Follow Us @soratemplates

Wednesday 10 April 2013

Sempurna


Manusia itu tidak sempurna, tapi dokter harus sempurna.

Mendengar kalimat di atas ketika di rumah sakit kemarin membuat saya bergidik. Quote itu sedikit mengusik saya.

Kita pasti tahu bahwa manusia itu tidak sempurna. Meskipun Allah menciptakan manusia sebagai makhluk dengan penciptaan sebaik-baiknya, tetap saja manusia tidak akan mencapai label sempurna tanpa cela. Barangkali ada kecacatan fisik yang dia punya. Barangkali ada kekurangan mental atau intelektual pada dirinya. Mungkin juga ada sifat-sifat yang membuatnya terlihat sama sekali tidak sempurna. Agaknya quote ini sudah banyak yang tahu dan bisa jadi hampir semua setuju

Tapi, dokter harus sempurna? Saya sedikit tidak terima. Kalau manusia saja secara aklamasi dibolehkan untuk tidak sempurna, mengapa dokter tidak?

Kita sedikit bermain-main dengan diagram venn di sini, atau permainan negasi di matematika dan bahasa Indonesia dulu. Kalimat pertama, dokter adalah manusia. Kalimat kedua, manusia tidak sempurna. Bukankah seharusnya jika digabungkan maka dokter tidak sempurnya? Jika dokter harus sempurna, sedangkan manusia boleh tidak sempurnya, memangnya dokter itu bukan manusia?

Dokter adalah manusia, bukan robot. Jika dokter adalah robot, tentu dia akan bisa menjalankan semua prosedur sesuai dengan settingannya. Kemungkinan kesalahan bisa saja lebih kecil, asalkan pengaturannya pun sudah benar.  

Tapi, dokter bukanlah robot. Dokter punya hati yang bisa merasakan. Dokter punya akal untuk berpikir dan mempertimbangkan. Sayangnya dokter yang punya hati dan punya akal adalah sesosok manusia yang katanya adalah gudang salah dan alpa. Lantas, jika memang tempatnya salah, bagaimana akan sempurna?

Mungkin kalimat quote di atas bukan semata-mata menuntut kesempurnaan dari seorang dokter. Jika dilihat dari sudut pandang lain, kalimat tersebut justru bisa jadi bermaksud untuk mengajak dokter agar berusaha semaksimal mungkin mendekati kesempurnaan. Seperti yang sudah dibahas di note sebelumnya, seorang dokter diminta menjamin keselamatan pasien dan dituntut untuk memberi manfaat dan bukan madharat. Maka, wajar kiranya jika kalimat itu sedikit mendesak para dokter agar mau berusaha lebih demi mendekati label sempurna.

Apakah itu suatu beban dan terkesan muluk-muluk? Rasanya tidak juga. Asalkan nawaitunya mengabdi dan motivasinya berkah, insya Allah mau dituntut seperti apapun akan ada kekuatan pertolongan Allah yang menyertai. Karena Allah maha sempurna, boleh jadi label mendekati sempurna itu melekat pada diri kita karena Allah membersamai kita. Insya Allah. Aamiin…



No comments:

Post a Comment