk selalu
kepo.
Seorang dokter pernah berkata, “Jangan langsung percaya dengan
data dari mulut pasien.”
Ya, dokter tidak boleh langsung percaya. Dia harus rela
untuk kepo. Andai pasien mengeluhkan A, dokter harus menanyakan pada
keluarganya apakah benar pasien itu menderita A. Seorang dokter juga tidak
boleh puas dengan data keluhan A saja. Dia harus tetap kepo, terus menanyakan
hingga barangkali akan muncul keluhan B, C, D, dan seterusnya.
Seandainya daftar keluhan itu sudah ditangan, lagi-lagi
dokter tidak boleh langsung percaya. Dia harus tetap kepo dan baru boleh merasa
puas ketika sudah menemukan bukti. Maka ia pun melanjutkan aktivitas keponya
dengan pemeriksaan fisik plus ditambah pemeriksaan penunjang bila perlu. Hingga
ia akan puas dan tersenyum sendiri ketika mendapatkan data yang mungkin tidak
pernah terlontar dari mulut pasien.
Itulah asyiknya kepo. Ketika kita mampu mendapatkan info
lebih dan menunjang penilaian kita. Maka tidak aneh jika ada orang suka
buka-buka dan cari info tentang orang lain atau sesuatu.
Coba saja jika semangat kepo ini diterapkan dalam banyak
hal. Tidak hanya konsep dokter – pasien di atas, misalkan saja kepo ketika
belajar atau saat kuliah. Andai seseorang punya sifat kepo yang sedemikian
besar, pasti ia tak akan puas sampai menemukan jawaban atau info yang dia
butuhkan. Jika ini benar-benar terjadi, sungguh betapa banyak ilmu yang akan
dia dapatkan.
Sayangnya, semua orang memang tidak tertarik untuk kepo.
Karena itu tadi, kepo itu kadang menyakitkan dan melelahkan. Buang-buang waktu
dan mungkin tidak ketemu. Makanya, wajar juga jika hanya sedikit orang
benar-benar paham ilmu dengan kekepoannya.
Terlepas dari itu semua, kepolah sesuai situasi dan kondisi.
Jika itu kepo baik, pasti tak akan rugi. Insya Allah.
Banyak yang berpandangan negatif sama 'kepo', padahal tak semua kepo tidak positif, hhe
ReplyDelete