Berhubung akhir-akhir ini saya diselimuti dengan hawa lomba di mana-mana, kata menang dan kalah mau tak mau menyelinap begitu saja. Pada sebuah perlombaan, menang dan kalah adalah hal yang mutlak. Bukan lomba namanya jika tak ada yang mendapat predikat menang atau kalah. Tetapi, tahukah Anda bahwa sejatinya kita adalah pemenang?
Kalimat itu saya dapatkan ketika mengikti sebuah lomba di Jember. Dekan FK Jember yang inspiratif mengatakan kalimat tersebut di hadapan semua peserta lomba, “Kita semua adalah pemenang.”
Kalau dinalar, memang tidak mungkin. Yah, kita pemenang sebagai finalis, mengalahkan dua puluhan kelompok yang lain. Tapi, bagaimanapun tetap akan ada yang kalah karena sertifikat pemenang hanya diberikan pada tiga kelompok saja. Tapi, mengapa ibu dekan dengan berani mengatakan bahwa kita adalah pemenang?
Sejatinya, kita adalah pemenang, pemenang dalam kehidupan ini. Kami yang saat itu hadir mengikuti lomba dikatakan ibu dekan sebagai pemenang karena bisa memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif. Mengisi waktu libur dengan kegiatan yang bermanfaat. Di sini, kita adalah pemenang yang berhasil menaklukkan waktu.
Bahkan kalau kita melihat diri kita sendiri, kita memang seorang pemenang. Kita adalah satu buah sperma yang berhasil menembus ovum. Bukankah kita pemenang karena berhasil menjadi satu-satunya sperma yang beruntung.
Terkadang ketika kita kalah pun, kita tetap bisa menjadi seorang pemenang. Hal ini tergantung cara kita dalam menyikapi kekalahan. Seorang guru saya berkata, “Kalau kamu kalah nanti, jangan berpikir sempit. Bagaimanapun karyamu sudah baik.”
Nah, kalau kita berpikir sempit, maka itulah kekalahan yang nyata. Sudah tidak mendapat juara, masih harus berpikir sempit pula. Di otak hanya akan ada rasa menyudutkan, mencari-cari kesalahan orang lain, dan mencari kebenaran dari diri sendiri. Tak mau terima dengan keadaan dan paling buruk justru berdampak pada sikap ngambek, tak mau melanjutkan.
Itulah kekalahan yang nyata. Kalah karena tak bisa mengelola kekalahan. Tapi, kekalahan itu sejatinya bisa menjadi sebuah kemenangan.
Ketika kita kalah, kita tetap mencoba berpikir positif. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah kekakalahan. Kita belajar untuk memperbaiki diri, mengoreksi kesalahan yang ada dalam diri, dan memenej kekalahan dengan sebuah harapan untuk mendapatkan kemenangan selanjutnya. Di sinilah letak kemenangan kita. Menang mengelola rasa kalah untuk tetap bangkit menjemput kemenangan kelak di depan mata.
Maka, tak masalah kiranya jika kita harus menerima sebuah kekalahan. Toh, sudah sewajarnya kalah dan menang itu tercipta. Yang terpenting adalah bagaimana mengubah kekalahan itu menjadi titik balik untuk mengejar kemenangan yang tertunda. Caranya?
Pertama, bersyukur. Bersyukur untuk sebuah kemenangan itu biasa, tapi bersyukur untuk sebuah kekalahan, itu baru luar biasa. Saya pernah melakukannya. Saat suatu kali saya kalah, ada sedikit rasa sedih di hati. Tapi hal itu buru-buru saya tepis. Saya mencoba untuk bersyukur, melihat kekalahan itu dari sudut pandang yang lain. Ternyata ketika melihat dari kaca mata berbeda, kekalahan yang saya alami itu justru yang terbaik untuk saya. Ada hikmah yang tersembunyi di balik kekalahan tersebut. Dengan rasa syukur itu, kekalahan menjadi sebuah rasa yang manis. Tak selamanya pahit dan menyakitkan.
Kedua, berusaha memperbaiki. Dalam hal apapun orang yang ingin maju harus mau belajar dari kesalahan dan mau memperbaiki diri. Maka, orang yang hendak mengubah kekalahan menjadi keberhasilan sudah seharusnya berusaha untuk memperbaiki diri. Dengan kualitas diri kita yang makin meningkat, secara tidak langsung peluang untuk menjemput kemenangan akan semakin nyata.
Ketiga, doa. Ya, ini juga mutlak adanya. Saya percaya sekali dengan keampuhan doa ini. Ketika segala daya dan upaya sudah maksimal keluar, tenaga terkuras habis untuk berusaha, doa dapat menjadi penawar semua. Dengan doa, kita sama saja mengajak Allah untuk mendukung usaha kita. Kalau Allah bersedia mendukung, bukankha usaha kita menjadi tak kan sia-sia.
Maka, ayo bersyukur, berusaha, dan berdoa. Dan kita jadikan diri kita sebagai pemenang yang abadi sepanjang masa.
No comments:
Post a Comment