Seperti biasa bapak menanyakan saya sedang apa. Saya jawab saja kalau sedang mencari bahan untuk lomba karya tulis. Lalu berlanjut bercerita tentang cerpen yang ujung-ujungnya bapak menyarankan agar saya ikut lomba cerpen Solopos. Saya pun membuka rahasia kalau memang sudah membuat cerpen untuk lomba. Nah, dari situ, bapak saya berkomentar, “Kok ikut lomba terus tho, kak.”
Awalnya saya baru sadar. Iya juga ya. Dalam beberapa bulan terakhir ini, hidup saya serasa penuh dengan lomba. Mata ini serasa gatal mencari lowongan lomba di mana-mana. Maka dengan reflex saya menjawab komentar bapak itu dengan berkata, “Lha wong manusia lomba kok, pak.”
Saya jadi ingat salah satu adegan dalam film 3 Idiots. Saat itu Viru mengatakan bahwa hidup ini adalah suatu kompetisi, dan kita harus menjadi pemenang. Karena jika kita tidak menang, kita akan mati.
Apakah sekejam itu? Ya, bisa jadi. Coba ingat tentang awal hidup diri kita sendiri. Untuk bisa hidup, kita pun melewati suatu kompetisi. Jutaan sperma saling berlomba untuk bisa menembus satu ovum saja. Secara normal, hanya ada satu pemenang. Dan satu pemenang itulah yang akan hidup, sedangkan yang lain akan mati. Nah, kejam kan.
Dan perlombaan itu pun berlanjut. Untuk kehidupan selanjutnya akna muncul perlombaan yang baru. Berlomba untuk masuk sekolah. Berlomba untuk mendapatkan pekerjaan. Bahkan, kita juga dituntut untuk selalu berlomba dalam kebaikan. Berarti, pada dasarnya kita adalah manusia lomba dong?
Yup, menurut saya begitu. Tapi apa semua lomba akan diikuti? Kalau saya sih tidak. Ada lomba membuat desain baju misalnya. Tentu saya tak akan melirik sama sekali. Ada lomba merakit robot misalnya. Tentu terpikir pun tidak oleh saya.
Demikian juga dalam perlombaan dalam hidup. Dengan adanya begitu banyak lomba, apakah kita akan mengikuti semua? Boleh saja jka mampu, tapi tak ada yang mewajibkan itu. Misalkan dalam kasus memilih sekolah. Dalam satu waktu kita bisa saja berlomba untuk masuk SD A, SD B, SD C, dan seterusnya. Tapi, apakah semua SD yang ada di dunia ini akan kita ikuti dan kita berjuang untuk menang semua? Tentu tidak kan.
Maka, di sinilah pentingnya bertindak dan berfikir fokus. Tak masalah ada banyak lomba, asalkan fokus. Diatur jadwalnya agar setiap lomba memiliki perhatian sesuai porsinya sehingga masing-masing benar-benar terasa perjuanganannya dan terasa harapan untuk menangnya.
Demikian pula untuk hidup. Tak masalah kita memegang beberapa amanah sekaligus. Asalkan kita fokus dan tahu porsinya masing-masing. Sebagai mahasiswa, tahulah porsi belajarnya. Sebagai calon penulis, tahulah bagaimana menwujudkan mimpinya. Sebagai calon pemimpin masa depan bangsa, hendaknya tahu juga bagaimana kiprah yang akan diwujudkannya.
Barangkali memang banyak dan tak cukup satu. Tapi semua akan teratasi ketika kita mencoba fokus. Bukan hal yang mustahil kalau akhirnya kita menjadi mahasiswa yang berprestasi, penulis yang menjanjikan, dan calon pemimpin yang diharapkan.
Maka, fokuslah. Tak masalah jika memang hanya bisa satu. Tapi tak masalah pula jika beberapa sekaligus. Asal kita mampu. Ya, asal mampu. Karena sebuah lomba diadakan untuk mencetak pemenang. Buat apa semua lomba diambil jika tak ada harapan untuk menang. Maka, fokus saja. Fokus pada lomba kehidupan kita untuk meraih kemenangan yang nyata. Apa? Insya Allah, surga…
No comments:
Post a Comment