Masih ingat lagu itu waktu kecil? Sepertinya anak kecil sangat terbiasa menyanyikannya. “Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku.” Barangkali itu sebuah lagu yang dinyanyikan di setiap pagi. Bahkan bisa jadi justru menjadi sebuah suri tauladan untuk dilakukan anak-anak di pagi hari. Tapi, apakah itu suri tauladan yang baik?
Kalau lagu itu saya praktikkan sekarang, syair lagu itu justru bukan sebuah suri tauladan yang baik. Bangun tidur, terus mandi, gosok gigi, membersihkan tempat tidur. Coba dibayangkan. Dalam keadaan apakah kira-kira situasi ini terjadi? Yup, betul. Situasi bangun kesiangan atau situasi tergesa-gesa. Begitu bangun tidur, langsung terperanjat melihat jam. Tanpa pikir panjang, langsung buru-buru ke kamar mandi. Baru kemudian balik lagi ke kamar dan membersihkan tempat tidur. Sekenanya. Ya, berhubung sudah terburu-buru, jadi cukup sekenanya saja membereskan tempat tidur. Wah, kalau begitu, berarti syair lagu ini tidak bagus untuk dijadikan suri tauladan.
Belum lagi, jika ini dipraktikkan untuk situasi bangun tidur di pagi hari. Wah, sholat subuhnya diletakkan di mana dong. Kalau kondisinya saja seperti di atas, yaitu posisi sudah bangun kesiangan, berarti sholat subuhnya makin siang. Kalau pun tidak dalam keadaan kesiangan dan sholat Subuhnya tetap masuk sesuai waktunya, sepertinya lagu ini juga kurang memberikan suri tauladan yang baik dari sudut pandang Islam.
Bukankah setiap hari kita disunnahkan untuk tahajud. Sedangkan tahajud lebih baik didahului dengan tidur. Coba bayangkan. Jika setiap bangun tidur untuk tahajud harus mandi dulu. Hi…, tidak terbayang harus mandi pagi-pagi buta ‘demi’ mempraktikkan syair lagu ini. Jadi, saya menyimpulkan kalau lagu ini kurang aplikatif. Apalagi untuk saya yang mandinya siang-siang aja. Hehe…
Oke, lupakan tentang urutan dalam syair lagu itu. Ada hal yang lebih menarik sebenarnya. Coba tanyakan pada diri kita masing-masing. Bangun tidur terus apa? Pasti jawabnya beragam. Macam almarhum mbah surip “bangun tidur, tidur lagi”, atau macam Saykoji “online…,online…”. Hm, sepertinya akan banyak aktivitas beragam kalau dikumpulkan. Ada yang bangun tidur langsung ngecek HP. Barangkali ada telepon penting, ada SMS, atau memang karena mendapat SMS untuk bangun tahajud. Mau tak mau jadi bangun tidur ku terus baca SMS.
Bisa juga untuk si modis. Persis seperti iklan shampoo. Begitu bangun tidur, rambut seperti singa. Mau tidak mau, bangun tidur langsung sisir rambut. Atau dalam dunia kesehatan misalnya. Seorang dosen saya menganjurkan kalau bangun tidur sebaiknya minum air putih. Alasannya, ketika tidur itu, air liur kita mengumpul. Padahal dalam air liur itu terdapat antibody yang baik untuk menjaga kekebalan tubuh. Jadi, dengan bangun tidur kuterus minum, diharapkan antibody dalam air liur kita akan tertelan, dan bukannya terbuang kalau kita langsung cuci muka.
Hm, sepertinya ini tergantung dengan kepribadian kita. Bagi Mr.Gadget, wajar saja kalau bangun tidur langsung buka HP, SMS atau online. Bagi mbak cantik, bisa saja langsung dandan seperti kasus di atas. Begitu juga untuk sifat atau karakter yang lain. Tapi sesungguhnya ada satu karakter yang seharusnya dimiliki dan dilakukan semua orang. Tapi sepertinya, karakter atau sifat ini kurang diaplikasikan. Apa itu?
Berdo’a. Yup, rasanya bangun tidur kuterus berdo’a justru jarang terlihat. Padahal justru itulah yang terpenting. Ketika telah dimatikan sejenak oleh Allah dan akhirnya kita masih diberi kesempatan untuk menghirup udara lagi. Bukankah sudah sepantasnya kita mengucap hamdalah sebagai salah satu puji syukur pada Allah lewat do’a bangun tidur "Alhamdulillaahil ladzii ahyaanaa ba'da maa amaa tanaa wailaihinnusyuur …” Segala puji hanya milik Allah yang telah menghidupkan kami setelah sebelumnya mematikan kami, dan hanya kepada-Nya-lah kita kembali.
Yah, apapun aktifitas kita, semoga kita tak lalai untuk berdo’a. Sekedar sebagai rasa syukur atas hidup yang telah diberikan kepada kita.
No comments:
Post a Comment