Follow Us @soratemplates

Tuesday 23 August 2011

Baca, Mbak?

Kalimat itu saya dengar dua hari yang lalu. Saat itu saya sedang mengantri di salah satu bank swasta untuk mengurus transaksi. Sambil menunggu antrian, saya mengamati seorang ibu tengah asyik membaca. Beberapa saat beliau membaca, beliau menoleh kanan kiri. Di samping kiri, ada seorang laki-laki yang sedang asyik memainkan ponselnya. Di sebelah kanannya, ada seorang wanita yang hanya duduk-duduk saja.

Ibu itu menegur laki-laki yang ada di sampingnya, “Baca, Mas?”, kata ibu itu sambil menyodorkan salah satu koran yang sudah beliau baca.

Laki-laki itu menggeleng dan kembali meneruskan keasyikannya bermain ponsel.

Lalu, ibu itu menoleh kepada wanita di sampingnya, “Baca, Mbak?” kata ibu sambil menyodorkan koran yang sama.

Wanita itu meraih koran tersebut dan mulai membaca. Ibu itu pun kembali melanjutkan membaca koran yang lainnya. Mereka berdua asyik membaca. Sampai-sampai sang ibu tidak sadar kalau nomor antriannya sudah dipanggil. Terpaksa beliau menunggu nomor selanjutnya untuk selesai transaksi terlebih dahulu.

Hm, ada yang menarik dari peristiwa itu. Pertama, ketika laki-laki menolak membaca dan lebih memilih bermain dengan hapenya. Dan yang kedua, ketika ibu asyik membaca sampai tak sadar dengan keadaan sekitar.

Yup, harus kita akui, aktivitas membaca memang belum menjadi budaya kita. Lihat saja di ruang tunggu tadi. Mayoritas orang lebih suka menghabiskan waktu dengan gadget yang mereka miliki. Bahkan ketika bacaan disodorkan pada mereka pun, belum tentu mereka menyambut dengan suka cita. Rasanya, kecanggihan gadget lebih membius dibandingkan buku atau bacaan lainnya.

Di lain sisi, ada orang-orang yang begitu cinta dengan membaca. Setiap hari ada saja bahan bacaan yang dia punya. Mulai dari buku, koran, majalah, bahkan bungkus makanan pun bisa jadi tak luput dia baca. Rasanya, membaca sudah menjadi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Di kendaraan umum membaca, menunggu antrian membaca, di halte membaca, bahkan di kamar mandi pun membaca.

Yup, bagaikan bumi dan langit saja. Yang satu predator buku, yang satu lagi alergi buku. Hm, kenapa bisa begitu ya? Sepertinya kembali lagi ke faktor budaya. Budaya baca belum begitu kentara di masyarakay kita. Lalu? Tak perlulah kita mempermasalahkan mengapa, tapi lihatlah diri kita sendiri. Sudahkah kita menjadi pecinta baca? Sudahkan budaya baca itu menjadi budaya kita?

Kalau sudah, alhamudlillah. Kalau belum, tak ada salahnya kita mulai sekarang. Cuma masalahnya, tak semua orang mudah untuk membaca. Saya sendiri menyadarinya. Kalau sudah membaca sambil tiduran, tapi lebih sering tidurnya daripada bacanya. So, bagaimana cara agar kita punya kebiasaan membaca? Tanpa rasa bosan, tanpa membuang-buang waktu yang ada.

Pertama, cari genre bacaan yang kita suka. Ini penting untuk membiasakan kita tahan saat membaca. Saya mengalaminya sendiri. Ketika membaca novel petualangan, mau sampai selarut apapun, mata ini tetap bisa bertahan. Hati tetap saja tergerak untuk membuka halaman selanjutnya. Tapi ketika saya harus membaca novel yang temanya kurang saya suka, baru satu-dua halaman saja, saya sudah terlelap dengan suksesnya.

Begitu juga ketika membaca buku untuk bahan kuliah. Ketika topiknya saya suka, saya bisa betah membaca sampai usai, menandai di sana sini, merangkum ini itu. Tapi begitu topiknya bikin jengkel di hati, mau seistimewa apapun waktu yang kita sediakan, tak akan betah dan tak masuk juga ilmunya.

So, mulailah untuk menyenangi bacaan kita. Yup, memang faktor suka itu relatif. Mau dibuat seperti apapun, kalau dasarnya tidak suka bisa jadi tetap tidak suka. Ujung-ujungnya tak terbaca juga topik itu. Ooo, bukan begitu kawan. Meski kita tak suka, kita bisa saja tetap membacanya. Caranya?

Tingkatkan rasa ingin tahu. Ketika kita punya rasa ingin tahu terhadap sesuatu, kita akan mencarinya, membacanya tanpa jemu. Saya akui, saya kurang tertarik dengan bahasan politik atau ekonomi. Tapi pernah saya terbersit rasa ingin tahu. Ujung-ujungnya dalam waktu tertentu, saya pun tahan juga membaca topik itu.

So, kembangkan rasa ingin tahu. Kalau tak muncul juga? Cari teman atau media yang bisa membangkitkan rasa ingin tahumu. Misalkan kita tak suka topik korupsi. Ketika ada teman kita yang mengungkit-ungkit tentang korupsi, lama-lama kita pun akan ingin tahu tentang korupsi itu sendiri. Kalau rasa ingin tahu sudah muncul, bukan tak mungkin kita akan tergila-gila mencari bacaan tentang korupsi.

Nah, begitu kawan. Tak ada lagi alasan untuk tak suka membaca. Tak ada lagi alasan tak tahan untuk membaca. Carilah kawan atau media, kembangkan rasa ingin tahu, dan senangi bacaanmu. Insya Allah kau akan benar-benar menjadi predator buku.




PS: Special untuk temanku yang request tentang car abaca buku, sekaligus mengingatkan diriku sendiri agar tak ketiduran kalau membaca buku.





No comments:

Post a Comment